Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Senin, 23 Desember 2013

Roro Anteng dan Joko Seger di Bromo



Melihat kawah yang mengeluarkan asap dan lautan ‘Pasir Berbisik’ dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar, pemandangan yang sangat langka dan luar biasa.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Bromo - Brahma
Gunung Bromo di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki keunikan dengan sebuah kawah bergaris-tengah ± 800 meter (Utara-Selatan) dan ± 600 meter (Timur-Barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo pada ketinggian 2392 m di atas permukaan laut. Selain itu, gunung tersebut berada dalam empat wilayah, yakni: Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi –kurang lebih, 5.250 hektar. Gunung Bromo terletak sekitar 85 km dari Surabaya, daerah ini bisa dijangkau dari Probolinggo atau Malang. Jalur normal biasanya dari Probolinggo. Adapun dari Malang, kita harus melewati lautan pasir dengan pilihan dan jumlah kendaraan yang terbatas.
Off-Road to Bromo Mount.
Suhu udara di Gunung Bromo berkisar antara 3° hingga 20° celcius, namun dapat berada beberapa derajat di bawah nol selama musim kemarau. Jika pengunjung tidak kuat dengan udara dingin, sebaiknya membawa jaket, sarung tangan, dan topi atau penutup kepala lainnya. Setelah matahari terbit cuacanya dengan cepat menjadi cukup panas di sini. Menyaksikan matahari terbit yang spektakuler dari Gunung Bromo merupakan puncak dari wisata di Bromo. Untuk melihatnya, kita harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang cukup berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, kita harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat kita tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan keterampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil berkemampuan offroad yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Sampai di atas, kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain: Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru –yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Berkuda di atas lautan pasir, merupakan pengalaman mengasyikkan. Lautan pasirnya begitu luas, keunikan alam ini hanya ada di Indonesia. Lautan pasir di Gunung Bromo tersebut akan terlihat semakin mempesona saat matahari menyapukan sinarnya yang kejinggaan di pagi hari, terlihat jelas dari Cemorolawangsalah satu pintu masuk kawasan taman nasional ini. Para pendaki Gunung Semeru, selalunya meluangkan tour ke beberapa danau yang dingin dan selalu berkabut, yaitu: Ranu Pani, Ranu Regulo, dan Ranu Kumbolo. Hal tersebut merupakan sebuah pengalihan fokus perjalanan yang mengesankan.
Dinginnya udara Gunung Bromo.
Untuk mencapai kaki Gunung Bromo dengan berjalan kaki, bukanlah hal yang mudah –karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, dan debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat. Setelah itu, kita harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 atau 300 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak, kita dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Dan bila melayangkan pandangan ke bawah, akan terlihatlah lautan pasir dengan pura –kuil Hindu di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati. Para pengunjung menamai lautan pasir tersebut dengan sebutan: ‘Pasir Berbisik’ –karena di sanalah syuting film 'Pasir Berbisik' diadakan.
Pura Suci di Gunung Bromo
Tangga Naik ke Gunung Bromo
Trio Gunung
Bisikan 'Pasir Berbisik'

Roro Anteng dan Joko Seger
Dikisahkan zaman dulu, hidup pasangan muda suami istri di suatu dusun. Sang istri akhirnya hamil dan melahirkan seorang bayi perempuan. Anehnya, bayi perempuan ini sewaktu dilahirkan tidaklah menangis, sehingga kedua orangtuanya memberinya nama: Roro Anteng yang berarti perempuan yang tenang atau diam. Waktupun berlalu, hingga Roro Anteng tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Kecantikannya terkenal di kalangan para jejaka saat itu –tak terkecuali seorang sakti mandraguna bernama Kiai Bima. Kiai Bima mendatangi Roro Anteng untuk melamarnya disertai ancaman. Lamaran tersebut harus diterima, jika tidak ia akan membuat dusunnya binasa. Sebenarnya Roro Anteng merasa berat hati menerima lamaran tersebut. Namun, ia terpaksa menerimanya demi menyelamatkan dusunnya. Dan ia memiliki sebuah rencana untuk menggagalkan lamaran tersebut. Ya, Roro Anteng mensyaratkan kepada Kiai Bima jika ingin lamarannya diterima maka harus membuatkan sebuah danau dalam tempo satu malam. Karena tak ingin kehilangan Roro Anteng, Kiai Bima menyanggupinya. Berbekal batok kelapa, Kiai Bima mulai mengeruk tanah untuk dijadikan danau. Dalam waktu singkat, danau sudah tampak akan selesai. Roro Anteng yang telah bersiasat kemudian meminta orang-orang dusun untuk memukul-mukul alu supaya hari sudah terdengar pagi dan ayam mulai berkokok. Kiai Bima segera sadar jika dirinya tidak berhasil menyelesaikan tantangan dari Roro Anteng, Ia pun tidak bisa memaksakan lamarannya. Hatinya yang kesal segera membanting batok kelapa yang dipegangnya, kemudian meninggalkannya. Bekas batok kelapanya kemudian menjadi Gunung Batokyang terletak di sebelah Gunung Bromo. Sementara, bekas galiannya menjadi Segara Wedilautan pasir yang bisa dilihat sampai saat ini. Roro Anteng pun akhirnya bertemu Joko Seger dan menikah. Selama bertahun-tahun menikah mereka belum juga dikaruniai seorang anakpun. Akhirnya Joko Seger berdoa kepada Sang Pencipta, jika dikaruniai anak, dia bersedia mengorbankan anaknya itu. Doa Joko Seger dikabulkan, Roro Anteng dan Joko Seger pun dikaruniai beberapa orang anak. Waktu berlalu sampai-sampai Joko Seger lupa dengan syarat doanya dulu. Waktu tidur, Joko Seger mendapat bisikan untuk memenuhi janjinya. Joko Seger sebenarnya tidak rela mengorbankan salah satu anaknya. Namun, karena jika tidak dituruti akan terjadi bencana dan lagipula itu adalah janjinya sendiri, maka ia menyampaikannya kepada anak-anaknya. Salah seorang di antara anak-anak Joko Seger dan Roro Anteng pun bersedia untuk dikorbankan. Hari H pun tiba, keluarga Joko Seger menuju kawah Gunung Bromo seraya membawa aneka hasil bumi untuk sesaji. Salah seorang anak Joko Seger yang dikorbankan juga telah disiapkan. Bersama sesaji, anak tersebut terjun ke kawah Gunung Bromo. Setelah janji tersebut dilaksanakan, keluarga Joko Seger pun hidup bahagia di sekitar Gunung Bromo. Keturunan mereka menamai diri: Tenggeryang berasal dari nama Roro Anteng dan Joko Seger.
Danau Ranu Kumbolo
Kini, Suku Tengger menjadi penduduk asli yang mendiami Gunung Brahma –Bromo. Setahun sekali masyarakat Suku Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo bagian Utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo –kesepuluh, biasanya bulan September-November menurut penanggalan Jawa. Mereka mempersembahkan sesaji berupa: sayuran, ayam, dan uang yang dibuang ke dalam kawah gunung berapi tersebut untuk dipersembahkan kepada dewa.



***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar