Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Sabtu, 28 Desember 2013

Lampung, Sai Bumi Ruwa Jurai



Lampung merupakan salah satu provinsi di Sumatera yang di tinggali oleh berbagai macam suku budaya. Masyarakat asli dan pendatang dapat hidup dengan selaras  meskipun berbeda latar belakang budaya, tidak memisahkan mereka. Masyarakat Lampung sangat menghormati dan menghargai adat-adat yang dimiliki oleh suku pendatang, bahkan tak enggan untuk berbaur dengan para suku pendatang. Hal inilah yang menyebabkan para suku pendatang merasa kerasan tinggal di tanah ‘Sai Bumi Ruwa Jurai’ (satu bumi, dua penghuni, yaitu penduduk asli dan pendatang) tersebut. Pribumi dan pendatang menjadi ‘Ragom Gawi’, yakni: kompak bekerja bersama-sama dalam pengabdian terhadap negara, bangsa dan masyarakat (gotong royong).
Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung dengan ibukota di Bandar Lampung –merupakan gabungan dari kota kembar Tanjungkarang dan Telukbetung, adalah sebuah provinsi paling Selatan di Pulau Sumatera. Di sebelah Utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda, dan di sebelah Timur dengan Laut Jawa. Secara Geografis, Provinsi Lampung terletak pada kedudukan antara 103040' hingga105050' Bujur Timur, dan antara 3045' hingga 6045' Lintang Selatan dengan wilayah seluas 35.376,50 km².
Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung –yang sebagian besar, terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Ketagian, Pulau Sebesi, Pulau Poahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang yang masuk ke wilayah Kabupaten Lampung Barat.
Keadaan alamnya: di sebelah Barat dan Selatan –sepanjang pantai, merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Di tengah-tengahnya, merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah Timur –sepanjang tepi Laut Jawa ke Utara, merupakan perairan yang luas.
Peta Provinsi Lampung
Secara administratif, Provinsi Lampung terdiri dari: 13 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten/Kota tersebut, adalah: Kabupaten Lampung Barat –ber-ibukota di Liwa; Kabupaten Lampung Barat Selatan –ber-ibukota di Kalianda; Kabupaten Lampung Tengah –ber-ibukota di Gunung Sugih; Kabupaten Lampung Timur –ber-ibukota di Sukadana; Kabupaten Lampung Utara –ber-ibukota di Kotabumi; Kabupaten Mesuji –ber-ibukota di Wiralaga Mulya; Kabupaten Pesawaran –ber-ibukota di Gedong Tataan; Kabupaten Pringsewu –ber-ibukota di Pringsewu; Kabupaten Tanggamus –ber-ibukota di Kota Agung; Kabupaten Tulang Bawang –ber-ibukota di Menggala; Kabupaten Tulang Bawang Barat –ber-ibukota di Panaragan Jaya; Kabupaten Way Kanan –ber-ibukota di Blambangan Umpu; dan Kabupaten Pesisir Barat –ber-ibukota di Krui. Sementara itu, 2 kotanya, adalah: Kota Bandar Lampung dan Kota Metro.
Bandar Udara Radin Inten II, Provinsi Lampung.
Provinsi Lampung memiliki bandar udara bertaraf internasional, yaitu: Bandar Udara Radin Inten II, yang terletak di Desa Branti Raya, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Bandara ini sebelumnya bernama Bandara Branti.
Selain itu, di Provinsi Lampung terdapat Pelabuhan Bakauheni –merupakan sebuah pelabuhan penyeberangan yang terletak di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Terletak di ujung Selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera, Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Sumatera dengan Jawa melalui perhubungan laut. Rata-rata, durasi perjalanan yang diperlukan antara Bakauheni – Merak (Provinsi Banten) atau sebaliknya dengan kapal feri adalah sekitar 2 jam.
Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Provinsi Lampung.

Riwayat
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964, dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 –yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu, Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Lampung pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Waktu Kesultanan Banten menghancurkan Pakuan Pajajaran –ibukota Kerajaan Sunda, maka Sultan Hasanuddin –sultan Banten yang pertama, mewarisi wilayah tersebut dari Kerajaan Sunda. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten tulisan Claude Guillot pada halamaan 19 sebagai berikut: “From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region”.
Tatkala Banten dibawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatera dan Maluku. Sultan Ageng ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten, mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Ageng Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota kesultanan Banten. Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu, tentu saja tidak menyenangkan VOC –oleh karenanya, VOC selalu berusaha untuk menguasai kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas Daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682, Sultan Ageng Tirtayasa dapat disingkirkan –dan Sultan Haji pun dinobatkan menjadi Sultan Banten. Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas Daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di Daerah Lampung.
Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
Pada tanggal 29 Agustus 1682, iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini, ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung yang dirintisnya, mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni. Para penguasa Lampung masih mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni, tetap sebagai musuh. Sementara itu timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung berada dibawah Kekuasaan Sultan Banten. Kemudian baru diketahui, bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak. Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "Jenang" –Gubernur, hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan, penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "Adipati" secara hirarkis tidak berada dibawah koordinasi penguasaan Jenang. Jadi, penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada. Dengan demikian, jelaslah hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.
Selanjutnya pada masa Thomas Stamford Raffles dari Inggris berkuasa pada tahun 1811, ia menduduki Daerah Semangka dan tidak mau melepaskan Daerah Lampung kepada Belanda –karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung, baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung.
Dalam pada itu, sejak tahun 1817, posisi Radin Inten semakin kuat. Oleh karena itu, Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil dipimpin oleh Asisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan bahwa: Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun; Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun; dan Radin Inten tidak diperkenankan meluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada dibawah pengaruhnya.
Tetapi persetujuan itu tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten, dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda. Pada tahun 1825, Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten. Namun dengan cerdik, Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Liliever beserta anak buahnya. Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu –karena pada saat yang bersamaan, Belanda sedang menghadapi perang Diponegoro (1825-1830). Tahun 1825, Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh Putranya Radin Imba Kusuma.
Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1830, Belanda menyerbu Radin Imba Kusuma di Daerah Semangka. Selanjutnya, pada tahun 1833, Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma –tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1834 –setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai. Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk daerah Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma kemudian dibuang ke Pulau Timor.
Meskipun demikian, rakyat di pedalaman tetap melakukan perlawanan, “Jalan Halus” dari Belanda –dengan memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung, ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga membentuk tentara sewaan –yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Telukbetung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia. Sejak itu, Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di Daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan, yaitu: penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Untuk kepentingan pengangkutan terhadap hasil-hasil perkebunan itu, maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Telukbetung menuju Palembang. Hingga menjelang Indonesia merdeka –tanggal 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang datang silih berganti. Sehingga pada akhirnya, pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.
Kejayaan Lampung sebagai sumber lada hitam pun mengilhami para senimannya sehingga tercipta lagu Tanoh Lada. Bahkan, ketika Lampung diresmikan menjadi provinsi pada 18 Maret 1964, lada hitam menjadi salah satu bagian lambang daerah itu. Namun sayang, saat ini kejayaan tersebut telah pudar.

Budaya Tradisional
Sai Bumi Ruwa Jurai –atau, Sang Bumi Ruwa Jurai, memiliki arti: di dalam satu bumi (yakni, Lampung) terdapat dua cabang (yakni, Pesisir dan Pepadun, atau penduduk pendatang dan penduduk asli). Hal ini menjadi keunikan tersendiri bagi Provinsi Lampung, karena meskipun terdapat ragam suku yang tinggal di sana, mereka tetap bisa berbaur satu sama lain dengan tetap mempertahankan budaya dari tempat asalnya. Bahkan di ibukota Provinsi Lampung, yaitu: Kota Bandar Lampung, mereka ber ‘Ragom Gawi’ - kompak bahu membahu mengerjakan segala sesuatu secara bergotong royong. RAGOM, berarti: kompak, bersatu atau bersama-sama. GAWI, berarti: kerja melaksanakan tugas pengabdian. Jadi, Ragom Gawi adalah: kompak bekerja bersama-sama dalam pengabdian terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Beberapa budaya tradisional dari masyarakat Lampung, adalah:
Menenun Kain Tapis, Lampung.
Kain Tapis adalah pakaian wanita Suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem cucuk –sulam. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak. Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengrajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun muli-muli –gadis-gadis yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Tari Sembah, Lampung.
Tari Sembah –sudah dibakukan menjadi Sigeh Pengunten dan Tari Melinting. Ritual Tari Sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang –dapat dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan. Selain sebagai ritual penyambutan, Tari Sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung.
Nuwo Sesat, rumah tradisional Lampung.
Nuwo Sesat merupakan rumah tradisional adat Lampung, yang memiliki ciri khas seperti: berbentuk panggung, atap terbuat dari anyaman ilalang, serta terbuat dari kayu dikarenakan untuk menghindari serangan hewan dan lebih kokoh bila terjadi gempa bumi.

Destinasi Wisata
Pantai Duta Wisata di Kota Bandar Lampung
Objek Wisata di Kota Bandar Lampung:
Pantai Duta Wisata - Jl.RE. Marthadinata
Pantai Tirtayasa - Jl. RE. Marthadinata
Pantai Puri Gading - Jl. RE. Marthadinata
Taman Wisata Bumi Kedatun - Jl. Wan Abdurahman
Wisata Alam Batu Putu - Jl. Wan Abdurahman
Taman Kupu-kupu - Jl. Wan Abdurahman
Taman Dipangga - Jl. WR. Supratman
Nuwo Olok Gading - Jl. Basuki Rahmat
Taman Hutan Kota - Jl. Soekarno Hatta
Lembah Hijau - Jl. Wan Abdurahman
Waduk Dam Raman di Kota Metro

Objek Wisata di Kota Metro:
Waduk Dam Raman - sebelah Utara Kota Metro
Seminung Lumbok Resort di Kabupaten Lampung Barat

Objek Wisata di Kabupaten Lampung Barat:
Terpadu Lumbok Ranau (Seminung Lumbok Resort)
Wisata Paralayang
Wisata Alam Pekon Hujung
Wisata Alam Kubu Perahu
Desa Wisata Lumbok
Danau Suoh
Arung Jeram Sungai Way Besai
Pantai Tanjung Setia
Pantai Labuhan Jukung
Pesisir Selatan
Pantai Way Jambu
Pantai Way Sindi
Pantai Suka Negara
Pantai Way Haru
Situs Megalitik, di Pekon Purajaya
Rumah Tradisional, di Desa Sukadana
Petilasan Patih Gajah Mada, di Kecamatan Lemong

Objek Wisata di Kabupaten Lampung Selatan:
Air Terjun Way Peros - Desa Pematang
Goa Maja - Desa Maja Kecamatan Kind
Pantai Air Panas - Desa Air Panas
Pantai Bagus - Desa Merak Belatung Kalianda
Pantai Guci Batu Kapal - Desa Maja
Pantai Kresna - Kecamatan Kalianda
Pantai Marina - Kecamatan Kalianda
Pantai Merak Belatung - Dusun Muing, Merak Belatung
Pantai Sapenan - Desa Merak Belatung
Pantai Tanjung Beo - Desa Merak Belatung
Pantai Way Urang - Desa Way Urang Kecamatan Kalianda
Pantai Sebalang / Wisata Bahari Saburai - Dusun Sebalang Desa Tarahan
Pantai Tarahan / Tanjung Selaki - Desa Tarahan Kecamatan Ketibung
Pulau Pasir - Desa Rangai Kecamatan Ketibung
Pantai Tarahan - Desa Tarahan Kecamatan Ketibung
Pantai Alami - Desa Rugu Asem Ketapang

Objek Wisata di Kabupaten Lampung Tengah:
Air Terjun Curug Tujuh, terletak di Kecamatan Padang Ratu
Danau Bekri, terletak di Kecamatan Seputih Mataram
Taman Rekreasi Tirta Gangga, terletak di Kecamatan Seputih Banyak
Gua Maria, terletak di Kecamatan Seputih Mataram
Taman Nasional Way Kambas di Kabupaten Lampung Timur

Objek Wisata di Kabupaten Lampung Timur:
Pusat Latihan Gajah (PLG) - Karangsari
Bumi Perkemahan - Way Kambas
Penangkaran Badak Sumatera - Way Kanan
Rawa Kali Biru - Way Kanan
Rawa Gajah - Way Kanan
Kuala Kambas - Way Kanan
Situs Purbakala Pugung Raharjo - Kecamatan Sekampung Udik
Desa Tradisional Wana - Kecamatan Melinting
Taman Agro Wisata - Kecamatan Pekalongan
Danau Way Jepara - Kecamatan Way Jepara
Danau Way Kawat - Kecamatan Sukadana
Pesanggrahan Way Curup - Kecamatan Mataram Baru
Wisata Magrove - Kecamatan Labuhan Maringgai

Objek Wisata di Kabupaten Lampung Utara:
Air terjun Curup Paten - Kec. Bukit Kemuning
Taman Wisata Bendungan Way Rarem - Kec. Abung pekurun
Way Tebabeng - Kec. Abung Selatan
Bendungan Tirta Shinta - Kotabumi Selatan
Kermat Semul Asem - Kotabumi Ilir
Minak Trio Deso - Bukit Kemuning
Curup Selampung - Ogan Lima
Curup Kelawas Indah - Kec Abung Tengah
Curup Ateng - Bukit Kemuning
Taman Olah Seni - Jln. Jendral Sudirman No. 113

Objek Wisata di Kabupaten Pesawaran:
Pantai Cuku Upas - Desa Gebang, Padang Cermin
Pantai Sekar Wana - Sukajaya lempasing, Padang cermin
THR Ringgung (akses ke Pulau Tegal) - Sidodadi, Padang Cermin
Pantai Mutun (akses ke Pulau Tangkil) - Sukajaya Lempasing, Padang Cermin
Pantai Kelapa Rapet - Desa Gebang, Padang Cermin
Air Terjun Kembar - Wates Way Ratai, Padang Cermin
Air Terjun Ciupang (Muara) - Wates Way Ratai, Padang Cermin
Air Terjun Gunung Minggu - Desa Hurun, Padang Cermin
Air Terjun Abah Uban - Desa Hurun, Padang Cermin
Tahura wan Abdurrahman - Padang Cermin
Pulau Umang umang - Padang Cermin
Pulau Tangkil - Padang Cermin
Pulau Seserot - Padang Cermin
Pulau Pahawang Lunik - Padang Cermin
Pulau Tegal - Padang Cermin
Pulau Maitem - Gebang Padang Cermin
Pulau Pahawang - Punduh Pidada
Pantai Pancur Permai - Sukarame, Punduh Pidada
Pulau Legundi - Punduh Pidada
Pulau Balak - Pagar Jaya, Punduh Pidada
Lunik Resort - Punduh Pidada
Air Terjun Gunung Tanjung - Margidadi, Punduh Pidada

Objek Wisata di Kabupaten Pring Sewu:
Kolam Renang Grojogan Sewu
Kolam Pemancingan Sembilan

Objek Wisata di Kabupaten Tanggamus:
Wisata Pantai Terbaya
Gisting dan Kawasan Batu Keramat
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Objek Wisata di Kabupaten Tulang Bawang:
River Tour di Sungai Tulang Bawang
Perkampungan Di Atas Air, di Kuala Teladas
Areal Konservasi Rawa Pitu
Rawa Pacing

Objek Wisata di Kabupaten Way Kanan:
Curup Putri Malu - Desa Juku Batu Kecamatan Banjit
Curup Bukit Duduk - Desa Juku Batu Kecamatan Banjit
Curup Bangsa - Kota Wai Kecamatan Kasui
Sumber Air Panas - Kayu Batu Kec. Gunung Labuhan dan Bukit Gemuruh Kecamatan Way Tuba
Agro Wisata Perkebunan - Talang Mangga Kec. Kasui dan Gedung Batin Kec. Blambangan Umpu
Wisata Perburuan - Kecamatan Blambangan Umpu



***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar