Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Minggu, 21 Juni 2015

Si Kembar Adipura di Losari



Anjungan-anjungan yang berada di Pantai Losari Makassar, mewakili suku-suku besar di Sulawesi Selatan, yakni: Suku Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. Anjungan-anjungan tersebut, selain untuk sarana edukasi, juga menambah daya tarik tersendiri dari Pantai Losari yang telah terkenal dengan sunset dan sunrisenya.
Pantai Losari, Makassar - Sulawesi Selatan.

Tugu Kembar Adipura
Sebagaimana diketahui, selain Anjungan Toraja Mandar, anjungan yang terdapat dalam Pantai Losari masing-masing: Anjungan Metro Makassar; Bugis Makassar; dan Anjungan Bahari. Anjungan-anjungan di Pantai Losari ini, semakin sempurna dengan didirikannya Masjid Terapung Amirul Mukminin. Anjungan Toraja Mandar adalah anjungan yang paling terakhir dirampungkan, yaitu pada akhir tahun 2013 lalu. Tugu Kembar Adipura; Patung Penari Mandar; serta Rumah Adat Toraja, ditempatkan di Anjungan Toraja Mandar ini. Selain itu, terdapat pula Patung Penenun Sutera yang dijadikan ikon dari Anjungan Toraja Mandar. Di anjungan ini terdapat pula Patung Tedong Bunga, yaitu kerbau khas Toraja yang berbelang putih.
Konon, Pemerintah Kota Makassar mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,5 milyar untuk pembangunan Tugu Kembar Piala Adipura di Anjungan Toraja Mandar Pantai Losari. Tugu kembar Adipura didesain dengan tinggi sekitar empat meter. Kedua tugu ini dibangun berdampingan, menyerupai pintu gerbang –bermakna: gerbang kota dunia dengan wujud kota bersih dan mencintai kebersihan. Dua tugu kembar yang dibangun di Anjungan Toraja Mandar untuk Piala Adipura yang baru diraih tahun 2013 ini, untuk menggantikan Tugu Adipura di samping PLTU Tallo Jalan Urip Sumoharjo. Dua tugu Adipura tersebut maupun Anjungan Toraja Mandar, selesai pada Desember 2013 dan sudah dinikmati warga pada malam Tahun Baru 2014. Sedangkan, penuntasan Anjungan Toraja Mandar dianggarkan sebesar Rp 9 milyar, anjungan ini nantinya berada di sebelah Utara Anjungan Bahari.
Tugu Kembar Adipura di Pantai Losari, Makassar.
Anjungan Pantai Losari –atau Anjungan Metro Makassar, adalah anjungan yang pertama kali dirampungkan dari dua anjungan lainnya. Anjungan Pantai Losari dibangun pada tahun 2006 dan menghabiskan dana hingga Rp 35 milyar. Beberapa patung tokoh-tokoh dari Makassar, terpampang nyata di Anjungan Pantai Losari. Patung Sultan Hasannudin –yang dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”, adalah salah satunya. Bergeser kesebelahnya, terdapat patung Andi Abdullah Bau Massepe, yaitu seorang tokoh yang kala itu menyerukan agar masyarakat bersatu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain dua tokoh tersebut, masih ada sekitar 18 patung dari tokoh-tokoh yang dari Sulawesi Selatan.

Masjid Amirul Mukminin
Bila di Banjarmasin –Kalimantan Selatan terdapat “pasar terapung” serta di Lombok –Nusa Tenggara Barat dijumpai “villa terapung”, maka di Makassar ada yang lebih unik lagi yaitu “masjid terapung”. Adalah Masjid 99 Al Makazzary, merupakan masjid terapung pertama yang ada di Indonesia. Lokasinya berada tepat di Timur Laut Pantai Losari, Teluk Makassar. Dikenal sebagai masjid terapung, karena terpancang di atas laut di tepi Pantai Losari. Angka 99 melambangkan Asmaul Husna, sedangkan Al Makazzary sendiri merupakan nama salah seorang imam besar Masjidil Haram Syekh Yusuf. Masjid 99 Al Makazzary ini –setelah diresmikan nama menjadi Masjid Amirul Mukminin, berlantai tiga yang ditopang oleh 164 tiang pancang serta memiliki luas sekitar 1.683 m2. Bangunan masjid ini memadukan konsep arsitektur Islami; kontemporer; dan arsitektur modern, dengan balutan warna putih dan abu-abu serta dua menara yang tinggi menjulang. Untuk lantai teras yang berada tepat di bawah kubah, banyak digunakan warga untuk melakukan kegiatan rekreasi, seperti melihat sunset di Pantai Losari. Sementara, lantai paling atas, merupakan tempat khusus bagi parapengunjung yang ingin melaksanakan shalat sendiri dengan lebih khusuk. Lantai kedua, dipergunakan khusus untuk jemaah wanita. Sedangkan lantai bawahnya, untuk shalat jemaah pria. Di lantai bawah itu juga, terdapat tempat wudhu pria yang berada di sebelah kanan masjid. Sementara untuk wudhu parawanita, berada di sebelah kiri masjid. Di masjid terapung ini, terdapat kubah berdiameter sembilan meter yang di bawahnya pengunjung dapat menggunakannya sebagai tempat bersantai. Pengunjung pun dapat naik ke atas kubah, melalui dua tangga samping yang mengelilingi masjid. Meskipun tidak begitu luas, namun masjid terapung ini mampu menampung sekitar 400 hingga 500 jamaah. Suasana di dalam masjid ini terasa nyaman, meskipun lokasinya berada di daerah terik. Banyak warga yang nongkrong di lorong jembatan menuju masjid yang berada di atas laut ini, sambil menyaksikan matahari tenggelam.
Masjid "Terapung" Amirul Mukminin, Pantai Losari - Makassar.
Sunset Makassar
Masjid terapung ini sendiri diresmikan dengan nama Masjid Amirul Mukminin oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia –Jusuf Kalla, pada 21 Desember 2012. Pembangunan masjid terapung ini difasilitasi oleh Walikota Makassar –Ilham Arief Sirajuddin, dengan menelan dana sekitar Rp 9 Milyar dari sumbangan paradermawan di Makassar. Sedangkan nama Amirul Mukminin –bermakna: pemimpin kaum mukmin, diambil dari nama putera tertua sang walikota sendiri.
Masjid ini dibangun karena gagasan walikota makassar yang ingin memperkaya khasanah landmark Kota Makassar dan wisata religius di kota ini. Walau konsepnya sederhana, namun luar biasa. Dimana perpaduan antara wisata –berupa pemandangan pantai dan aspek religius –berupa masjid, dikemas menjadi sebuah momen yang indah. Bayangkan, di saat kita sedang menunggu tenggelamnya matahari –dengan menikmati makanan khas Makassar, pisang epek, kemudian menjalankan shalat Maghrib berjamaah. Sungguh, sebuah fenomena yang indah dan memesona.
Monumen Becak di Pantai Losari, Makassar - Sulawesi Selatan.

Monumen Becak
Bila di Anjungan Pantai Losari terdapat patung tokoh-tokoh Sulawesi Selatan, di Anjungan Bugis Makassar nuansanya cukup berbeda. Di Anjungan Bugis Makassar, menyuguhkan patung atau monumen, seperti: Monumen Becak; Permainan Panaga; Kapal Phinisi; serta Tarian Pepe-pepeka Ri Makka.
Pada dasarnya, becak merupakan moda transportasi beroda tiga. Kata ‘becak” berasal dari bahasa Hokkien, dari kata: Be Chia –yang bermakna: kereta kuda. Dari be chia tersebut kemudian berkembang menjadi, kata: betjak; betja; atau beetja. Kata “becak”, baru digunakan sekitar tahun 1940-an ketika mulai digunakan sebagai kendaraan umum. Sebelumnya, di tahun 1937-an, becak dikenal dengan nama: Roda Tiga. Pada awalnya, moda becak pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-20, untuk keperluan pedagang Tionghoa dalam mengangkut barang.
Rumah Makan Ulu Juku, Makassar.
Masakan Kepala Ikan di RM Ulu Juku

Kuliner
Bagi penikmat masakan kepala ikan, Rumah Makan Ulu Juku sangat cocok untuk menjadi tongkrongan favorit memanjakan lidah. Berbagai masakan khas kepala ikan, seperti: pallumara ulu juku; gulai ulu juku; sup ulu juku; dan goreng ulu juku, dapat dinikmati di sini. Kelezatan masakan berpadu dengan kemewahan ornamen ruangan itulah yang menjadi ciri khas dari rumah makan tersebut. Kepala ikan, disuplai dari perusahaan pengekspor ikan –untuk ekspor, biasanya mereka hanya menjual dagingnya saja dan kepala ikan yang masih segar itulah yang beli oleh pihak rumah makan.
Makassar - Sulawesi Selatan.


***