Monumen Cakalang Bitung |
Batas
wilayah Kota Bitung:
Sebelah Barat: dengan Kabupaten Minahasa Utara
Sebelah Timur: dengan Laut Maluku
Sebelah Utara: dengan Kabupaten Minahasa Utara
Sebelah Selatan: dengan Laut Maluku
Wilayah
Kota Bitung terbagi dalam 8 kecamatan, yaitu: Kecamatan Aertembaga; Kecamatan
Girian; Kecamatan Lembeh Selatan; Kecamatan Lembeh Utara; Kecamatan Madidir; Kecamatan
Maesa; Kecamatan Matuari; dan Kecamatan Ranowulu.
Dari
aspek topografis, sebagian besar daratan Kota Bitung berombak berbukit 45,06%,
bergunung 32,73%, daratan landai 4,18% dan berombak 18,03%. Di bagian Timur
mulai dari pesisir pantai Aertembaga sampai dengan Tanjung Merah di bagian Barat,
merupakan daratan yang relatif cukup datar dengan kemiringan 0-150 –sehingga secara fisik dapat dikembangkan
sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa.
Pelabuhan Samudera Bitung Sulawesi Utara |
Pelabuhan Samudera Bitung |
Sebagian besar penduduk Kota Bitung
berasal dari suku Minahasa dan suku Sangihe –terdapat juga komunitas etnis Tionghoa yang besar di Bitung. Para
pendatang yang berasal dari suku Jawa dan suku Gorontalo juga banyak ditemui di
Bitung, dimana sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pedagang.
Sebagian besar penduduk Kota Bitung
memeluk agama Kristen Protestan, penduduk Kota Bitung yang berasal dari etnis
Jawa dan Gorontalo memeluk agama Islam. Agama Katolik juga banyak dianut oleh
penduduk Kota Bitung, sementara agama Konghucu dan Buddha banyak dianut oleh penduduk
yang berasal dari etnis Tionghoa.
Miniatur Menara Eiffel di jantung Kota Bitung |
Kebudayaan yang ada di Kota Bitung
banyak dipengaruhi oleh budaya Sangihe dan Talaud –karena banyaknya penduduk yang berasal dari etnis Sangir. Contoh
dari budaya Sangir dan Talaud yang ada di Bitung yaitu: Masamper –merupakan gabungan antara nyanyian dan
sedikit tarian yang berisi tentang: nasihat, petuah, dan juga kata-kata pujian
kepada Tuhan. Budaya Sangir lainnya yang bisa ditemui di Bitung yaitu: Tulude/Menulude.
Tulude berasal dari kata Suhude yang berarti: Tolak. Maksud acara adat Menulude
ialah memuji Duata/Ruata (Tuhan), serta mengucap syukur atas
perlindungan-Nya.
Peta Kota Bitung, Sulawesi Utara |
Pada
Tahun 2004 sektor angkutan/transportasi dan komunikasi memberikan kontribusi
paling besar dalam perekonomian di Kota Bitung. Sebagai kota pelabuhan, sarana
transportasi di Kota Bitung cukup memadai. Transportasi laut menghubungkan
daerah daratan dengan Pulau Lembeh. Pelabuhan Bitung terdiri dari pelabuhan
penumpang dan pelabuhan peti kemas. Pelabuhan Bitung merupakan satu-satunya
pelabuhan di Sulawesi Utara yang disinggahi dan dilabuhi oleh kapal-kapal
penumpang antar kota-kota besar di Indonesia. Sarana tranportasi darat yang ada
di Kota Bitung adalah mikrolet –sebagai
angkutan perkotaan dan bus –sebagai
angkutan antarkota, seperti: bus trayek Bitung-Manado, Bitung-Tondano,
Bitung-Gorontalo, Bitung-Tolitoli dan Bitung-Palu. Disamping itu juga, ada industri makanan; baja; serta industri
menengah dan kecil.
Asal Nama Bitung
Bitung diambil dari
nama sebuah pohon –pohon Witung yang
banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama
yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan (Nicodemus Sompotan)
yang dalam bahasa daerah disebut dengan gelar Tundu'an atau pemimpin.
Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama
dengan: Dotu Rotti; Dotu Wullur; Dotu Ganda; Dotu Katuuk; serta Dotu Lengkong –semuanya berasal dari Suku Minahasa, etnis
Tonsea. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga
bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan
kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatera –Dotu sebenarnya hanya untuk bertugas untuk meregristrasi penduduk, dan
mencatat hasil kebun milik pemerintah Belanda. Mereka dikenal dengan
sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, membuka
serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati
–timani/tumani adalah penjaga kebun/tanah
yang dimiliki oleh pemerintah Belanda pada saat itu. Ke-6 Dotu Tumani
Bitung tersebut berasal dari suku Minahasa, etnis Tonsea. Nicodemus Sompotan
dan istrinya Sabina Lontoh yang datang ke tempat itu –disebut sebagai Dotu Tunggal Tumani Bitung, ini terjadi di tahun 1800an.
Daerah pantai yang baru ini ternyata
banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama
kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah
sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan (Elias Lontoh Sompotan, anak
pertama Nicodemus Sompotan) sebagai Hukum Tua –Lurah pertama desa Bitung pada tahun 1921dan memimpin selama kurang
lebih 25 tahun –pada saat itu, Desa
Bitung termasuk dalam Kecamatan Kauditan.
Dari Sekitar tahun 1940-an, para
pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan
Bitung dibandingkan Kema –wilayah
Kabupaten Minahasa Utara sekarang yang dulunya merupakan pelabuhan
perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa
dijadikan pelabuhan pengganti Kema.
Seiring dengan perkembangan Bitung
sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah
dengan pesatnya maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975
tanggal 10 April 1975, Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di
Indonesia.
Destinasi
Wisata
1.
Pelabuhan
Bitung
Pelabuhan
Bitung merupakan pelabuhan alam terbesar di Sulawesi Utara yang menjadi tempat
berlabuhnya berbagai jenis kapal –baik
kapal penumpang; kapal kargo; maupun kapal nelayan, dan juga terdapat
Dermaga khusus milik Angkatan Laut RI.
Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung
terletak di perairan laut Selat lembeh berhadapan dengan Laut Sulawesi dan
Samudera Pasifik di sebelah utara pulau Sulawesi. Pengembangan Pelabuhan Perikanan
Samudera Bitung dicanangkan pada tanggal 18 juli 2001 oleh Presiden RI Abdurrahman
Wahid. Peletakan batu pertama pelaksanaan pembangunan oleh Walikota Bitung pada
tanggal 16 September 2002 dengan membangunan fasilitas dermaga, gedung kantor
pelabuhan, tempat pelelangan ikan, jalan, serta kios pesisir dengan lahan
seluas 4,6 Ha. Ujicoba operasional pelabuhan oleh Menteri Kelautan dan
Perikanan Prof. DR. Rochmin Dahuri pada tanggal 10 September 2004 dan pada
tanggal 10 Desember 2005 ditetapkan sebagai Pelabuhan Perikanan Nusantara
Bitung melalui Surat Keputusan Menpan Nomor: B/2712/M.Pan/12/2005. Peningkatan
status Pelabuhan Perikanan Nusantara Bitung menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera
Bitung terjadi pada tanggal 6 Oktober 2008 melalui Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor: PER.19/MEN/2008.
2.
Selat
Lembeh
Selat Lembeh Bitung |
Selat
sepanjang 16 kilometer dengan lebar 1-2 kilometer ini memiliki 88 spot
penyelaman yang tak kalah indah dibanding dengan Taman Nasional Laut Bunaken.
Beraneka biota laut akan menyajikan pemandangan yang menarik –termasuk ribuan jenis ikan seperti Mimic
Octopus yang hanya ada di Lembeh.
Satwa
laut unik seperti mimic octopus ini, bisa meniru belut ular. Juga dapat ditemui lion fish
dan masih banyak lagi, menyelampun dilatari dengan pasir hitam yang berbinar
dan terumbu karang yang menyatu seirama dengan kedalaman laut. Selain itu, Selat Lembeh dikenal sebagai 'muck-diving' terbaik di dunia. Perairan ini penuh dengan critter laut yang luar biasa, banyak di
antaranya sangat ahli menyamar.
Taksi Perahu beratap rendah |
3. Dermaga Ruko Pateten
Merupakan
dermaga super sibuk untuk taksi perahu
(kapal
motor yang bisa disewa di Dermaga Ruko Pateten, berkapasitas sekitar 10-15
orang) menuju desa-desa yang ada di Pulau
Lembeh dan juga tempat menambatkan perahu nelayan. Dermaga inilah akses menuju
spot-spot penyelaman. Dermaga
Ruko Pateten
–yang terletak di bagian belakang
kompleks Ruko Pateten adalah dermaga yang digunakan oleh
para penumpang yang ingin mengunjungi tempat-tempat di sekitar Selat Lembeh,
kota Bitung, Sulawesi Utara –baik untuk
tujuan wisata maupun untuk tujuan lainnya.
4.
Taman
Marga Satwa Tandurusa
Tam
an
Marga Satwa Tandurusa berlokasi di Aertembaga Bitung, di taman ini dapat
dijumpai primata terkecil di dunia, yakni: Tarsius –tarsius tarsier merupakan
monyet kecil dengan mata besar dan tidak pernah menutup yang hanya terdapat di
Pulau Sulawesi. Taman Marga
Satwa Tandurusa jaraknya sekitar 100 meter dari jalan utama, di tepian Selat
Lembeh. Berbeda dengan
jenis monyet yang lain, Tarsius adalah penganut monogami yang setia –dan konon jika yang satu meninggal, maka
pasangannya tetap akan hidup sendiri sampai ia menyusul ke alam baka. Mata Tarsius yang besar dan tidak pernah
menutup, namun bintik hitamnya akan membesar ketika malam tiba, membuatnya
mampu melihat dengan jelas dalam kegelapan untuk mencari mangsanya, yang berupa
serangga. Tarsius memang merupakan binatang malam, yang hanya aktif pada saat
hari gelap.
Tarsius Tarsier Tandurusa Bitung |
Taman Marga Satwa Tandurusa, Bitung Sulut. |
5.
Suaka Alam
Gunung Batu Angus dan Gunung Tangkoko
Kawasan
Suaka Alam Batu Angus berada di Kelurahan Makawidey Kecamatan Aertembaga,
sementara Gunung Tangkoko berada di wilayah Kelurahan Batu Putih, Kecamatan
Ranowulu. Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus adalah cagar
alam di Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Cagar alam seluas
sekitar 8.745 hektare ini merupakan tempat perlindungan monyet hitam sulawesi
dan Tarsius. Di dalam kawasan ini terdapat Taman Wisata Batuputih dan Taman
Wisata Alam Batuangus. Secara geografis, cagar alam ini berbatasan langsung
dengan Cagar Alam Gunung Duasudara. Kawasan cagar alam ini dikelola oleh Balai
Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara.
Tarsius, Bitung. |
Monyet Hitam, Bitung Sulut. |
6.
Monumen
Trikora Mandala Sakti
Monumen TMS dengan latar depan sayap Pesawat DC-3 Bitung |
Monumen
Trikora Mandala Sakti terletak di Batu Lubang –tepian Pulau Lembeh merupakan monumen sejarah Perang Dunia II.
Terlihat dengan sangat jelas dari daratan Bitung seakan menyampaikan ucapan
selamat datang di Pulau Lembeh –ini karena Selat Lembeh yang panjangnya 16 km dan
memisahkan kota Bitung dengan Pulau Lembeh ini hanya selebar 1-2 km, dan jarak
dari Pelabuhan Bitung ke Pulau Lembeh ini merupakan salah satu lokasi dengan
jarak yang terpendek.
7.
Lokasi
Perang Dunia II
Berupa
lokasi karamnya kapal sewaktu Perang Dunia II –sangat tepat untuk penyelaman, berada di dua lokasi yakni: di bawah
laut Kelurahan Mawali Lembeh Utara dan di bawah Laut depan Bimoli Kecamatan
Madidir. Mawali
merupakan salah satu desa yang memiliki reputasi internasional ketika menerima
penghargaan dari WHO –atas rintisan
secara swadaya program yang menjadi cikal-bakal Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas) di Indonesia. Kelurahan ini juga merupakan salah
satu tujuan wisata selam dengan beberapa cottage dan titik penyelaman
seperti Mawali Wreck.
8.
Gunung
Duasudara
Gunung
kembar yang berada di Kecamatan Ranowulu (12 Km Dari Pusat Kota Bitung) ini sangat tepat bagi penyuka wisata alam tracking dan
hiking. Gunung
Duasudara (1.351 meter dpl)
9.
Airprang
Airprang
berada di Kelurahan Makawidey, Aertembaga –merupakan
sumber air bersih bagi penduduk di sekitar Pulau Lembeh dengan formasi 300
lebih anak tangga.
10. Pantai-pantai yang indah dengan
Pasir Putih
Terdapat
beberapa pantai indah dengan pasir putihnya, di antaranya: Pantai Millenium,
Pantai Batu Putih, Pantai Langi, Pantai Tanjung Merah, Pantai Pasir Panjang,
Teluk Kasuari, Teluk Kungkungan dan Teluk Walenekoko.
Kuliner
Cakalang Fufu (Woku). Ikan Cakalang sejatinya,
bisa disajikan dalam berbagai bentuk hidangan seperti gorengan, woku dan kuah. Cakangan
Fufu yang merupakan olahan yang dibumbui, diasap dan dijepit dengan kerangka
bambu, ini bisa disidangkan dalam bentuk woku dan gorengan. Kata fufu berasal
dari bahasa Manado yang artinya asap, atau dalam bahasa Inggrisnya fumigation. Ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang dari familia
Scombridae (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus. Cakalang
terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg.
Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm. Nama-nama
lainnya di antaranya: cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan
ada pula yang menyebutnya tongkol, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
skipjack tuna.
Cakalang Fufu |
Ikan Cakalang dibersihkan dengan dibuang
sisik dan jeroan, daging dibelah dua dan dijepit oleh kerangka penjepit bambu
yang telah disiapkan. Daging ikan ini diolah dengan dibaluri garam dan bubuk
soda, kemudian ikan cakalang menjalani proses pengasapan dengan panas api dan
asap. Panas harus merata hingga daging ikan cakalang matang dan kering, proses
ini menghabiskan waktu empat jam untuk pengasapan dan dua jam untuk
pendinginan. Proses ini berlangsung hingga daging ikan cakalang berubah warna
menjadi kemerahan dengan tekstur sedikit empuk, kering dan tidak berair. Jika
diproses secara tepat cakalang fufu dapat tahan disimpan dalam suhu ruang selama
satu bulan, makanya ikan ini bisa didistribusikan ke seluruh Indonesia sebagai
pangan hidangan laut olahan. Di Sulawesi Utara cakalang fufu adalah hidangan
favorit dan kerap dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berkunjung ke Manado.
Meskipun hidangan ini terkenal di seantero Indonesia Timur, lokasi produksi
utamanya adalah kota pelabuhan nelayan Bitung, Sulawesi Utara.
Ikan Kalengan |
Isabella, Marina, Frabella adalah
nama-nama produk lokal kota Bitung. Bisa ditemukan di supermarket-supermarket
di Manado, Tomohon. Ada Isabella TSG (Tuna Sambal Goreng);
Isabella TSW (Tuna Saus Woku); dan Isabella TFO (Tuna Flake Oil). Frabell lebih
mahal karena kualitasnya kualitas ekspor. Ada tiga macam olahan yang berlabel
Frabell yaitu Fravel TCO (Tuna Chunk In Oil) potongan ikan tuna dalam minyak
nabati, Kornet Ikan Oles, dan Kornet Tuna Iris dengan kentang. Sedangkan Marina
adalah khusus untuk olahan jenis Kornet Tuna, lebih murah karena untuk customer
dalam negeri.
Panada |
Panada adalah makanan sejenis
roti goreng berisi ikan cakalang dan dibentuk dengan pilinan pada bagian
tepinya.
Tinutuan |
Tinutuan merupakan
campuran berbagai macam sayuran yaitu labu kuning (yang juga disebut sambiki), beras, singkong,
bayam, kangkung, daun gedi, jagung, dan kemangi, tidak mengandung
daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antarkelompok
masyarakat. Tinutuan biasanya disajikan untuk sarapan pagi beserta berbagai pelengkap hidangannya.
Dabu-dabu |
Dabu-dabu dibuat dari
campuran potongan cabe merah, cabe rawit, irisan bawang merah dan tomat segar
yang dipotong dadu dan terakhir diberi campuran kecap.
Sambal Roa |
Sambal Ikan Roa adalah sambal
yang terbuat dari daging ikan roa yang di haluskan. Sambal ini biasa di sajikan
bersama Tinutuan dan makanan lainnya.
Cakalang Bakar |
Cakalang
Bakar
ini sangat lezat, apa lagi jika di cocol dengan sambal Dabu-dabu Tomat merah.
Sate Babi |
Sate
Babi
ini biasanya di sajikan dengan sambal kecap atau juga bisa sambal Dabu-dabu.
Lalampa/Lalampara |
Lalampa merupakan lemper
berisi ikan cakalang yang diisi dalam segumpalan beras ketan dan dibungkus dengan
daun pisang lalu dibakar.
Ayam Rica-rica |
Ayam
Rica-rica.
Kata rica berasal dari bahasa Manado yang berarti "pedas" atau
"cabai". Resep untuk membuat ayam rica-rica sangat beragam,
begitu pula cara memasaknya, persamaannya hanya terletak pada rasanya yang
pedas. Ayam rica-rica biasa disajikan dengan nasi dan bahan pelengkap
seperti bawang goreng dan mentimun.
Pisang Goroho dan Sambal Bakasang |
Pisang Goroho, Pisang ini di
sajikan dengan Sambal Bakasang –sambal
ini terbuat dari butiran-butiran telur ikan yang banyak sekali, sambal ini
memiliki vitamin dan protein yang cukup tinggi.
Nasi Jaha |
Nasi Jaha yang terbuat
dari beras ketan yang dicampur dengan santan, jahe, bawang merah dan lain-lain,
kemudian dimasukan ke dalam bambu lalu dibakar.
RW (er-we) |
RW (er-we) yaitu masakan
dari daging anjing, dimasak seperti layaknya daging sapi biasa.
Biapong |
Biapong terbuat dari
daging babi, wijen, dan unti (dari kelapa). Biapong ini aslinya sangat besar,
hanya dengan memakan 3-4 Biapong ini kita bisa menjadi kenyang.
Paniki (Kelelawar) |
Paniki adalah makanan
yang berasal dari daging kelelawar (paniki). Sebelum diolah menjadi masakan,
biasanya kelelawar terlebih dahulu dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu
halusnya, kemudian dimasak dengan bumbu santan.
Gohu |
Gohu dibuat dari
irisan buah pepaya yang direndam dalam larutan asam cuka, gula, garam, jahe dan
cabe. Jadi Gohu ini seperti asinan pepaya, enak sekali.
Nasi Kuning |
Nasi
Kuning
sebenarnya nasi yang disajikan dengan beralaskan Janur kuning dan ditaburi
bumbu di atas Nasi kuning tersebut. Isi
Nasi Kuning terdiri dari telur dan irisan daging sapi tipis-tipis, disuwir-suwir.
Saguer |
Saguer yaitu sejenis
arak atau tuak yang berasal dari pohon enau. Saguer ini memiliki kandungan
alkohol. Jenis minuman ini diproduksi rakyat di hutan-hutan atau perkebunan di
sela-sela hutan pohon enau. Pohon enau atau saguer dalam bahasa sehari-hari disebut
pohon saguer karena pohon ini menghasilkan saguer, atau cairan putih yang
rasanya manis keasam-asaman serta mengandung alkohol sekitar lima persen. Sebagian
orang desa sebelum makan lebih dulu meminum saguer dengan alasan agar bisa
makan banyak. Saguer biasanya di suguhkan pada acara kumpul-kumpul keluarga, baik
acara resmi mau pun tidak. Saguer atau Nira yang dipermentasikan, biasanya
dibeli per jerigen. Kalau sisa saguer yang tidak terjual kemudian disuling
secara tradisional menjadi minuman Cap Tikus. Kadar alkoholnya, sesuai
penilaian dari beberapa laboratorium, naik menjadi sekitar 40 persen.
***
Dp makanan khas Manado smua, bukang bitung -_-
BalasHapusKhususnya khas minahasa
BalasHapusoh.. begitu, yach ?
BalasHapusMakasih info-nya, mbak !
Mungkin, karena jarak yang sangat dekat antara Kota Bitung dan Manado.
Lalu... kuliner khas Kota Bitung, menurut mbak, apa yach ?