Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Senin, 22 April 2013

PKSA On Air



Promosi PKSA Melalui Siaran Radio
Komunitas anak jalanan jelas sangat membutuhkan pendidikan entrepreneurship karena melalui pendidikan yang mampu membuat mereka menciptakan kerja bagi diri sendiri akan menolong mereka keluar dari “jalanan” dan menjadi warga masyarakat yang terhormat.
Mereka harus diberdayakan untuk sanggup menolong diri sendiri sehingga dapat keluar dari lingkaran setan pekerjaan “tradisional” mereka yaitu: mengamen; mengemis; atau bahkan menodong demi mendapatkan uang.
Kebiasaan mendapatkan uang dengan cara di atas secara tak sengaja menanamkan kepada anak-anak tersebut bahwa kegiatan mereka di jalan lebih menguntungkan daripada bersekolah –karena belajar berarti tidak menerima uang (belum lagi tuntutan yang tinggi dari orangtua mereka untuk mendapatkan uang).
On Air di Radio D 103,4 FM Jakarta Pusat.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi perlunya sosialisasi Program Kesejahteraan Sosial Anak secara lebih luas kepada masyarakat umum, melalui siaran langsung on air di Radio D 103,4 FM di bilangan Kuningan Jakarta Pusat. Direktur Kesejahteraan Sosial Anak DR. Harry Hikmat M. Si melakukan siaran langsung pada hari Kamis 5 Mei 2011 membahas tentang “pemberdayaan anak-anak marginal”
Harry Hikmat yang didampingi oleh Andriyati dari Care For The Little Hand, menjelaskan tentang Program Kesejahteraan Sosial Anak dan kegiatan-kegiatan produktif serta kegiatan-kegiatan pemberdayaan lainnya yang telah dilakukan dan akan dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan anak-anak di jalanan agar tidak kembali turun ke jalan. Semua kegiatan itu dilakukan dalam upaya menggali potensi, bakat dan minat anak-anak marginal –anak jalanan, pengamen, peminta-minta, dan pedagang asongan yang berminat untuk mengubah citra diri dan kehidupannya ke arah yang lebih baik. Contohnya bagi yang berbakat di bidang seni musik dan suara, maka Kemensos telah memfasilitasinya dengan membuat album rekaman yang telah mulai beredar di pasaran. Oleh karena itu, Kementerian Sosial bekerja sama dengan Rumah Singgah dan Yayasan di seluruh wilayah Indonesia yang menerima bantuan PKSA memfasilitasi semuanya, selain pendidikan Kejar Paket A; B; dan C bagi yang sempat putus sekolah, juga dimulai dengan pelatihan keterampilan oleh para instruktur berpengalaman, menyediakan tempat untuk menjual hasil karya mereka dan hasil penjualan berupa uang dimasukkan ke dalam tabungan mereka, sehingga jumlah tabungan PKSA mereka bisa bertambah dari hasil keringat mereka sendiri. Hal demikian cukup memotivasi anak-anak itu untuk terus berkreasi dan mulai meninggalkan jalanan.
Terlepas dari keberhasilan itu semua, hambatan yang dijumpai terutama adalah bagaimana mengubah pola pikir mereka –untuk beberapa kasus memang diperlukan kerjasama dengan pihak-phak yang berkompeten di bidangnya seperti ahli therapy atau psikologi serta dukungan keluarga bagi mereka yang masih mempunyai keluarga dalam mengubah pola pikir mereka tentang budaya hidup di jalanan.
Pada kesempatan itu juga, dialog interaktif yang dipandu oleh Riri dari Radio D 103,4 FM, Harry Hikmat menjawab beberapa pertanyaan dari para pendengar seputar anak jalanan dan permasalahannya. Contohnya, bagi anak yang mengalami masalah-masalah khusus seperti korban narkoba, pelecehan seksual dan trafficking, maka Rumah Sosial Perlindungan Anak (RSPA) di Bambu Apus dan di beberapa kota lainnya siap melindungi mereka.
Kegiatan Direktur KSA kemudian berlanjut dengan mengunjungi Sanggar Kartini di Kelapa Gading, milik ibu kembar Sri Irianingsih dan Sri Rosyati, pada kesempatan itu Harry Hikmat melihat koleksi hasil kerajinan anak-anak binaan Sanggar Kartini yang juga sudah berhasil menembus pasaran dengan mengisi outlet-outlet di beberapa Mall besar di Jakarta dan beberapa kota lainnya.
Rombongan Direktur KSA kemudian diteruskan dengan mengunjungi Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) di Jl. Surya Mandala I No. 8D Kedoya Jakarta Barat dan disambut oleh Firza Imam Putra, Director of HOLD Departemen YCAB Fondation. Pada kesempatan itu hadir juga perwakilan dari beberapa rumah singgah seperti dari Uswatun Hasanah, Yayasan Al Abrar, Yayasan Al Mukhlis, Nurul Iman, Bina Nusantara, Yayasan Nanda Dian Nusantara dan yayasan Nur Sahabat. Pertemuan tersebut juga menjadi ajang diskusi dan berbagi pengalaman antara pihak Kemensos, Rumah Singgah/Yayasan dengan pihak instruktur (diwakili oleh Andriyati Care For The Little Hand) dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapi agar program-program selanjutnya dapat terlaksana lebih baik dengan hasil yang memuaskan terutama bagi kepentingan anak-anak jalanan yang menjadi binaan mereka. Sebagai contoh, seperti yang dijelaskan oleh pihak YCAB, mereka memberikan semacam kontrak yang ditandatangani oleh anak dan orangtuanya yang akan menerima pelatihan, jika putus di tengah jalan, mereka wajib mengganti sejumlah uang sebagai ganti rugi. Dan cara itu cukup berhasil dengan kesungguhan anak dalam mengikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan di YCAB dan si anak mampu menunjukkan dirinya cukup berkualitas untuk bersaing di lapangan pekerjaan. Jadi uang tersebut tidak dibagikan begitu saja tapi diinvestasikan untuk sebuah pengalaman belajar. Program ini sendiri diharapkan menjadi pencetus/motor semangat entrepreneurship kepada anak-anak marjinal tersebut, di mana anak-anak mengalami secara langsung bagaimana mengeksplorasi pasar dengan kemungkinan mendapatkan profit, dengan cara yang berbeda dari yang biasa dilakukan –pengalaman mendapatkan uang bukan dengan mengemis atau mengamen, tetapi dengan kemandirian dan kreativitas yang ada pada dirinya. Risiko gagal selalu ada, tetapi kecakapan entrepreneur dalam berinovasi adalah melalui kesabaran dan ketahanannya (endurance) melalui proses.
Di sinilah kita melihat titik terang untuk mematahkan lingkaran setan atau vicious circle tadi. Pertama, kegiatan ini sangat berpotensi menjadi fondasi perubahan pola pikir anak-anak jalanan untuk berinovasi mengatasi masalah kemiskinan. Kedua, kehadiran role-model bagi anak-anak jalanan dalam penerapan semangat entrepreneurship. Teladan tersebut bisa berasal dari para relawan pendamping dan bahkan anak jalanan yang berhasil menjadi entrepreneur melalui program ini.
Maka, kita pun melihat entrepreneurship menangani masalah kemiskinan tidak hanya sekedar menghasilkan keuntungan, tetapi lebih dari itu berupa pemberdayaan manusia melalui pembaharuan pola pikir dan penajaman kecakapan hidup (life skill) untuk bekerja keras, bertahan (endure), serta berani menanggung risiko dalam proses inovasi.
Betapa indahnya kelak saat gaung “Hari ini saya harus menerima uang” dalam pikiran anak-anak marjinal ini berubah menjadi: “Saya dapat menghasilkan uang, dan saya bangga!”
Photo Bareng di Radio D 103,4 FM Jakarta
Kegiatan diakhiri dengan melihat fasilitas kegiatan belajar dan pelatihan yang ada di YCAB yang berasal dari para donatur, kemudian diakhiri dengan foto bersama. Menutup kegiatan kunjungan kerja Direktur KSA hari itu, rombongan mengunjungi salah satu outlet penjualan yang menampung dan memajang hasil kerajinan anak-anak jalanan di Brasco, sekitar daerah Cilandak. Hasil karya mereka tidak kalah dengan para pengrajin profesional.
brasco Factory Outlet Jl. TB Simatupang 18D Cilandak Jakarta Selatan

Penutup
Anak-anak memiliki hak-hak untuk menikmati standar kehidupan yang layak, diantaranya adalah: makanan yang seimbang; layanan kesehatan; serta sebuah tempat tinggal yang hangat dan bersih. Mereka memiliki hak untuk bermain dan berlajar, memiliki akses pendidikan dan tempat rekreasi yang aman. Mereka juga memiliki hak untuk bebas dari penganiayaan, pengabaian, eksploitasi, dan diskriminasi. Hak-hak tersebut merupakan hak dasar, adalah suatu tindakan bijaksana untuk memberikan yang terbaik kepada anak dan bukan hanya hak-hak dasar saja.
Anak jalanan memiliki banyak keterkaitan dengan jalanan –mengingat banyak dari mereka tinggal di jalanan, bahkan bernafkah di jalanan. Ada juga anak jalanan yang masih memiliki keluarga, sedangkan anak jalanan yang lain terputus dari keluarganya. Terdapat banyak alasan yang menyebabkan persoalan ini terjadi, namun seringkali penyebab dari persoalan ini dapat ditelurusi  pada kemiskinan dan kekerasan.
Secara tidak resmi, semenjak tahun 2010 Hari Anak Jalanan Internasional diperingati pada tanggal 12 April setiap tahunnya.  Peringatan tersebut memberikan kesempatan bagi anak-anak jalanan dan juga kepada pihak-pihak terkait yang berjuang demi hak-hak mereka untuk menyuarakan pendapat; sikap; dan dukungannya.




Sakti Peksos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar