Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Selasa, 28 Juli 2015

Jumpa Gatotkaca di Kota Tua



Oud Batavia (Batavia Lama) adalah sebuah wilayah kecil di tepi timur Sungai Ciliwung. Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Jayakarta, diserang VOC pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya, VOC membangun kota yang baru tepat di atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut. VOC menamai kota baru itu sebagai: Batavia, dengan pusat kotanya tepat berada di sekitar Taman Fatahillah sekarang. Nama Batavia diambil VOC sebagai nama kota ini untuk menghormati leluhur bangsa Belanda, yaitu: Batavieren. Ketika Kapten James Cook seorang penjelajah legendaris asal Inggris menyambangi kota ini tahun 1770, maka ia pun sontak terpesona serta menjulukinya sebagai: the Pearl of Orient (Mutiara dari Timur). James Cook terpukau dengan keindahan bangunan dan struktur tata ruang kota ini, yang dianggap mirip Kota Amsterdam di negeri Belanda. Memang, kota ini dipersiapkan untuk menjadi salinan ibukota negeri Kincir Angin tersebut hingga dilabeli sebagai: Koningen van Oosten (Ratu dari Timur). 
Kakang Gatotkaca, Kota Tua Jakarta.

Kota Tua
Pelabuhan Sunda Kalapa dengan Kota Tua Batavia, adalah cikal bakal dari Kota Jakarta saat ini. Jauh sebelumnya, pelabuhan tersebut sudah dirintis oleh Kerajaan Sunda sebagai sarana perdagangan antarpulau di Nusantara. Tahun 1610, diserang oleh perusahaan dagang Belanda VOC –Verenigde Oostindische Compagnie pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya tahun 1620, VOC membangun kota yang baru tepat di atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut hingga selesai dibangun tahun 1650. Dari sinilah, VOC mengendalikan semua kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama menguasai Nusantara hingga dilanjutkan berikutnya oleh Pemerintahan Hindia Belanda.
Nama Batavia, digunakan sejak 1621 hingga tahun 1942 –saat Jepang menaklukkannya. Kemudian Jepang mengganti nama Batavia menjadi Jakarta, dan tidak berubah hingga saat ini. Sebagaimana diketahui, Pemerintahan Belanda di Nusantara berakhir sepenuhnya setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang melalui perundingan Linggarjati pada tahun 1942.
Kota Tua Batavia, merupakan tempat favorit parapecinta sejarah dan budaya. Kawasan ini juga, sangat digemari fotografer yang ingin melatari fotonya dengan arsitektur bangunan tempo dulu. Di Kota Tua Batavia, sekurangnya terdapat enam lokasi bersejarah yang dapat ditelusuri. Mulailah dari Pelabuhan Sunda Kelapa, kemudian tiga bangunan utama di jantung Kota Tua yang sekarang menjadi beberapa museum, yaitu: Museum Fatahillah, Museum Wayang, dan Museum Seni Rupa.  Lokasi lainnya adalah Museum Mandiri dan Stasiun Kereta Api Kota.
Awalnya, areal Kota Tua Batavia seluas 139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar dimana termasuk di dalamnya Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, hingga ke arah Selatan yaitu Pecinan Glodok.  Akan tetapi, wilayah  inti kawasan Kota Tua itu sendiri meliputi Bangunan Balaikota atau Museum Fatahillah serta sekitarnya.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang Kota Tua, mengunjungi Museum Fatahillah adalah pilihan yang tepat. Di sini kita dapat menelusuri jejak sejarah Jakarta dari masa prasejarah hingga berdirinya Kota Jayakarta. Gedung ini selain berfungsi sebagai kantor, juga memiliki ruang pengadilan dan penjara bawah tanah yang dilengkapi rantai dengan bola pemberat untuk tahanan. Di Museum Fatahillah tersedia sekitar 25.000 koleksi benda bersejarah, diantaranya: prasasti; patung dewa-dewi; meriam; dan masih banyak benda bersejarah lainnya. Untuk dapat menerawang Kota Tua melalui ketinggian, kita bisa menyambangi Uitkijk Post –Menara Syahbandar. Lokasi Menara Syahbandar, berada di Jalan Pasar Ikan Jakarta Utara. Menara ini diperkirakan dibangun pada 1839. Menara ini merupakan bekas menara pertahanan Culemborg yang dibangun pada 1645. Dulunya, menara tersebut berfungsi untuk mengawasi dan memandu kapal yang masuk ke pelabuhan. Selain itu, menara ini juga berfungsi sebagai Kantor Bea dan Cukai untuk barang-barang yang masuk ke Pelabuhan Sunda Kalapa. Kurang lebih tujuh puluh tujuh anak tangga, harus didaki untuk dapat mencapai Puncak Menara. Pada puncak menara, jangan lewatkan ruangan pemantauan yang dicat merah yang akan menghibur mata. Di bawah Menara, terdapat penjara yang digunakan sebagai tempat bagi anak buah kapal yang melanggar hukum. Konon, di bawah menara ini juga ada koridor yang menghubungkan Menara Syahbandar dengan Museum Sejarah Jakarta. Menara Syahbandar juga menjadi titik nol kilometer atau kilometer 0 Kota Jakarta, sebelum dipindahkan ke Monas –Monumen Nasional tahun 1980-an. Ada keunikan dari menara ini yang posisinya miring beberapa derajat dari garis vertikal.
Boneka Unyil di Kota Tua Jakarta

Kuliner
Kawasan Kota  Tua, dapat diakses dengan kendaraan dari berbagai sudut Kota Jakarta. Bila menggunakan bus Trans-Jakarta dari blok-M (koridor 1), kita turun di akhir terminal kota tersebut. Dari terminal, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawasan Kota Tua. Pilihan lainnya, kita dapat menggunakan kendaraan umum bus Patas 79 (Rambutan-Kota). Dapat pula menggunakan mikrolet, yaitu: Mikrolet M-12 (Pasar Senen-Kota), Mikrolet M-08 (Tanah Abang-Kota), atau Kopaja 86 (Grogol-Kota).
Di Kota Tua Batavia, kita dapat mengunjungi cafe yang menawarkan aneka menu masakan bernuansa klasik.  Di antaranya yang paling terkenal, adalah: Cafe Batavia; Cafe Gazebo; dan Cafe VOC Galangan. Cafe Batavia terletak di Taman Fatahillah, menyuguhkan nuansa klasik dan iringan musik tempo dulu. Makanan yang tersedia bercita rasa Barat, Asia, ataupun Indonesia dengan menu andalan adalah: Lobster Thermidor; Batavia's Meat; dan Seafood Grill. Sedangkan Cafe Gazebo menjajakan makanan tradisional ala kaki lima, seperti: gado-gado; soto; sate; es buah; dan makanan tradisional lainnya. Sementara itu, Cafe VOC Galangan berlokasi di seberang Museum Bahari dengan interior asli yang tidak banyak berubah sejak dahulu. Dibangun tahun 1628, awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai bengkel kapal berukuran kecil. Pada 5 Desember 1999, cafe ini dibuka yang menyediakan berbagai macam menu makanan Indonesia, seperti: ayam syahbandar; nasi goreng galangan; dan sop buntut.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar