Apabila
terpelihara mata, sedikitlah cita-cita.
Apabila
terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping.
Apabila
terpelihara lidah, nescaya dapat daripadanya faedah.
Bersungguh-sungguh
engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan.
Apabila
perut terlalu penuh, keluarlah fi'il yang tiada senonoh.
Anggota
tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah
peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
(ini
gurindam pasal yang ketiga, Gurindam 12 karya Raja Ali Haji)
Masjid 'ikon' Pulau Penyengat |
Kepulauan Riau merupakan provinsi baru
-hasil pemekaran dari provinsi Riau, terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor
25 tahun 2002 dengan ibukota provinsi di Kota Tanjung Pinang dan merupakan Provinsi
ke-32 di Indonesia. Wilayah administratif provinsi ini, terdiri dari: 5 Kabupaten
dan 2 Kota; 52 Kecamatan; serta 299 Desa/Kelurahan. Kota dan Kabupaten tersebut,
mencakup: Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan ber-ibukota di Bandar Seri Bentan, Kabupaten Karimun ber-ibukota di Tanjung Balai Karimun, Kabupaten Natuna ber-ibukota di Ranai,
Kabupaten Kepulauan Anambas ber-ibukota di
Terempa
dan Kabupaten Lingga ber-ibukota di
Daik.
Provinsi Kepulauan Riau berbatasan
dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah Utara; dengan Malaysia dan Provinsi
Kalimantan Barat di Timur; dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi
di Selatan; serta dengan Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau di sebelah Barat.
Provinsi ini berada pada koordinat: 1º 10' Lintang Selatan hingga 5º 10' Lintang
Utara, dan 102º 50' hingga 109º 20' Bujur Timur. Memiliki kurang lebih 2.408
pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun wilayahnya
seluas 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan.
Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF), Tanjung Pinang - Provinsi Kepulauan Riau. |
Provinsi
Kepulauan Riau memiliki 5 bandara udara, yakni: Bandara Internasional Hang
Nadim –di Kota Batam, Bandara Raja
Haji Fisabilillah –di Kota Tanjung Pinang,
Bandara Ranai –di Kabupaten Natuna,
Bandara Dabo –di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga,
dan Bandara Matak –di Matak, Kabupaten
Kepulauan Anambas. Bandara Internasional Hang Nadim (Batam) merupakan
sebuah kebanggaan bagi Provinsi Kepulauan Riau, karena bandara ini mempunyai
landasan terpanjang di Asia Tenggara. Dalam waktu dekat, sebuah bandara baru
akan dibangun di provinsi ini yang terletak di Kabupaten Bintan Utara. Bandara
baru ini dinamakan Bandara Busung, yang konon dikabarkan akan menempati luas
area sampai 170 hektar.
Tanjung Pinang - Provinsi Kepulauan Riau. |
Monumen,
Kuil, dan Pantai
Monumen Gurindam 12, Tanjung Pinang. |
Di Kota Tanjung Pinang, terdapat Monumen
Gurindam Dua Belas. Sebuah monumen yang berisi gurindam atau syair gubahan Raja
Ali Haji. Seorang budayawan di gerbang abad ke-20. Beliau dinobatkan sebagai
Bapak Bahasa Melayu Indonesia. Gurindam Dua Belas ini adalah hasil karya beliau
yang terkenal, yang akhirnya menjadikan Tanjung Pinang dikenal sebagai Kota
Gurindam. Di daerah Batu 14 –di Tanjungpinang, menggunakan istilah ‘batu’
untuk menyatakan kilometer. Jadi, 1 batu = 1 km, sebuah wihara yang
mengingatkan kita pada bangunan-bangunan kuil Shaolin, tampak menarik perhatian.
Vihara Avalokitesvara Graha,
nama kuil megah tersebut. Setelah melewati singa penjaga –yang diam saja sewaktu kita lewat, mata kita langsung disambut oleh
hamparan kebun yang ditanami sayuran. Dan tampaklah patung-patung penjaga yang
berjejer rapi di sepanjang jalan menuju bangunan utama kuil. Di dalam bangunan
utama kuil tersebut, ada sebuah patung Dewi Kwan Im dalam posisi duduk yang
tingginya mencapai 16,8 meter. Patung yang dibalut warna emas itu, didatangkan
langsung dari Cina. Normalnya, perjalanan dari Tanjung Pinang ke Pantai Trikora,
hanya satu setengah jam. Pantai ini terletak di Pulau Bintan, Desa Malang Rapat,
Kecamatan Gunung Kijang –berjarak sekitar
45 kilometer arah Timur Kota Tanjung Pinang. Pantai ini terdiri dari 4
bagian, yaitu Trikora 1, 2, 3, dan 4. Pemandangan di pantai Trikora ini,
begitu indah. Di sepanjang pantai –yang
memiliki garis pantai sepanjang 25 kilometer ini, ditumbuhi ribuan
pohon kelapa dan pohon-pohon lainnya, seperti: pohon bakau, dipadu dengan pasir
pantainya yang putih bersih. Ditambah lagi terdapat batu-batu besar di pantai,
menambah keindahan pantai ini. Batu-batu tersebut, sering digunakan pengunjung
untuk tempat memancing. Di
kawasan pantai ini terdapat kedai-kedai penjual makanan dan minuman yang
menjual berbagai jenis makanan, seperti: mie rebus sampai ikan bakar. Menatap ke
tengah laut, terlihat kelong yang terbuat dari kayu dengan atap daun rumbia
untuk alat menangkap ikan yang digunakan warga setempat.
Pantai Trikora, Pulau Bintan. |
Dermaga Pulau Penyengat Inderasakti |
Pulau Penyengat, Pulau Kecil
Bersejarah Besar
Berkunjung ke Pulau Bintan, tidaklah
lengkap tanpa singgah di Pulau Penyengat. Pulau Penyengat
atau Pulau Penyengat Inderasakti
dalam sebutan sumber-sumber sejarah, adalah sebuah pulau kecil yang berjarak
kurang lebih 3 km dari Kota Tanjung Pinang –pusat
pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran kurang lebih
2.500 meter x 750 meter, dan berjarak lebih kurang 35 km dari Pulau Batam.
Pulau ini dapat dituju dengan menggunakan perahu bot atau lebih dikenal bot
pompong. Dengan menggunakan perahu pongpong atau bot
pompong
-yang bisa memuat 20-30 orang, memerlukan waktu tempuh kurang
lebih 15 menit.
Untuk sampai ke pulau ini, kita bisa menyebrang dari pelabuhan khusus menuju
Pulau Penyengat yang berada di Kota Tanjung Pinang, tak jauh dari Pelabuhan Sri
Bintan Pura. Sesampai di dermaga Pulau Penyengat, kita akan ditawari jasa
transportasi untuk angkutan berkeliling pulau oleh abang-abang Bentor –becak bermotor yang mangkal di pelabuhan,
karena hanya transportasi ini saja yang dapat mengelilingi pulau ini. Mengingat
Pulau Penyengat, ukuran pulaunya: kecil.
Perahu Pompong atau Bot Pongpong, Pulau Penyengat. |
Naik Bentor 'Becak n Bermotor', Tour di Pulau Penyengat. |
Bukan 'Ketua Ojek' Sembarangan, Pulau Penyengat. |
Komplek Makam Para Raja, Pulau Penyengat. |
Pulau
Penyengat merupakan salah satu obyek wisata di Kepulauan Riau. Di pulau ini, objek-objek
yang bisa kita lihat adalah: Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih
telur, makam-makam para raja (Raja Ahmad –Penasihat
Kerajaan, Raja Ali Haji –Pujangga
Kerajaan/Pahlawan
Nasional yang terkenal
dengan Gurindam 12-nya, Raja Ja'afar, Raja Ali Marhum Kantor dan Raja
Abdullah IX bersama permaisurinya –Raja
Aisyah) yang berada di tengah-tengah Pulau Penyengat, makam
Engku Putri Raja Hamidah (wafat 12/7/1844), kompleks
Istana Kantor, Benteng pertahanan di Bukit Kursi, dan Balai Adat yang
merupakan tempat penyimpanan perkakas raja dan tuan putri. Pulau Penyengat dan komplek istana di Pulau Penyengat
telah dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan salah satu Situs Warisan Dunia.
Pada abad ke-18, Raja Haji membangun
sebuah benteng di Pulau Penyengat, benteng tersebut tepatnya berada di Bukit
Kursi, di sana ditempatkan beberapa meriam sebagai basis pertahanan Bintan. Ia
menguasai wilayah istrinya Raja Hamidah tahun 1804. Anaknya kemudian memerintah
seluruh Kepulauan Riau dari Pulau Penyengat. Sementara itu, saudara
laki-lakinya memerintah di Pulau Lingga di sebelah Selatan dan mendirikan
Kesultanan Lingga-Riau. Pada waktu itu,
selain istana sebagai tempat tinggal raja, pulau ini juga memiliki mahkamah,
rumah sakit, dan sarana transportasi yang memadai. Konon, posisi pulau ini
menjadi sangat penting ketika berkobar 'Perang Riau' pada akhir abad ke-18. Kala
itu, Raja Haji Fisabilillah menjadikan Pulau Penyengat sebagai wilayah
pertahanan utama.
Konon menurut Hikayat Melayu –Tuhfat al-Nafis
yang ditulis oleh Raja Ali Haji, Pulau Penyengat ini merupakan mahar pernikahan Sultan
Riau Mahmud III (Sultan Mahmud
Marhum Besar) untuk meminang putri dari Raja Haji Fisabilillah (Engku Putri
Raja Hamidah) sebagai permaisuri. Di masa Engku Putri, Pulau Penyengat ini menjadi
pusat pemerintahan Kerajaan Melayu Riau-Lingga bahkan sampai ke daerah yang
ditaklukan yaitu Johor dan Pahang yang kini menjadi negara bagian Malaysia.
Engku putri dimakamkan di Pulau Penyengat bersama dengan istri-istri lain dari
Sultan serta beberapa keluarga kerajaan. Letaknya cukup dekat dari kompleks
Masjid Penyengat. Kompleks makam yang ada di Pulau Penyengat cukup banyak, namun makam Engku Putri selalu menjadi kompleks makam yang paling ramai
dikunjungi peziarah.
Pulau Penyengat, Tanjung Pinang - Provinsi Kepulauan Riau. |
Engku
Putri Raja Hamidah (Permaisuri dan Pemegang Regalia Kesultanan Riau)
Engku
Putri atau Raja Hamidah adalah sosok perempuan yang tegas dan kharismatik.
Beliau terlahir dari keluarga bangsawan Melayu dan Bugis. Ayahnya adalah seorang
pemimpin dan Laksamana Kerajaan Riau yang terkenal pemberani dalam memerangi
penjajah di Tanah Melayu, yaitu Raja Haji Fisabilillah. Sebagai perempuan
keturunan campuran Melayu yang jelita, gemulai, dengan Bugis yang tegar, teguh,
dan kharismatis, tentulah dapat dibayangkan pada sosoknya. Beberapa sumber
tertulis, menyebutkan Raja Hamidah sebagai seorang perempuan yang sangat
elegan, cerdas dan bijaksana. Selain memegang peran sebagai seorang permaisuri,
Raja Hamidah juga menjadi salah satu penasehat sang sultan. Dia begitu setia mendampingi
hari-hari sultan hingga Sang Sultan Mahmud III wafat (1812).
Setelah
sultan wafat, kesetiaannya terhadap negeri dan sultan di uji. Terjadi konflik
internal yang menyebabkan Kesultanan Riau terpecah. Perebutan kekuasan terjadi,
baik dari pihak dalam kesultanan maupun dari pihak penjajah, namun ketegaran
dan ketegasan sang Raja Hamidah untuk tetap mempertahankan Regalia (pusaka
kesultanan/
alat-alat kebesaran kerajaan) hingga
sampai akhir hanyatnya, membuat namanya begitu dikenang hingga saat ini dan
tercatat dalam sejarah Kesultanan Riau. Engku Putri atau Raja Hamidah mengemban
amanat sebagai pemegang regalia kesultanan. Regalia adalah benda pusaka yang
dianggap keramat dan sakti. Selain sebagai simbol berharga dari kesultanan, regalia
juga digunakan sebagai syarat sah kepemimpinan seorang sultan. Seseorang tidak
dapat diakui sebagai sultan jika regalia tidak diserahkan kepadanya, meskipun
daerah kesultanan sudah dikuasai oleh penguasa lain dan rajanya telah diusir
dari wilayahnya, namum kekuasan tetap diakui kepada sang pemegang regalia, dan
dia bisa membangun kembali kesultanannya di daerah lainnya meskipun dia telah
diusir. Atas jasa dan kesetiannya itu, hingga saat ini, Regalia Kesultanan
Johor Riau Lingga masih dapat dipertahankan dan disimpan di Museum Indonesia.
Pulau Penyengat - Provinsi Kepulauan Riau. |
Masjid
Pulau Penyengat
Masjid Raya Sultan Riau, Pulau Penyengat. |
Masjid Raya Sultan Riau –lebih dikenal dengan sebutan Masjid Pulau Penyengat,
menjadi landmark dari pulau ini. Masjid ini didirikan tahun 1832 M, atas
prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Masjid ini berukuran
18 x 19,8 meter, berdiri di atas lahan seluas sekitar 55 x 33 meter.
Keseluruhan bangunan masjid berwarna kuning. Menurut cerita masyarakat, Sultan
memerintahkan menggunakan putih telur untuk memperkuat dinding masjid. Sementara
untuk warna, menggunakan kuning telur. Tentu berton-ton telur digunakan untuk
mengecat masjid ini agar tampak mencolok. Tapi sekarang, warna masjid yang
berwarna kuning sudah menggunakan pelapis cat. Masjid Penyengat, dibangun di
atas tanah yang cukup tinggi. Sepanjang sisi masjid dikelilingi tembok yang
cukup tinggi sehingga menyerupai benteng. Di depan masjid terdapat unit
bangunan yang terpisah-pisah, masing-masing dalam posisi simetris. Banguan
sejenis bale di dua sisi halaman masjid bergaya arsitektur melayu berbentuk
rumah panggung tanpa dinding dengan ornamen dan ukiran kayu. Pada bangunan
masjid ini terdapat empat menara yang menghias kubahnya yang berbentuk seperti
bawang dengan puncak menara berbentuk sangat runcing seperti pensil. Tampaknya
menara ini dipengaruhi oleh menara-menara masjid di Turki, yang sebenarnya
berasal dari gaya arsitektur Bizantium. Posisi menara, berada disetiap sudut
ruang utama sembahyang. Ada dua bangunan kembar di kiri dan kanan depan masjid yang
berdinding beratap limasan batu –masyarakat
setempat menyebut bangunan kembar tersebut: Sotoh. Tempat tersebut
berfungsi sebagai tempat permusyawaratan para ulama dan cendekiawan. Sementara
di bagian belakang, terdapat sejumlah makam keluarga Sultan. Pesona bangunan
masjid ini juga terlihat dari kubah-kubahnya yang berjumlah 17 buah yang
merepresentasikan jumlah rakaat shalat 5 waktu. Masuk ke dalam masjid kita
dapat melihat koleksi perpustakaan Raja Muhammad Yusuf al Ahmadi, yang
Dipertuan Muda Riau X, melihat mimbar khotib yang khas terbuat dari ukiran kayu
serta kitab-kitab kuno dan kitab suci Al-Quran bertulis tangan. Juga terdapat
tanah, yang menurut masyarakat setempat merupakan tanah dari Kota Mekah. Ruang
dalam masjid, sebenarnya tidak cukup luas. Hanya dapat menampung kira-kira
sepuluh shaf jamaah sholat. Nuansa interior masjid penuh dengan warna putih
dengan hiasan warna hijau dan kuning emas. Mitos yang berkembang di masyarakat
setempat, apabila kita mempunyai keinginan yang belum tercapai agar tercapai,
bila berdoa di masjid ini, insya Alloh dapat terkabulkan. Tentunya minta doanya
kepada Alloh SWT.
Jika kita berkeliling sampai ke bagian
belakang pulau, kita akan menemukan sebuah rumah adat melayu yang telah disulap
menjadi museum. Di sini pemandangan cukup indah dan tepat berhadapan dengan
pelantar yang jauh menjorok ke laut. Ruangan dalam museum, ditata menyerupai
kantor pemerintahan yang dahulu ada di Pulau Penyengat ini. Yang sangat menarik
perhatian adalah koleksi foto hitam putih kegiatan pemerintahan Kerajaan Melayu.
Mulai dari potret raja-raja, sampai dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah
kerajaan. Bangunan ini berbentuk rumah panggung yang cukup besar. Di bawah
rumah, terdapat sumur yang meskipun letaknya tidak cukup jauh dari laut, sumur
tersebut memiliki rasa air yang tawar.
Balai Adat Melayu Indera Perkasa
Para
pengunjung Pulau Penyengat, pastilah tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk
berkunjung ke bangunan khas Melayu tersebut. Sesuai namanya, bangunan tersebut
digunakan oleh warga Pulau Penyengat sebagai Balai Adat dengan kegiatan seperti
pertemuan-pertemuan atau kegiatan lain yang ada kaitannya dengan adat Melayu
Riau. Balai Adat ini, lokasinya menghadap pantai –hanya jalan yang membatasinya dengan pantai.
Balai Adat Melayu Indera Perkasa, Pulau Penyengat. |
Di
dalam kompleks Balai Adat Melayu, terdapat Balai Utama yang berukuran cukup
besar serta lima buah balai kecil yang berada di kedua sisinya. Begitu masuk ke
bagian depan dari Balai Utama, kita akan mendapati deretan puisi-puisi Gurindam
12 dipajang di dindingnya. Dari sini, kita bisa dengan jelas melihat indahnya
pemandangan laut dengan sebuah dermaga yang panjang dan menjorok ke lautan.
Bagian dalam Balai Utama, merupakan bagian yang tak boleh dilewatkan. Beberapa
photo dari para sultan, dipajang di dinding bagian atas. Pada dasarnya, ruang
bagian dalam tersebut merupakan ruang acara pernikahan. Warga Pulau Penyengat
biasanya melangsungkan pesta pernikahan di ruang tersebut. Tiga buah pelaminan
telah tersedia permanen di sana. Tampilannya yang 'ngejreng' khas Melayu, tentu
saja akan menjadikan pesta pernikahan mereka menjadi semarak. Di hari-hari
biasa, ketiga pelaminan tersebut menjadi salah satu daya tarik dari Balai Adat
Melayu. Di sisi kanan dari Balai Utama, terdapat ruangan yang digunakan sebagai
kamar pengantin. Ada kamar tidur pengantin berwarna kuning dengan kelambu
berwarna putih serta berbagai hiasan kain yang dipasang di dinding kamar.
Sebagaimana rumah panggung khas Melayu, Balai Adat ini juga memiliki bagian
bawah. Nah, di bagian bawah tersebut terdapat mata air. Pengunjung dapat
membasuh mukanya dengan air tersebut. Panasnya mentari yang sinarnya mengenai
wajah, terasa akan menyegarkan kembali oleh siraman air yang dingin.
Pantai Pulau Penyengat, Tanjung Pinang - Provinsi Kepulauan Riau. |
Gedung
Mesiu
Di
Pulau Penyengat, terdapat sebuah bangunan yang: bercat kuning, berdinding tebal
–kira-kira lebih dari 40 cm, memiliki
kubah, dan berjendela kecil –disetiap
jendelanya berjeruji. Bangunan itulah yang disebut sebagai Gedung Mesiu
atau Gudang Mesiu. Bangunan ini berguna untuk tempat penyimpanan obat bedil (senapan
angin) pada masa itu, dan termasuk sebagai salah satu Benda Cagar Budaya. Mungkin
itulah sebabnya gedung ini memiliki dinding yang sangat tebal, tidak lain untuk
melidungi masyarakat sekitarnya dari bahaya, seperti: kebakaran atau ledakan.
Gedung Mesiu - 'Arsenal'-nya Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau. |
Gedung
Mesiu, tepatnya berada di daerah Bukit Kursi. Oleh Pemerintah Daerah Tanjung
Pinang, di depan Gedung Mesiu dibuat sebuah papan bertuliskan: “pada masa kerajaan Riau dahulu, bangunan
yang berdinding tebal, memiliki kubah bertingkat, jendela kecil, dan berjeruji
besi ini digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan mesiu (obat bedil)”.
Seperti kita ketahui, mesiu
ini adalah bahan peladak berbentuk bubuk, terbuat dari campuran belerang, arang
dan kalium nitrat yang membakar sangat cepat, berguna sebagai bahan pendorong
pada senajata api atau kembang api.
Sebelum Pulau Penyengat dijadikan suatu
negeri, tempat ini dijadikan tempat pertahanan oleh raja kecil. Oleh karena
itu, di daerah ini ditemukan gudang tempat penyimpanan senjata. Dulunya, Gedung
Mesiu –Gedung Obat Bedil ini ada
empat buah, tetapi yang lainnya telah musnah, sekarang hanya tinggal satu buah
saja.
Bandar
Bentan Telani
Terminal Ferry Bandar Bentan Telani,
bukanlah sembarang terminal ferry. Dia merupakan 'terminal ferry super'.
Dibangun pada April 1992, terminal ini rampung dan dioperasikan pada Juli 1994.
Pembangunannya dilakukan bersamaan dengan pembangun Terminal Ferry Tanah Merah
di Singapura. Bahkan boleh dibilang, kedua terminal ini merupakan anak kembar.
Keduanya lahir dari kesepakatan pemerintah Indonesia dan Singapura untuk
bersama-sama mengembangkan kawasan wisata Lagoi, di kawasan pantai Utara Pulau
Bintan.
Bandar Betan Telani, Pulau Bintan - Provinsi Kepulauan Riau. |
Walhasil, sejak dibuka, turis pun
mengalir ke luar-masuk Terminal Ferry Bandar Bentan Telani. Ini tentu tak lepas
dari paket utama kerjasama tadi. Yakni pembangunan berbagai resort di kawasan Utara
Bintan, yang secara keseluruhan dikenal sebagai Bintan Beach International
Resort (BBIR). BBIR ini diresmikan oleh Presiden Soeharto dan PM Goh Chok Tong
pada Juli 1996. Adapun yang jadi pengelola BBIR adalah PT. Bintan Resort
Cakrawala, anak perusahaan Gallant Venture Ltd. Kini di kawasan Utara Bintan
itu terdapat setidaknya 7 resort: Bintan Lagoon Resort, Angsana Resort, Bayan
Tree Resort, Ria Bintan Resort, Nirwana Resort, Club Med, dan Laluna Beach. Kesemua
kawasan inilah, para turis dari Singapura berdatatangan lewat Terminal Ferry
Bandar Bentan Telani. Sukses dengan Lagoi, kini tengah dibangun Terminal Ferry
Berakit, di desa Berakit, kecamatan Gunung Kijang. Yang jadi target adalah
wisatawan asal Malaysia, dan juga Singapura. Terminal ini diarahkan untuk
didatangi wisatawan asing yang hendak menikmati resort dan pantai di Timur
Bintan.
Tour de Bintan 2013, Pulau Bintan - Provinsi Kepulauan Riau. |
Untuk menuju Bintan Resort kita harus
masuk ke Batam dulu. Dari bandara internasional Hang Nadim Batam, pengunjung
dapat naik taxi ke Port Punggur tempat penyeberangan feri ke Pulau Bintan.
Perjalanan dengan taxi dari bandara ke port sekitar 30 menit. Setibanya di
Punggur, kita harus ambil tiket di loket. Tiket ke Pulau Bintan berbeda-beda
harganya sesuai lokasi yang akan dituju dan jenis boat yang digunakan. Apabila
tujuannya ke Bintan Resort, maka harus naik feri yang ke Tanjung Uban atau ke
Bandar Bentan Telani. Bandar Bentan Telani Ferry Terminal merupakan terminal
feri yang ada tepat di dalam kawasan resort, dan merupakan terminal
internasional karena penumpang dari Singapura ke Bintan Resort ataupun
sebaliknya pasti melalui terminal ini. Terminal feri di Tanjung Uban adalah
terminal lokal. Tanjung Uban adalah sebuah kecamatan yang ada di Bintan.
Apabila musim ombak dan angin –yang oleh
orang-orang resort disebut ‘monsun’, dimana gelombang air laut cukup
tinggi, penyeberangan feri dari Punggur ke Bandar Bentan Telani ditutup dan
semua penumpang yang dari Batam ke Bintan Resort dialihkan penyeberangannya ke
Tanjung Uban.
Bintan Lagoon Resort |
Bintan Lagoon Resort
Bintan Lagoon Resort –yang menghadap ke Laut Cina Selatan
merupakan tempat liburan tropis yang menyediakan akomodasi ber-AC dan sebuah
kolam renang outdoor. Selain spa yang memanjakan, resor ini juga menawarkan 11
pilihan tempat bersantap. Kamar-kamar Bintan Lagoon Resort yang luas,
didekorasi dengan warna-warna lembut dan dilengkapi TV kabel layar-datar, air
kemasan gratis, dan kamar mandi pribadi dengan bathtub. Bahkan, setiap kamar
juga dilengkapi brankas dan minibar.
Para
pengunjung dapat memanjakan diri dengan pijat, perawatan wajah tubuh yang
ditawarkan di Bintan Day Spa. Pengunjung juga dapat menikmati olahraga air yang
meliputi: jet ski, berlayar, dan berselancar. Beragam oleh-oleh dapat dibeli di
toko suvenir. Di Bintan Lagoon Resort, pengunjung dapat menikmati masakan Asia
dan Barat yang disajikan di beberapa restorannya. Hiburan malam yang ditawarkan
termasuk bar karaoke, lounge koktail, dan sebuah klub malam.
Treasure Bay, Pulau Bintan. |
Treasure Bay Bintan |
Dapat 'treasure' yang gede di Treasure Bay Bintan |
Treasure Bay dan Nirwana Gardens
Sejak diresmikan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono awal tahun 2011 lalu, mega proyek Treasure Bay, atau pembangunan
Kawasan Wisata Terpadu kemudian diberi nama Pesona Lagoi Bintan. Kawasan wisata
terpadu ini berlokasi di Lagoi, Kabupaten Bintan. Treasure Bay dibangun secara
bertahap oleh konsorsium dari Malaysia (Landmark Holding Sdn Bhd) dengan nilai
investasi sekitar Rp 24 triliun. Hasil pembangunan Treasure Bay Resort oleh
Landmark Holding; pembangunan Crystal Lagoon Resort; dan tempat pendarataan
pesawat terapung, akan meramaikan persaingan bisnis perhotelan di kawasan
wisata Lagoi, Kabupaten Bintan.
Kebun Binatang Mini, Nirwana Resort - Pulau Bintan. |
Mini Zoo, Nirwana Gardens Resort - Pulau Bintan. |
Sedangkan
kawasan wisata terpadu lainnya, adalah: Nirwana Gardens atau terkenal
pula sebagai Bintan Resorts dengan lahan seluas 330 hektar dengan
tumbuh-tumbuhan tropis yang rimbun dan pantai yang indah. Nirwana Gardens
merupakan gabungan dari beberapa resort dan hotel. Di resort ini terdapat pula akomodasi,
yang terdiri dari: Nirwana Resort Hotel; Mayang Sari Beach Resort; Nirwana
Beach Club; Banyu Biru Villa; dan Indra Maya Villa, merupakan surga bagi pencinta
olahraga kelautan yang mewah dan megah berikut privasi yang utama sebagai
prioritas. Selain itu, juga ada: kebun binatang, pantai yang indah, convention
room, dan outbond.
Hotel Sahid Bintan, Pulau Bintan - Provinsi Kepulauan Riau. |
Peta Provinsi Kepulauan Riau |
Sekedar Renungan
Ini gurindam
pasal yang pertama
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang ma'rifat Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari. Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terpedaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat.
Ini gurindam
pasal yang kedua
Barang siapa mengenal yang tersebut,
tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang. Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat dua temasya. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat. Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji.
Ini
gurindam pasal yang ketiga:
Apabila terpelihara mata,
sedikitlah cita-cita. Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping. Apabila terpelihara lidah, nescaya dapat daripadanya faedah. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan. Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi'il yang tiada senonoh. Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.
Ini
gurindam pasal yang keempat:
Hati kerajaan di dalam tubuh,
jikalau zalim segala anggota pun roboh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.
Ini
gurindam pasal yang kelima:
Jika hendak mengenal orang berbangsa,
lihat kepada budi dan bahasa, Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.
Ini
gurindam pasal yang keenam:
Cahari olehmu akan sahabat,
yang boleh dijadikan obat. Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru. Cahari olehmu akan isteri, yang boleh menyerahkan diri. Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan. Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi, |
Ini
gurindam pasal yang ketujuh:
Apabila banyak berkata-kata,
di situlah jalan masuk dusta. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampir duka. Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang. Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur. Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Apabila menengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan. Apabila perkataan yang lemah-lembut, lekaslah segala orang mengikut. Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar. Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.
Ini
gurindam pasal yang kedelapan:
Barang siapa khianat akan dirinya,
apalagi kepada lainnya. Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya. Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya. Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar pada orang datangnya khabar. Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa. Kejahatan diri sembunyikan, kebaikan diri diamkan. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka.
Ini
gurindam pasal yang kesembilan:
Tahu pekerjaan tak baik,
tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaituiah syaitan. Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa. Kepada segaia hamba-hamba raja, di situlah syaitan tempatnya manja. Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah syaitan tempat berkuda. Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan. Adapun orang tua yang hemat, syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru, dengan syaitan jadi berseteru.
Ini
gurindam pasal yang kesepuluh:
Dengan bapak jangan durhaka
supaya Allah tidak murka. Dengan ibu hendaklah hormat supaya badan dapat selamat. Dengan anak janganlah lalai supaya dapat naik ke tengah balai. Dengan istri dan gundik janganlah alpa supaya kemaluan jangan menerpa. Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kapil.
Ini
gurindam pasal yang kesebelas:
Hendaklah berjasa,
kepada yang sebangsa. Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela. Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat. Hendak marah, dahulukan hujjah. Hendak dimalui, jangan memalui. Hendak ramai, murahkan perangai.
Ini
gurindam pasal yang kedua belas:
Raja mufakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri. Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja. Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat. Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu. Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai. Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti. Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta. |
***
Lengkap banget info nya mbak. Trm kasih ya..
BalasHapusGak sabar mau ke bintan