Begitu
piawainya Marah Rusli merangkai kisah kasih yang tidak kalah menariknya dari
kisah kasih Romeo and Juliet, lama kelamaan novel ini, seakan berubah wujud
menjadi semacam legenda. Tidak sedikit anak-anak muda bertanya-tanya, dimanakah
letaknya kuburan Siti Nurbaya? Mereka mengira di sana benar-benar ada kuburan
Siti Nurbaya. Novel ini tidak hanya memaparkan latar sosial yang lebih
transparan, tetapi juga mengandung kritik yang tajam terhadap
adat-istiadat dan tradisi kolot yang pada jaman itu berlangsung di daerah
Sumatera Barat. Adat yang tak lapuak dek hujan, dan tak lekang oleh panas.
Sitti Nurbaya - Kasih Tak Sampai, Mahakarya: Marah Rusli. |
Bandar Udara
Internasional Minangkabau
adalah bandar udara bertaraf internasional utama di Provinsi Sumatera Barat,
yang melayani penerbangan-penerbangan dari dan ke Kota Padang. Bandara ini
berjarak sekitar 23 km dari pusat Kota Padang dan terletak di wilayah Ketaping,
Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Bandar Udara Internasional Minangkabau
mulai dibangun pada tahun 2001, dan dioperasikan secara penuh pada 22 Juli 2005
menggantikan Bandar Udara Tabing. Bandara Internasional Minangkabau ini merupakan bandara satu-satunya di
dunia yang memakai nama etnis.
Tiba di Kota Padang, Sumatera Barat. |
Pantai
Air Manis
Pantai Air Manis –aie manih
terletak di Kecamatan Padang Selatan –kurang
lebih, 15 kilometer dari pusat Kota Padang. Dari Bandara Internasional
Minangkabau menuju pantai dengan melalui Kota Padang. Jika menggunakan
transportasi umum, pertama kita harus pergi ke Plaza Sentral Pasar Raya dari
pintu keluar bandara di Simpang Ketaping –Bandara
Ketaping. Dari pusat kota, kita dapat naik angkutan umum dengan trayek
Padang-Bungus. Dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, kita akan sampai di Pantai
Air Manis. Cara lainnya, melalui Jembatan Siti Nurbaya yang membentang di atas
Sungai Batang Arau menuju Bukit Gado-Gado. Dari Bukit Gado-Gado hanya bisa
ditempuh dengan sepeda motor atau jalan kaki –dari bukit menuju Pantai Air Manis, belum bisa dilalui mobil. Cara
berikutnya adalah dari Jalan Raya Teluk Bayur, sudah ada jalur buat kendaraan
roda empat menuju Pantai Air Manis. Kita akan melewati jalan yang
berkelok-kelok mendaki bukit, kemudian menurun lagi sebelum akhirnya sampai di
Pantai Air Manis yang landai.
Bekas Kapalnya Si Malin Kundang, Pantai Air Manis - Padang. |
Pantai Air Manis adalah tempat wisata
favorit bagi wisatawan lokal dan mancanegara, karena memiliki gelombang yang
rendah dan pemandangan indah Gunung Padang. Tidak
jauh dari bibir pantai, nampak sebuah pulau yang berdiri dengan anggunnya
sehingga menarik untuk dikunjungi. Pulau ini dikenal dengan nama Pulau Pisang
Kecil. Pulau ini terlihat seperti dua buah pulau yang terpisah –walaupun sebenarnya tergabung menjadi satu.
Dari
pagi hingga sore hari, kita bisa berjalan kaki ke pulau Pisang Kecil yang
memiliki luas satu hektar melalui air dangkal. Di sore hari, biasanya air
pasang mulai naik dan kita harus menggunakan perahu untuk kembali. Di sebelah
kanannya, ada pulau lain yang disebut Pisang Besar. Kedua pulau tersebut terletak
sekitar 500 meter dari Pantai Air Manis. Selain kedua pulau tersebut, masih ada
pulau lainnya, yaitu: Pulau Sikuai. Kita dapat mencoba olahraga air, seperti:
berselancar dan menyelam di pulau yang terkenal dengan pasir putihnya nan
menawan ini.
Pantai
Air Manis memiliki pasir yang berwarna coklat keputih-putihan yang terhampar
luas dan landai di sepanjang bibir pantai. Oleh karenanya, pantai ini
sangat cocok untuk tempat piknik, bermain ombak, surfing, dan camping. Pantai ini berkaitan erat
dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Di tepi pantai terdapat batu
Malin Kundang –batu mirip lelaki sedang
bersujud, dan beberapa perlengkapan kapalnya –yang juga berubah menjadi batu.
Ketika ombak menghempas batu tersebut, terdengar suara gemercik air yang
membahana seperti suara ratapan dan tangisan –oleh masyarakat setempat, batu Malin Kundang
ini juga disebut Batu Menangis lantaran sering mengeluarkan air mata.
Sekedar catatan: Perekayasaaan batu Malin Kundang sehingga mirip kapal betulan itu pernah diprotes oleh para budayawan di Padang karena merusak keaslian legenda. Namun Pemda tidak mengubrisnya, bahkan di dekat batu itu dibuat diorama dari lempeng tembaga yang menceritakan kisah Malin Kundang. Singkat cerita, batu Malin Kundang dan lingkungan di sekitarnya sudah tidak asli lagi. Kepentingan pariwisata dan ekonomi, mengalahkan orisinilitas.
Bila merasa lapar usai bermain di pantai, kita tidak usah kuatir. Banyak kedai di pinggir pantai yang menyajikan ikan bakar, nasi kapau, dan makanan ringan lainnya. Kita juga bisa belanja di kios-kios pinggir pantai, persis di sebelah batu Malin Kundang.
Sekedar catatan: Perekayasaaan batu Malin Kundang sehingga mirip kapal betulan itu pernah diprotes oleh para budayawan di Padang karena merusak keaslian legenda. Namun Pemda tidak mengubrisnya, bahkan di dekat batu itu dibuat diorama dari lempeng tembaga yang menceritakan kisah Malin Kundang. Singkat cerita, batu Malin Kundang dan lingkungan di sekitarnya sudah tidak asli lagi. Kepentingan pariwisata dan ekonomi, mengalahkan orisinilitas.
Bila merasa lapar usai bermain di pantai, kita tidak usah kuatir. Banyak kedai di pinggir pantai yang menyajikan ikan bakar, nasi kapau, dan makanan ringan lainnya. Kita juga bisa belanja di kios-kios pinggir pantai, persis di sebelah batu Malin Kundang.
Pantai Padang 'Pantai Taplau'. |
Selain Pantai Air Manis, ada juga tempat
wisata di Padang yang berupa pantai yaitu Pantai Padang. Pantai Padang, oleh
masyarakat setempat sering disebut Pantai Taplau –tapi lauik. Pantai
Padang berada di pusat Kota Padang, menjadi tempat terbaik untuk menghilangkan
penat. Beberapa warung tenda berdiri berjejer di tepi pantai, terutama pantai
di depan Taman Budaya. Kita bisa menikmati minuman dingin bersoda dan kelapa
muda. Sebagai teman minum, bisa beli kacang rebus ataupun telur rebus. Makan
rujak khas Padang, cukup seru juga dinikmati di sore hari. Selain itu, kita
dapat mencoba juga pisang bakar yang biasa dijual di pantai ini. Sayangnya,
Pantai Padang –Taplau tak berpasir.
Kalaupun ada, hanya tersisa sedikit di beberapa bagian. Pantai ini telah
mengalami abrasi menahun. Tembok batu menjadi pemisah antara laut dengan tepi
jalan, sekaligus berfungsi sebagai pemecah ombak. Batu-batu karang dengan
ukuran besar terdapat di sekitar bibir Pantai Padang, debur ombak
Puruih yang kadang menghantam kuat
dan kadang bergelombang gemulai. Bagi
para surfer pemula, ada beberapa spot yang cukup menantang di pantai ini
terutama di bagian Pantai Purus dan Pantai Air Tawar.
Tapi Lauik, Pantai Padang. |
Pantai Taplau, Pantai Padang. |
Pantai Padang |
Legenda
Si Malin Kundang
Dikisahkan, Malin Kundang dan ibunya
tinggal di desa Air Manis. Mungkin dahulu ada pelabuhan kapal di sana, atau
mungkin juga yang dimaksudkan adalah: Pelabuhan Teluk Bayur –yang terletak tidak jauh dari Pantai Air
Manis. Malin Kundang kemudian merantau menjadi anak buah kapal. Karena
rajin dan jujur bekerja, maka pangkatnya dinaikkan dari semula anak buah kapal
menjadi kelasi. Nakhoda kapal mulai tertarik dengan Malin Kundang. Dia
menjodohkan puterinya dengan Malin Kundang, kemudian dia menyerahkan kapal
kepada Malin Kundang dan mengangkat Malin Kundang sebagai nakhoda menggantikan
dirinya yang ingin pensiun. Kehidupun Malin Kundang semakin makmur, tetapi dia
tetap merindukan ibunya yang dulu dia tinggal sendirian. Malin Kundang pun
mengarahkan kapalnya menuju pelabuhan Padang. Melihat kapal besar memasuki
pelabuhan, orang-orang di desa Air Manis berlarian melihat kapal besar yang
belum pernah mereka lihat sebelumnya. Ibu Malin Kundang yang sudah semakin tua
pun ikut melihat, sambil berharap ada anaknya di kapal itu. Dia sudah sangat
rindu melihat Malin Kundang. Sambil berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya,
dia menuju pelabuhan. Setelah kapal bersandar, turunlah nakhoda kapal dengan
istrinya yang cantik. Tidak salah lagi, itu adalah Malin Kundang. Sang Ibu pun
berteriak sambil berlari menghampiri Malin Kundang. “Malin anakku, ini ibumu,
Nak”, katanya. Melihat ibunya yang sudah tua dan buruk, Malin Kundang merasa
malu kepada istrinya. Malin Kundang membantah bahwa itu bukan ibunya dan
cepat-cepat kembali lagi ke kapal lalu memerintahkan anak buah kapal untuk
mengangkat sauh. Hancur hati sang ibu, sambil berlinang air mata ibu Malin
Kundang berdoa kepada Tuhan agar Malin Kundang diberi hukuman karena telah
mendurhakai ibunya. Tuhan mendengar doa sang ibu, langit berubah menjadi hitam
dan awan hitam bergulung-gulung disertai petir menggelegar-gelegar. Hujan badai
pun datang, kapal si Malin Kundang terombang-ambing dihempas gelombang laut
yang menggila. Malin Kundang yang merasa berdosa memanggil-manggil ibunya
seraya minta ampun, tetapi sayang sudah terlambat. Kapal dihempas gelombang
hingga terdampar di tepi pantai, lalu seketika berubah menjadi batu. Malin
Kundang dan seluruh isi kapal berubah menjadi batu. Itulah dia batu si Malin
Kundang yang dapat dilihat di Pantai Air Manis. Dikisahkan bahwa setelah
berubah menjadi batu, ibu si Malin Kundang menyesal telah mengutuk anaknya. Namun
sayang, nasi sudah menjadi bubur. Si Malin Kundang, tidak bisa menjadi manusia
lagi.
Si Malin Kundang, Pantai Air Manis - Padang. |
Museum
Adityawarman
Museum ini dibangun pada tahun 1974 dan
di resmikan pada tanggal 16 Maret 1977 oleh Mendikbud Prof.Dr. Syarif Thayeb. Berada
di areal lebih-kurang 2,6 hektar dengan luas bangunannya 2.854,8 m2. Pada tanggal 28
Mei 1979, berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K No.093/0/1979 tanggal 28
Mei 1979, diberi nama: Museum Adityawarman –berfungsi
untuk tempat penyimpanan atau tempat melestarikan benda-benda yang dianggap
bersejarah oleh warga Minangkabau. Tidak hanya melestarikan benda-benda
bersejarah Minangkabau saja, di museum ini juga terdapat koleksi benda
bersejarah Mentawai dan cagar budaya Nusantara, seluruhnya mencapai kurang-lebih
6.192 jenis koleksi. Museum ini adalah salah satu museum yang dijadikan sebagai
tempat wisata di Padang. Lokasinya berada di Jalan Diponegoro no. 10, Kecamatan
Padang Barat, Kota Padang. Nama Adityawarman pada museum ini, untuk mengenang
jasa Adityawarman sebagai Raja Pagaruyung yang pernah memerintah sekitar abad
ke-14.
Arsitektur Rumah Gadang di Museum Adityawarman, Padang. |
Jembatan
Siti Nurbaya
Makam Siti Nurbaya di Bukit Gado-Gado, Padang. |
Novel Sitti Nurbaya - Kasih Tak Sampai ini agaknya merupakan karya
perdana yang menampilkan masalah perkawinan dalam hubungannya dengan
adat. Pada tahun 1969, novel ini memperoleh hadiah penghargaan dari pemerintah
Indonesia. Mahakarya Marah Rusli ini bahkan pernah di terbitkan
dalam edisi bahasa Melayu –pada era
tahun 60-an, di Malaysia. Pemerintah Kota Padang, telah mengabadikan judul
novel ini dengan membangun sebuah jembatan: Jembatan Siti Nurbaya –memiliki panjang sekitar 60 meter, yang
menjadi satu-satunya penghubung antara Kota Tua Padang dengan Taman Siti
Nurbaya –tempat Siti Nurbaya dimakamkan
atau Bukit Gado Gado –dikenal juga dengan
nama: Bukit Sentiong/Bukit Padang/Gunung Padang, yang terbelah oleh Sungai
Batang Arau yang bermuara di Samudera Indonesia.
Eksotiknya malam di Jembatan Siti Nurbaya, Padang. |
Di kiri-kanan jembatan, disediakan akses
untuk pejalan kaki. Dan lampunya –jika
diperhatikan membentuk kombinasi Rumah Bagonjong –Rumah Gadang. Selain itu, banyak penjual makanan, maka tak heran di
jembatan ini banyak anak muda yang hanya sekedar nongkrong dan menikmati
berbagai jajanan yang dijual di sekitar jembatan tersebut. Dari jembatan ini
kita bisa melihat pemandangan ke laut sambil menikmati jagung bakar. Kita juga
dapat membeli oleh-oleh khas Minangkabau, seperti: keripik balado/sanjai,
dakak-dakak, atau rendang. Saat malam tiba, pemandangan akan semakin cantik
karena lampu kapal mulai dinyalakan sehingga memantulkan kombinasi berbagai
warna, maka air sungai Batang Arau seketika berubah menjadi sebuah cermin
raksasa, yang membiaskan pesona yang amat indah. Tidak kalah dari keindahan
pantai-pantai di Bangkok ataupun di Malaysia. Yang menarik tidak hanya jembatan
ini ada satu pantai lagi yang merupakan tempat wisata di Padang yang populer
juga, yaitu: Pantai Jambak. Pantai Jambak ini biasa disebut Pantai Pasir Jambak,
lokasi pantai ini terletak 20 km dari pusat kota. Pantai ini juga mempunyai
pemandangan yang indah, tak kalah indah dengan pantai-pantai yang lain.
Nongkrong sambil mencicipi kuliner khas Padang di Jembatan Siti Nurbaya. |
Dulu sebelum jembatan ini dibangun,
transportasi dari seberang ke seberang sungai –daerah Muaro dengan kampung seberang Padang dilakukan dengan perahu
kecil –sampan. Dengan hadirnya
jembatan Siti Nurbaya ini, merangsang warga untuk membangun rumah-rumah di
perbukitan. Bila malam tiba, perbukitan ini menjadi terang benderang dengan
lampu warna-warni –yang tidak kalah
pesonanya dari Hong Kong Noyoru atau Hong Kong di waktu malam. Lokasi yang
dikisahkan sebagai kuburan Siti Nurbaya ini, terletak di Gunung Padang, yang
sekaligus merupakan pintu gerbang masuknya aliran Sungai Batang Arau ke Samudera
Indonesia.
Teluk Bayur, Padang. |
Teluk
Bayur
Pelabuhan
Teluk Bayur
–yang sebelumnya bernama: Emmahaven/Ratu Emma dibangun pada
zaman kolonial Belanda antara tahun 1888 sampai 1893, bertujuan untuk menyalurkan produksi batubara yang ditambang
di Sawahlunto. Di Eropa, kekayaan alam Minangkabau itu berubah jadi uang yang
memberi kemakmuran kepada bangsa Belanda. Fungsi itu tetap dimainkan oleh
pelabuhan ini sampai sekarang, walaupun produksi batubara dari Sawahlunto kini
cenderung menurun. Kini, pelabuhan
ini berfungsi sebagai pintu gerbang antar pulau serta pintu gerbang arus keluar
masuk barang ekspor-impor dari dan ke Sumatera Barat.
Pantai Pelabuhan Teluk Bayur, Padang - Sumatera Barat. |
Pelabuhan ini merupakan salah satu
cabang dari PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero), sebuah BUMN yang mengelola
beberapa pelabuhan di Indonesia. Berdiri di areal seluas 46.886 meter persegi,
yang mampu menampung lebih empat ribu boks peti kemas. Sebagai pelabuhan laut yang
terletak di pantai Barat Pulau Sumatera, Teluk Bayur memegang peranan sangat
penting dalam menunjang perekonomian –khususnya
di kawasan Indonesia bagian Barat. Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda,
tepatnya sekitar tahun 1850, di kawasan Teluk Bayur sudah dirintis pelayaran
langsung Batavia-Padang dengan menggunakan kapal uap. Kota Padang terbukti
memiliki cukup potensi untuk berkembang dan menguntungkan pemerintahan kolonial
Belanda, terutama untuk perkebunan dan perdagangan sektor kopi. Pada tahun 1890,
Pelabuhan Ratu Emma –berasal dari nama Ratu Belanda, Emma van Waldeck-Pyrmont,
1858-1934 direnovasi dan baru selesai dikerjakan
pada tahun 1895. Pengerjaannya sendiri memakan waktu 5 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa Belanda dalam mengerjakan proyek-proyek infrastruktur sangat
ketat. Hasilnya, peninggalan-peninggalan infrastruktur dan bangunan Belanda
masih kuat hingga saat ini. Renovasi dan pelebaran pelabuhan ini diharapkan
dapat meningkatkan perdagangan. Sebelumnya dibutuhkan waktu yang cukup lama
untuk meyakinkan pemerintah pusat Belanda mengenai pentingnya renovasi dan
pelebaran Pelabuhan Ratu Emma. Den Haag saat itu menganggap letak pelabuhan
tersebut tidak terlalu istimewa dibandingkan dengan Pelabuhan Batavia –Tanjung Priok.
Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. |
Teluk Bayur adalah Pelabuhan Samudera
yang dikelilingi oleh Bukit Air Manis dan Bukit Putus serta dilindungi oleh
gugusan Pulau Karsik dan Pulau Kecil lainnya, sehingga menciptakan suasana
perairan yang aman dan nyaman bagi kapal-kapal yang bersandar di dermaga maupun
yang berlabuh. Di sebelah pelabuhan, terdapat pulau kecil tak jauh dari pantai.
Orang Belanda menyebutnya: Apenberg –Gunung
Monyet, karena terdapat banyak monyet di sana. Nama Gunung Monyet ini masih
dikenal hingga saat ini, meskipun saat ini sudah tidak ada lagi keberadaan
monyet-monyet di pulau tersebut. Gunung Monyet tersebut dulunya kerap ditempati
untuk pemakaman Tionghoa.
Teluk Bayur, Padang. |
Emmahaven, Teluk Bayur - 'Tempo Doeloe'. |
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar