"lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung, gunung teu
meunang dilebur, lebak teu meunang dirakak, mun ngadék kudu saclékna mun
neukteuk kudu sateukna mun nilas kudu saplasna, nu lain dilainkeun nu enya
dienyakeun ulah gorok ulah linyok".
panjang tidak boleh dipotong, pendek
tidak boleh disambung, gunung tidak boleh dihancurkan, lembah tidak boleh
dirusak, kalau menebang harus pas, kalau memotong harus sesuai ukurannya, kalau
mengelupas harus sepasnya, yang salah nyatakan salah, yang benar nyatakan
benar, tidak boleh menipu dan berbohong.
(kearifan hidup Masyarakat Baduy)
Provinsi Banten dulunya merupakan bagian
dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang.
Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50" hingga 7º1'11" Lintang
Selatan dan 105º1'11" hingga 106º7'12" Bujur Timur, dengan luas
wilayah 9.160,70 km².
Secara administratif, Provinsi Banten
terdiri dari: 4 kabupaten dan 4 kota, 154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1.273
desa. Keempat kabupaten tersebut, yaitu: Kabupaten Lebak ber-ibukota di
Rangkasbitung; Kabupaten Pandeglang ber-ibukota di Pandeglang; Kabupaten Serang
ber-ibukota di Ciruas; dan Kabupaten Tangerang ber-ibukota di Tigaraksa.
Sedangkan 4 kota: Kota Cilegon; Kota Serang; Kota Tangerang; dan Kota Tangerang
Selatan.
Kantor Gubernur Banten, Jalan Bigjen KH. Syam'un Nomor 5 Serang - Banten. |
Bantam
Banten
–dulu dikenal dengan nama Bantam merupakan sebuah daerah
dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka
dan makmur. Banten pada abad ke-5 merupakan bagian dari Tarumanagara –sebuah kerajaan bercorak Hindu yang
berkedudukan di Pakuan Bogor. Salah satu prasasti peninggalan Tarumanagara
adalah Prasasti Cidanghiyang –Prasasti
Lebak, yang ditemukan di Kampung Lebak di tepi Ci Danghiyang, Kecamatan
Munjul, Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi 2
baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi
prasasti tersebut mengagungkan keberanian Raja Purnawarman. Setelah runtuhnya
Tarumanagara, kekuasaan di bagian Barat Pulau Jawa –mulai dari Ujung Kulon sampai Ci Serayu dan Kali Brebes dilanjutkan
oleh Kerajaan Sunda. Seperti dinyatakan oleh Tome Pires, penjelajah Portugis
pada tahun 1513, Banten menjadi salah satu pelabuhan penting dari Kerajaan
Sunda. Menurut sumber Portugis tersebut, Banten adalah salah satu pelabuhan
kerajaan itu selain Pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara –Tangerang, Kalapa, dan Cimanuk.
Peta Bantam/Banten, tahun1935. |
Pada
tahun 1579, Maulana Yusuf –penerus
Maulana Hasanuddin dari Kesultanan Banten, menghancurkan Pakuan Pajajaran –ibukota Kerajaan Sunda. Batu Palangka
Sriman Sriwacana –tempat duduk kala
seorang raja dinobatkan, diboyong dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan di
Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu
terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik waktu itu
"mengharuskan" demikian. Pertama, dengan dirampasnya Palangka
tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru. Kedua, dengan
memiliki Palangka itu, Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda
yang "sah" karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja –Raja Kerajaan Sunda. Dengan
dihancurkannya Pajajaran, maka Banten mewarisi wilayah Lampung dari Kerajaan
Sunda.
Denah Kota Bantam/Banten oleh Francois Valentijn, tahun 1724. |
Ketika
sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana dilaporkan oleh J. de
Barros: “Banten merupakan pelabuhan besar
di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota Banten terletak di
pertengahan pesisir sebuah teluk, yang lebarnya sampai tiga mil. Kota itu
panjangnya 850 depa. Di tepi laut, kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam
ia lebih panjang. Melalui tengah-tengah kota ada sebuah sungai yang jernih, di
mana kapal jenis jung dan gale dapat berlayar masuk. Sepanjang pinggiran kota
ada sebuah anak sungai, di sungai yang tidak seberapa lebar itu hanya
perahu-perahu kecil saja yang dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota
itu ada sebuah benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarnya tujuh
telapak tangan. Bangunan-bangunan pertahanannya terbuat dari kayu, terdiri dari
dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata yang baik. Di tengah kota
terdapat alun-alun yang digunakan untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan
kesenian rakyat dan sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian
Selatan alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang ditinggikan dan
beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan sebagai tempat raja bertatap muka
dengan rakyatnya. Di sebelah Barat alun-alun didirikan sebuah masjid agung”.
Batu Palangka Sriman Sriwacana - Watu Gilang, di depan Keraton Surasowan Banten. |
Pada
awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu pusat perniagaan penting
dalam jalur perniagaan internasional di Asia. Tata administrasi modern
pemerintahan dan kepelabuhan sangat menunjang bagi tumbuhnya perekonomian
masyarakat. Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang menjadi
Provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten untuk pertama kalinya –sebelumnya, orang Portugis telah lama masuk
ke Banten, kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dalam
persaingan antara pedagang Eropa ini, Belanda muncul sebagai pemenang. Orang
Portugis melarikan diri dari Banten (1601), setelah armada mereka dihancurkan
oleh armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun tersingkirkan dari
Batavia (1619) dan Banten (1684).
Pada
1 Januari 1926, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk
pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau
Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi. Provincie West Java adalah provinsi
pertama yang dibentuk di wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat
keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran
Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507.
Banten menjadi salah satu keresidenan yaitu Bantam Regentschappen dalam
Provincie West Java di samping Batavia, Buitenzorg (Bogor), Preanger
(Priangan), dan Cirebon.
Gadis Baduy sedang menenun |
Baduy
Di Provinsi Banten terdapat Suku Baduy.
Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda Banten yang masih menjaga tradisi
antimodernisasi, baik cara berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku
Baduy-Rawayan tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas
5.101,85 hektar di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.
Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung
di Pegunungan Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari
nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik, tidak boleh dirusak.
Bukan 'Gadis Baduy' Biasa |
Obyek
Wisata
Masjig Agung Banten. Masjid Agung Banten
terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang –sekitar 10 km sebelah Utara Kota Serang.
Perjalanan dari Terminal Pakupatan, Serang, menuju ke lokasi masjid memerlukan
waktu sekitar setengah jam. Masjid ini merupakan situs bersejarah peninggalan
Sultan Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati, sekitar tahun 1552-1570 M.
Selain sebagai obyek wisata ziarah –terdapat
makam-makam kesultanan Banten, Masjid Agung Banten juga merupakan obyek
wisata pendidikan dan sejarah. Kita dapat menyaksikan peninggalan bersejarah
kerajaan Islam di Banten pada abad ke-16 M, serta melihat keunikan
arsitekturnya yang merupakan perpaduan gaya Hindu, Jawa, Cina, dan Eropa.
Danau
Tasikardi. Danau Tasikardi terletak di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang –sekitar 6 km di sebelah Barat Kota Serang.
Dari Kota Serang –ibukota Provinsi Banten,
pengunjung dapat mengakses Danau Tasikardi dengan naik angkutan kota jurusan
Kramatwatu. Danau tersebut dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Maulana
Yusuf (1570-1580 M) –sultan kedua
Kesultanan Banten. Konon, danau yang luasnya mencapai 5 hektar dan bagian
dasarnya dilapisi dengan ubin batu bata ini, dahulunya, merupakan tempat
peristirahatan sultan-sultan Banten bersama keluarganya.
Desa Wisata Sawarna. Secara
administratif, Desa Wisata Sawarna masuk dalam wilayah Kampung Gendol, Kecamatan
Bayah, Kabupaten Lebak. Desa Sawarna terkenal sebagai desa wisata yang
mempunyai berbagai destinasi wisata, seperti: pantai, sungai, hutan, panjat
tebing, gua, dan agrowisata yang ramai dikunjungi oleh turis domestik dan
mancanegara pada akhir pekan dan hari-hari libur lainnya. Bagi pecinta gua –dari banyak gua yang ada, Guha Lalay dan
Guha Lauk merupakan dua gua yang populer dan sering dikunjungi oleh para
wisatawan. Kita dapat berpetualang menyusuri kedalaman gua sambil menikmati
pemandangan stalagmit dan stalaktitnya yang mempesona. Sedangkan bagi pengunjung
yang ingin menikmati panorama pantai –untuk
berjemur, sepak bola dan voli pantai, bahkan berselancar atau sekedar menanti
detik-detik menjelang terbenamnya matahari (sunset), tinggal datang ke
Pantai Ciantir (juga populer dengan nama Pantai Sawarna) dan Pantai Tanjung
Layar sebagai pantai yang banyak dikunjungi wisatawan. Bagi wisatawan yang
ingin menikmati suasana yang berbeda, dapat melakukan kegiatan agrowisata di
areal persawahan, mencari batu-batu hias yang banyak terdapat di Sungai
Cisawarna, mengunjungi tempat pelelangan ikan, melakukan olahraga panjat
tebing, atau melihat kekayaan flora dan fauna hutan suaka alam yang terletak di
sebelah Timur desa. Sedangkan bagi wisatawan yang punya banyak waktu, dapat
mengunjungi sentra pembuat gula kelapa, sentra pengrajin gitar dan biola, makam
Jean Louis Van Gought, dan Tapak Si Kabayan.
Taman Nasional Ujung Kulon. Kawasan
Taman Nasional Ujung Kulon masuk wilayah administrasi Kecamatan Sumur,
Kabupaten Pandeglang. Taman ini merupakan cikal-bakal beberapa taman nasional
di Indonesia, seperti Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara atau kawasan
Taman Nasional Gunung Leuser di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Selain
nilai historisnya, kawasan ini memiliki zona inti seluas kurang lebih 120.551
ha yang terbagi menjadi 76.214 ha berupa daratan dan 44.337 ha berupa lautan
dan daerah berbatu karang. Zona inti yang berfungsi sebagai cagar alam dan
suaka margasatwa ini memiliki berbagai macam keistimewaan, di antaranya
keanekaragaman jenis biota laut, darat, dan satwa langka.
Klenteng Tandjung Kait. Klenteng Tandjung
Kait terletak di Dusun Tanjung Anom, Desa Tanjung Kait, Kecamatan Mauk, Kabupaten
Tangerang. Klenteng yang dibangun pada tahun 1792 M ini juga disebut sebagai
Klenteng Tjo Soe Kong. Menurut masyarakat setempat, sejak tahun 1960 M banyak
orang yang datang untuk sembahyang dan berdoa ke kelenteng ini, baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri. Selain sebagai tempat sembahyang dan berdoa,
klenteng ini juga dipercaya sebagai tempat yang tepat untuk meramal nasib. Klenteng
Tanjung Kait memiliki sumber mata air (sumur) yang telah berumur ratusan tahun
dan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Sumber mata air
ini tidak habis airnya walaupun diambil secara terus menerus dalam jumlah yang
besar. Banyak pengunjung yang datang mengambil air sumur itu, karena dipercaya
mengandung banyak berkah bagi yang menggunakannya.
Taman Wisata Alam Pulau Sangiang. Taman
Wisata Alam Pulau Sangiang terletak di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten
Serang. Dari Kota Serang, pengunjung dapat naik bus atau kendaraan pribadi
menuju arah Cilegon. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Anyer, dan
berhenti di kawasan Pantai Manuk di Desa Cikoneng. Dari Pantai Manuk,
perjalanan dilanjutkan dengan naik kapal atau perahu motor ke Pulau Sangiang
dengan waktu tempuh sekitar satu jam. Kawasan yang dikenal dengan julukan Seven Wonders of Banten (Tujuh Keajaiban
Banten) ini memadukan wisata alam, wisata sejarah, dan wisata ilmiah. Dimana
kawasan ini terdapat berbagai flora dan fauna langka. Selain itu, juga memiliki
berbagai kekayaan ekosistem, seperti terumbu karang, hutan bakau (mangrove),
dan hutan pantai. Pada sisi Barat Laut dan Selatan Pulau Sangiang, serta di
sepanjang Pantai Batu Mandi dan Gunung Gede, merupakan kawasan wisata alam yang
menantang dan sekaligus mengasyikkan. Kawasannya yang luas dan didukung oleh
kontur medan yang beragam, memberi cukup ruang kepada pengunjung untuk
melakukan berbagai kegiatan, seperti olahraga lintas alam, mendaki gunung, menyusuri
lembah, bersepeda, berkemah, memotret, serta menikmati panorama pantai yang
landai dan curam. Bagi peminat scuba
diving, snorkling, berjemur,
memancing, berperahu, serta melihat keindahan terumbu karang dan taman laut
dengan glass bottom boat, dianjurkan
mengunjungi kawasan Tanjung Raden, Legon Waru, dan perairan laut selatan yang
terdapat di dalam Pulau Sangiang. Untuk menikmati wisata sejarah, pengunjung
dapat mendatangi kawasan di sekitar Pos TNI Angkatan Laut. Di sana, pengunjung
masih dapat menyaksikan sisa-sisa peninggalan perang dunia kedua, seperti
meriam dan benteng pertahanan tentara Jepang dari serbuan tentara Sekutu.
Pantai Anyer. Pantai Anyer berada dalam
wilayah administratif Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Pantai Anyer dikenal
luas sebagai tempat wisata yang menarik sejak tahun 1980-an. Keberadaannya
sebagai salah satu dari Seven Wonders of
Banten dan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, membuat kawasan
ini menjelma sebagai salah satu obyek wisata favorit saat ini.
Pantai Carita. Secara administratif,
Pantai Carita masuk dalam wilayah Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.
Letaknya strategis, karena berada di tepi Jalan Raya Carita-Labuan yang
merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan tempat-tempat wisata di kawasan
pantai Barat Banten, sehingga memudahkan wisatawan untuk mengaksesnya. Di sini,
pengunjung dapat melakukan berbagai kesenangan seperti berjemur, olahraga
pantai, bermain pasir, berenang, memancing atau menyewa perahu, jetski, speed boat, dan banana boat.
Pada siang hari, wisatawan dapat mengunjungi kawasan taman laut yang bisa
ditempuh sekitar dua jam dengan menggunakan perahu motor dari Pantai Carita.
Ketika mulai senja, pemandangan matahari tenggelam –sunset dengan Kepulauan Krakatau sebagai lanskapnya merupakan daya
tarik lain kawasan Pantai Carita.
Pasir Putih, Pantai Carita. |
Pantai Karang Bolong. Secara
administratif, Pantai Karang Bolong masuk dalam wilayah Desa Karang Bolong,
Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang. Selain panorama khas pantai, pantai ini
memiliki daya tarik pada batu karang besar berbentuk setengah lingkaran yang
bagian tengahnya berlubang. Selain itu, terdapat juga batu karang-batu karang
kecil yang berada di sepanjang pantainya. Oleh karena itu, mengintip laut biru
dengan riak ombak yang susul-menyusul dari balik batu karang yang berlubang
merupakan tujuan utama wisatawan mengunjungi pantai ini. Batu karang besar
tersebut juga dijadikan wisatawan sebagai latar untuk berfoto. Sedangkan duduk
di atas batu karang-batu karang kecil adalah salah satu cara wisatawan
menikmati kawasan pantai ini.
Pantai Tanjung Lesung. Pantai Tanjung
Lesung terletak di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang.
Dinamakan Pantai Tanjung Lesung karena lokasinya berupa daratan yang menjorok
ke laut mirip ujung ‘lesung’ –salah satu
alat yang digunakan masyarakat tradisional Nusantara untuk menumbuk padi. Posisi
pantainya yang tidak menghadap langsung ke samudera lepas membuat tiupan angin
dan deburan ombak kawasan ini tidak terlalu besar, sehingga wisatawan dapat
melakukan berbagai aktivitas, seperti: berenang, berperahu, bermain jetski, dan snorkling. Memancing merupakan aktivitas menarik lainnya, karena
kawasan ini merupakan rumah bagi banyak ikan. Bila bosan berada di pantai,
wisatawan dapat mengunjungi desa wisata yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai pengrajin patung badak bercula satu (fauna khas Banten) dan minuman
dari daun sirih, atau melihat-lihat kehidupan nelayan di Kampung Cipanon.
Tanjung 'mirip' Lesung |
Air Terjun Curug Gendang. Air Terjun
Curug Gendang terletak di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang. Dari jalan
raya Carita, Curug Gendang berjarak sekitar 2 km, atau sekitar 3,5 km dari
Taman Wisata Alam Carita. Setelah sampai di area parkir atau pos jaga/pos
retribusi, kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Curug Gendang dengan berjalan
kaki sekitar 1 km. Pada awalnya, air terjun yang berada sekitar 170 meter di
atas permukaan laut dan berasal dari hulu mata air Gunung Panganjaran ini
bernama Curug Citajur. Namun karena suara air terjunnya yang mirip dengan suara
gendang atau tambur, masyarakat setempat kemudian menamainya Curug Gendang. Obyek
wisata Curug Gendang merupakan perpaduan dari hutan yang lebat, jalan setapak
yang berliku-liku, panorama alam yang indah, dan air terjun yang jernih. Ketika
perjalanan sampai di punggung perbukitan, pengunjung dapat melihat hijaunya
pepohonan di kaki bukit, atau menikmati eksotisme Selat Sunda dan Gunung Anak
Krakatau dari kejauhan. Rasa penat selama menempuh perjalanan akan terobati
begitu sampai di air terjun setinggi 7 meter dengan kedalaman 13 meter dan luas
10 meter tersebut. Suara air terjunnya yang bagai suara tambur dan air kolamnya
yang bening itu memikat pengunjung untuk segera menceburkan diri ke dalamnya.
Di sini, pengunjung dapat melepas lelah dan gerah dengan mencuci muka, merendam
kaki, atau mandi sepuasnya. Bagi pengunjung yang ingin menguji nyalinya dapat
melompat dari tebing-tebing batu yang terdapat di bagian atas Curug Gendang.
Tugu 0 Km, Anyer-Panarukan 'de Grote Postweg' di Desa Bojong Cikoneng, Anyer - Banten. |
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar