Kota Singkawang semula merupakan bagian
dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan
status Kecamatan Singkawang, dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota
Administratif Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota
Administratif Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan secara berhasil guna dan berdaya guna dan merupakan sarana utama
bagi pembinaan wilayah serta merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha
peningkatan laju pembangunan. Selain pusat pemerintahan Kota Administratif
Singkawang ibukota Sambas juga berkedudukan di Kota Singkawang. Akhirnya
Singkawang terwujud menjadi Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 12
Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Singkawang, diresmikan pada tanggal 17
Oktober 2001 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama
Presiden Republik Indonesia.
Keberuntungan bagi pemula |
Para Amoy Singkawang, Kalimantan Barat. |
Kota
Amoy
Kota Singkawang yang dikenal sebagai
Kota Amoy dan China Town-nya Indonesia, karena mayoritas penduduknya (sekitar
70%) merupakan etnis Tionghoa. Amoy –sebutan
gadis keturunan Tionghoa yang belum menikah dikenal dengan kecantikannya,
berkulit putih, bermata sipit serta rajin bekerja. Kota Singkawang berjarak
sekitar 142 kilometer dari Kota Pontianak –ibu
kota Provinsi Kalimantan Barat. Etnis Tionghoa yang kebetulan berbahasa
Hakka atau Khek –bukan berbahasa Mandarin
atau Cantonese lebih mengenal nama Pontianak dengan nama Khuntien. Sementara
itu, orang Tionghoa menyebut Singkawang dengan kata: San Keuw Jong (Bahasa
Hakka), dulunya merupakan tempat singgah para pedagang dan penambang emas
Tionghoa dari Monterado –sekarang, Kabupaten
Bengkayang. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang
cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang
menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang
tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.
Luas wilayah Kota Singkawang: 504 km²,
dengan koordinat di antara 0°44’55,85” hingga 1°01’21,51" Lintang Selatan
dan 108°051’47,6” hingga 109°010’19” Bujur Timur.
Pasar Hongkong, Jalan Pangeran Diponegoro - Singkawang. |
Para Amoy Singkawang yang ramah |
Pantai
Pasir Panjang Indah
Pantai Pasir Panjang Indah terletak di
Kecamatan Tujuh Belas, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat. Mengunjungi
kota yang berbatasan langsung dengan Negara Bagian Serawak, Malaysia ini, tentu
belum lengkap bila belum mengunjungi pantai ini. Dari pusat Kota Singkawang,
Pantai Pasir Panjang Indah berjarak sekitar 17 kilometer. Pengunjung dapat
mengaksesnya dengan menggunakan taksi, bus, atau minibus. Pantai yang menjadi
ikon pariwisata Kota Singkawang ini telah dikembangkan menjadi sebuah paket
wisata terpadu bernama Taman Pasir Panjang Indah (TPPI). Dinamakan dengan
Pantai Pasir Panjang karena pantainya membentang panjang melengkungi laut
lepas. Air laut yang jernih, menambah kecantikan panorama pantai ini. Banyak
pengunjung yang datang berenang di pantai ini. Tidak hanya itu saja, momen
matahari terbenam –sunset di pantai
ini sangatlah indah. Tidak heran bila pantai ini ramai di sore hari. Pengunjung
yang tidak terbiasa berenang di pantai, dapat berenang di kolam renang yang
tersedia. Sedangkan bagi yang tidak suka berenang ataupun berjemur, dapat
mengelilingi pantai dengan naik banana
boat. Pengunjung yang membawa anak-anaknya, tetap bisa bersenang-senang
karena di kawasan ini tersedia arena bermain anak-anak.
Taman Pasir Panjang Indah, Singkawang - Kalimantan Barat. |
Dari tepi Pantai Pasir Panjang
Singkawang, pengunjung dapat menikmati panorama laut biru berlatar kaki langit
yang juga biru. Samar-samar di kejauhan membias hijau Pulau Lemukutan, Pulau
Kabung, dan Pulau Randayan yang dipagari perairan Laut Natuna. Hamparan pasir pantainya
yang luas dan bersih menjadikan kawasan ini nyaman digunakan untuk berjemur
atau melakukan aktivitas olahraga, seperti voli pantai dan sepak bola pantai.
Dengan ditemani deretan Gunung Besi dan pepohonan yang menaunginya, semakin
menambah keelokan dan kekhasan wilayah wisata ini.
Vihara
Tri Dharma Bumi Raya
Mencoba Peruntungan di Vihara |
Kota
Singkawang juga dikenal dengan sebutan Kota Seribu Kuil –Kelenteng, karena di setiap sudut kota ini dapat ditemui banyak
bangunan vihara atau lebih dikenal sebagai kelenteng atau pekong. Vihara Tri Dharma
Bumi Raya yang berlokasi di Jalan Sejahtera (Pasar Tengah) ini adalah vihara
tertua di Singkawang yang didirikan tahun 1878. Pada tahun 1930 (atau 1936 ?),
vihara ini sempat terbakar sehingga dilakukan renovasi ulang. Penduduk setempat
menyebut Vihara Tri Dharma Bumi Raya dengan sebutan Tai Pak Kung atau Tua Pek
Kong (Toa Pekong). Bangunan ini memiliki arsitektur
yang khas, didominasi warna merah dan hiasan liong.
Ketika datang ke Vihara Dharma Bumi Raya
ini, maka kita akan dirasakan suasana sakral pada bangunan tua ini. Sedikitnya,
umur vihara ini telah mencapai 200 tahun. Salah satu ciri khas yang
membedarakan vihara ini dengan yang lainnya adalah patung Dewa Bumi itu
sendiri. Simbol kekuasaan dan keberuntungan Yu Ri diletakkan di tangan kanan
sang dewa. Di tempat lain, patung Dewa Bumi diperlihatkan memegang botol arak. Selain
itu, terdapat patung Tua Pek Kong dibagian dalam klenteng yang menjadi tempat
sembahyang pada waktu sore setiap harinya. Total ada 6 patung Tua Pek Kong yang
dimiliki oleh klenteng ini. Patung yang terbuat dari bahan baku kayu tersebut,
didatangkan langsung dari Tiongkok.
Depan Vihara, Singkawang - Kalbar. |
Di Dalam Vihara |
Klenteng yang berada di pusat Kota
Singkawang ini, dipercaya merupakan tempat bersemayamnya Dewa Bumi Raya. Ini
adalah Dewa pelindung Kota Singkawang menurut kepercayaan penganutnya. Setiap
tahunnya dirayakan hari ulang tahun Dewa Bumi Raya yang jatuh pada tanggal 6
Juni. Perayaan ini dilaksanakan dengan bersembahyang di Vihara Dharma Bumi Raya.
Selain itu karena sejarahnya, kelenteng tertua di Kota Singkawang ini menjadi
pusat kegiatan pada saat Festival Cap Go Meh pada pergantian tahun baru. Dalam
perayaan Cap Go Meh, berbagai macam Tatung atau Louya keliling kampung. Disebutkan
bahwa ada binatang buas bernama Nian Show yang datang pada setiap pergantian
tahun. Binatang ini akan memangsa makhluk hidup apa saja, termasuk manusia.
Oleh karena itulah, dinyalakan petasan yang suara dan cahayanya diharapkan bisa
menakuti Nian Show dan pada akhirnya membuat binatang tersebut melarikan diri. Selagi
kembang api terus dinyalakan seperti yang bisa disaksikan di langit sekitar
vihara, pengunjung terus berdatangan ke vihara. Tidak hanya orang dewasa yang
terlihat datang, namun juga ada anak kecil yang dibawa oleh orangtua mereka
untuk bersembahyang di vihara. Banyak dari anak kecil ini yang menggunakan
pakaian berwarna merah. Ternyata tradisi menggunakan pakaian merah pada saat
pergantian tahun baru Imlek, masih berhubungan dengan Nian Show. Selain takut
dengan petasan, binatang buas bernama Nian Show ini juga takut dengan warna
merah. Oleh karena itu sudah semenjak lama warna merah ini menemani waktu
pergantian tahun. Seperti yang terlihat di rumah-rumah masyarakat yang bagian
dindingnya dihias dengan kertas berwarna merah. Selain itu, ada juga kain
dengan warna merah yang turut digantung pada saat perayaan tahun baru.
Berdasarkan tradisi etnis Tionghoa, sambil menunggu pergantian tahun, mereka
akan menutup rapat pintu dan jendela rumah mereka. Untuk melindungi keluarga
mereka dari ancaman makhluk jahat yang keluar pada saat pergantian tahun.
Mengiringi Dewi Kwan In |
Vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang - Kalimantan Barat. |
Liong Vihara, Singkawang. |
Setelah berdoa di Vihara, Sang Dewa langsung mengabulkan permintaan kita. |
Tak hanya ayam goreng, ikan bawal bun,
hekeng dan cap chay. Masakan asam pedas, mie tia, nasi ayam dan mie pangsit
juga merupakan masakan khas penduduk Tionghoa Singkawang dan sekitarnya. Tapi yang terkenal di Singkawang adalah: Tahu –sangat renyah dan lezat.
Kuliner khas Singkawang lainnya yang
patut dicoba, seperti: bubur tahu, mie asin, chai pow phan, rujak
tionghoa, bakso singkawang, bubur babi, bubur sapi, dan ditutup oleh air tahu
atau liang teh yang terkenal. Yang lainnya, seperti: Kopi Tarik; Bubur
Pedas Warung Bendahre; Choi Pow Phan; Kue Tiaw goring; Mie
Goreng Dian; Liang Tea; Sotong Pangkung; Kue Bulan; Kue
Keranjang; Tan Huang Su; Jiu Tui Tau Sa; Gu Jin Pia; Tau Sa
Kuh Putih; dan Bubur Gunting.
Buah 'Berduri' Durian, Kalimantan Barat. |
Masih belum cukup umur, untuk makan dengan kulitnya. |
***
pengen jln2 ke singkawang haaaa
BalasHapus3 jam dari pontianak.... jalannya mulus (okt 2014)
BalasHapus3 jam dari pontianak.... jalannya mulus (okt 2014)
BalasHapus