Arung
Jeram (White Water Rafting) merupakan olahraga mengarungi sungai berjeram,
dengan menggunakan perahu karet, kayak, kano dan dayung dengan tujuan rekreasi
atau ekspedisi. Sebagai olahraga kelompok, arung jeram sangat mengandalkan pada
kekompakan tim secara keseluruhan. Kerjasama yang terpadu dan saling pengertian
yang mendalam antar-awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang
menunjang keberhasilan melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah
bahwa arung jeram merupakan olahraga yang penuh resiko (high risk sport). Namun
demikian, setiap orang mampu melakukannya (berhasil menghadapi keadaan darurat
di sungai), penting untuk melatih kesiapan dan kemampuan serta kepercayaan diri
kita, dalam kehidupan bermasyarakat.
Rafting Ci Sadane |
Arung
Jeram Ci Sadane
Arung jeram adalah sebuah aktivitas yang
memadukan unsur: petualangan; edukasi; olahraga; dan rekreasi, dengan
mengarungi alur sungai yang berjeram –riam.
Perjalanan untuk menuju lokasi rafting –arung
jeram Ci Sadane, kurang lebih dapat ditempuh sekitar dua jam perjalanan
dari Jakarta –keluar Tol Ciawi kemudian
ambil ke arah Sukabumi. Lokasi Rafting Bogor, meeting pointnya cukup dekat –terletak di daerah Caringin Bogor, Sungai Ci
Sadane. Akses jalan, dapat dilalui oleh kendaraan pribadi maupun bus ukuran
besar. Sensasi yang sangat luar biasa dengan arung jeram Ci Sadane pun, dapat
kita rasakan. Sepanjang perjalanan, kita akan dimanjakan dengan pemandangan perkebunan
dan bukit-bukit yang hijau. Rimbunan pohon bambu pun, mengiringi aliran Sungai
Ci Sadane. Jeram-jeram yang ada di Sungai Ci Sadane, akan sesekali membuat
adrenalin kita naik. Ketika menghadapi jeram-jeram, kita biasanya akan
berteriak –dapat melepaskan
ketegangan-ketegangan dalam jiwa, dan merupakan obat yang ampuh bagi berbagai
stress. Selain itu, tentunya, membuat kita senang karena bisa melewati jeram
yang menantang. Terhitung ada sekitar empat hingga lima jeram yang ada di
Sungai Ci Sadane, Setiap jeram, mempunyai sensasi yang luar biasa hingga
membuat kita ingin kembali lagi untuk melakukan arung jeram di sungai ini. Di tengah
perjalanan, ada tantang untuk loncat dari jembatan dengan ketinggian kurang
lebih tujuh meter dari atas sungai. Tantangan ini, tentunya, menjadi salah satu
yang menarik dalam Arung Jeram Ci Sadane ini. Selain tantangan untuk melompat
di Sungai Ci Sadane, menuruni DAM setinggi tiga meter dengan perahu pun akan
memacu adrenalin kita. Sensasi luar biasa, yang kita dapatkan dalam berarung jeram.
Ci Sadane, adalah salah
satu sungai besar di Pulau Jawa yang bermuara ke Laut Jawa. Pada masa lalu,
sungai ini juga disebut dengan nama Ci
Gede (Chegujde, Cheguide)
–setidaknya pada bagian di sekitar
muaranya. Hulu sungai ini, berada di lereng Gunung Pangrango –dengan beberapa anak sungai yang berawal di
Gunung Salak, melintas di sisi Barat Kabupaten Bogor, terus ke arah
Kabupaten Tangerang dan bermuara di sekitar Tanjung Burung. Dengan panjang
keseluruhan sekitar 126 km, sungai ini pada bagian hilirnya cukup lebar dan
dapat dilayari oleh kapal kecil. Luas DAS Ci Sadane seluruhnya sekitar 154.654
ha; dan melintasi 44 kecamatan di 5 kabupaten/kota, yakni: Kabupaten Bogor;
Kota Bogor; Kabupaten Tangerang; Kota Tangerang; dan Tangerang Selatan. Terbagi
menjadi 4 sub DAS, daerah aliran sungai ini di sebelah Baratnya berbatasan
dengan DAS Ci Manceuri, Ci Ujung, Ci Durian, dan Ci Bareno. Sementara itu, di
sebelah Selatannya berbatasan dengan DAS Ci Mandiri. Sedangkan, di sebelah Timurnya
berbatasan dengan DAS Kali Angke dan DAS Ci Liwung. Pada abad ke-16, Tangerang –disebut oleh Tome Pires sebagai: Tamgaram
yang berada di tepi sungai ini, telah menjadi salah satu pelabuhan yang penting
–namun kemudian kalah oleh perkembangan
Banten dan Batavia.
Arung Jeram Ci Sadane |
Arung Jeram (Rafting) Ci Sadane |
Briefing |
Rest Area Ci Sadane |
Rafting Ci Sadane, Rest Area. |
Perkembangan
Rafting
Di Amerika Serikat, kegiatan arung jeram
sebagai olahraga dipelopori oleh Mayor John Wisley –seorang ilmuwan yang memimpin sebuah ekspedisi di sepanjang Sungai
Colorado, pada tahun 1860-an. Perahu yang digunakannya, pada waktu itu,
terbuat dari kayu. Di akhir abad ke-19, seorang ilmuwan bangsa Belanda memimpin
ekspedisi menyusuri Sungai Kapuas dan Mahakam di Kalimantan –yang juga berjeram, dengan menggunakan
perahu suku Dayak yang terbuat dari Kayu. Perjalanan ini menempuh waktu hampir
satu tahun. Ketika Tahun 1994 rute perjalanan ini ditapak-tilasi kembali,
dengan perahu boat bermotor, diperlukan waktu 44 hari untuk mengarungi jalur
ini.
Sejarah petualangan sungai di Indonesia,
dimulai sekitar awal tahun 1970-an –dengan
istilah: Olah Raga Arus Deras (ORAD). Dipelopori oleh rekan-rekan pecinta
alam dari Bandung dan Jakarta. Olahraga ini kemudian menjadi salah satu olahraga
petualangan yang paling diminati parapecinta alam. Pada tahun 1975, salah satu
kelompok pencinta alam menggelar Citarum Rally. Sekitar tahun 1975, kelompok
pencinta alam mengembangkan juga olahraga ini dengan ekspedisi melintas Sungai
Mahakam dan Sungai Barito –bersama dengan
Frank Morgan, seorang pengacara profesional. Kelompok ini juga melaksanakan
ekspedisi ke Sungai Alas. Perahu dan peralatan yang dipakai, mulai meningkat
kualitasnya –dimulai dari ban dalam,
perahu LCR tentara, sampai perahu karet khusus sungai (River Raft), juga perahu
Kayak. Hal ini mendorong arung jeram tumbuh cukup pesat, dan menarik minat
para pengarung jeram untuk mengarungi sungai-sungai di daerah yang jauh dan
penuh tantangan. Sungai Mahakam, Barito, Alas, Mamberamo, dan Van Der Wall,
kemudian juga diarungi. Di Pulau Jawa, banyak sungai yang biasa diarungi –seperti: Ci Tarik; Ci Mandiri; Ci Tatih; dan
Ci Manuk, di Jawa Barat. Sementara Jawa Tengah, memiliki sungai Progo,
Serayu, dan Elo, yang biasa diarungi. Sedangkan Jawa Timur memiliki sungai
Ireng-ireng di lereng Gunung Semeru, yang cukup menantang. Arung jeram terus
berkembang dengan cukup pesat, namun seiring dengan perkembangannya, beberapa
kecelakaan yang merenggut nyawa juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan
arung jeram Indonesia. Telah beberapa kali diadakan kejuaraan arung jeram oleh
beberapa perkumpulan di Indonesia, tetapi belum terdapat standar baku, baik
tentang penyelenggaraan; peralatan; maupun penilaiannya. Pada tahun 1994
diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram yang agak resmi di Sungai Ayung,
Ubud-Bali. Di kejuaraan ini diterapkan standar penyelenggaran internasional,
baik perlengkapan; materi lomba; maupun perlengkapan dan penjuriannya. Kegiatan
inilah yang kemudian dianggap pemicu kebangkitan arung jeram di Indonesia.
Dengan berkembangnya wisata arung jeram
ini, maka saat ini, arung jeram telah menjadi olahraga petualangan sekaligus
wisata dan rekreasi keluarga. Siap menantang siapa saja yang ingin menikmati
pengalaman baru, dan bukan lagi hanya kegemaran dari para petualang sejati. Di
satu sisi, banyaknya potensi sungai di Indonesia yang dapat dikembangkan
sebagai sarana wisata arung jeram. Sementara di sisi lain, terdapat
keterbatasan sumber daya manusia dibidang ini yang belum terjembatani. Hal ini,
merupakan peluang dan tantangan tersendiri bagi para penggiat arung jeram di
Indonesia untuk meningkatkan kualitas diri di bidang arung jeram.
Dengan terus berkembanganya arung jeram
di Indonesia, para penggiatnya merasa bahwa perlu suatu wadah yang dapat
membina kegiatan arung jeram dengan lebih terorganisir –memiliki wawasan dan tujuan yang jelas. Pada bulan Maret 1996 –oleh 38 Organisasi Pecinta Alam, Klub Arung
Jeram Amatir, Profesional dan Komersial, telah dibentuk Federasi Arung
Jeram Indonesia (FAJI). Pada tahun 2001, Pengurus Besar FAJI telah menjadi
bagian dari organisasi rafting internasional (IRF) serta terus melaksanakan
upaya konsolidasi dan membentuk Pengurus Daerah. Saat ini, Pengurus Besar FAJI
telah memiliki perwakilan di 10 provinsi dan di tahun mendatang diharapkan
bertambah menjadi 15 Pengda. Untuk publikasi, FAJI telah menerbitkan Majalah
Kegiatan Alam Terbuka JELAJAH –yang
menuliskan tidak saja kegiatan Arung Jeram juga kegiatan alam terbuka lainnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar