Banyak
wisatawan, yang tidak pernah terlintas untuk mengunjungi "the hidden paradise" di Garut
Selatan ini. Memasuki area wisata Pantai Rancabuaya, kita terasa memasuki
pantai yang belum banyak tersentuh oleh modernisasi pembangunan, keasrian dan
keaslian suasana benar-benar sangat terasa. Keheningan pagi dan keindahan alam,
membuat kita serasa menjadi lebih dekat dengan Tuhan Sang Pencipta Alam. Yach…
Pantai Rancabuaya, memang sebuah syurga yang tersembunyi.
Pantai Rancabuaya, Garut. |
Pantai
Rancabuaya
Lokasinya terletak di Desa Purbayani,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut –sekitar
setengah jam, waktu yang dibutuhkan untuk menuju lokasi ini dari Desa Sukarame.
Akses ke Pantai Rancabuaya, dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi
atau angkutan umum. Kendaraan minibus jurusan Garut-Rancabuaya, dapat ditemui
di terminal Guntur Garut. Dari Kota Garut menuju pantai, berjarak kurang lebih
105 kilometer. Namun, perjalanan panjang itu akan terbayar oleh berbagai
keindahan alam Garut, berupa: pegunungan; perkebunan teh; bukit-bukit; serta
hutan yang sejuk. Sebenarnya untuk menuju Pantai Rancabuaya, bisa ditempuh
melalui dua jalur yang sangat berbeda kondisinya dan memiliki keindahan serta
tantangan untuk melaluinya. Jalur pertama, melalui rute:
Bandung-Garut-Cikajang-Pamengpeuk-Pantai Santolo dan Pantai Rancabuaya. Jalur
ini memiliki kelebihan, yaitu: kondisi jalan utama yang mulus; pemandangan yang
indah sepanjang perjalanan Cikajang hingga Pamengpeuk; dan bonus air terjun
yang cukup tinggi. Jalan berkelok-kelok menuruni punggung bukit, dan dikejauhan
terlihat pemandangan perkampungan dengan sawah yang indah. Sementara jalur
kedua, kita bisa melalui jalur: Bandung-Pangalengan-Cisewu-Pantai Rancabuaya. Jalur
ini sangat membutuhkan keahlian dalam hal mengemudi kendaraan, dan mengharuskan
kondisi kendaraan yang prima. Ada beberapa air terjun yang berada di tepi jalan
utama, dan akan terlihat besar ketika musim hujan tiba. Jika ingin sedikit
berpetualang, disarankan agar mencoba jalur ini, sangat menantang dan ada
nuansa adventure yang memicu adrenalin kita. Setelah melewati jalur yang sempit
dan tikungan tajam serta jurang yang cukup dalam, kita akan memasuki Kecamatan
Cisewu dan tak berapa lama akan disuguhi pemandangan yang indah yaitu suasana
pedesaan dan air terjun yang berair jernih dan menyegarkan. Setelah memasuki Desa
Sukarame, akan kita temui pertigaan –ke arah
kiri ke Bungbulang, sementara ke arah kanan menuju Pantai Rancabuaya.
Perjalanan setelah Desa Sukarame, terasa lebih nyaman karena kondisi jalan
lebih bagus dan lurus. Saat kita mulai menuruni bukit, dikejauhan terlihat keindahan
Pantai Rancabuaya seolah menanti kedatangan kita. Pemandangan yang indah
serasa menghilangkan kepenatan perjalanan yang sangat melelahkan. Ingin rasanya
segera sampai di pantai dan merasakan kesegaran air lautnya.
Tour de' Rancabuaya Beach |
Pantai Rancabuaya ini, di sebelah
Baratnya, langsung berbatasan dengan Samudera Hindia –sehingga memiliki ombak yang cukup besar. Sementara di Utara, berbatasan dengan Desa
Caringin. Sedangkan di Selatan dengan Desa Indralayang, serta di sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Sinarjaya. Setibanya di pantai, kita akan disambut
dengan pasir putih pantai yang halus nan lembut. Begitu pula hamparan laut
berwana biru, ditambah dengan kondisi air laut yang jernih nan bersih.
Kemiringan pantai yang landai, juga ketinggian gelombang rata-rata satu meter,
jejeran batu karang, serta banyak ditumbuhi rumput laut dan ganggang hijau
sebagai flora dominan. Biota laut lainnya yang dapat kita temukan, seperti:
kepiting; bintang laut; ikan; dan masih banyak lainnya. Aktivitas yang dapat
dilakukan oleh parawisatawan yang berkunjung, antara lain: hiking; tracking;
dan menikmati pemandangan. Yang menarik dari pantai ini adalah banyaknya batuan
karang yang cukup besar, juga terdapat tebing batuan yang cukup tinggi dan yang
istimewa dari pantai ini adalah adanya curug –air terjun yang langsung menghadap kepantai. Keindahan panorama
alam yang membentang sejauh mata memandang dapat kita nikmati dengan nyaman.
Biota Laut |
Puncak
Guha
Masih dekat dengan komplek wisata Pantai
Rancabuaya, terdapat satu obyek wisata lainnya, yakni: Puncak Guha –sekitar dua km ke arah Timur. Sebuah
pantai yang berada di kawasan Garut Selatan ini, memang tidak seterkenal dengan
pantai-pantai lainnya di Kabupaten Garut. Namun untuk urusan keindahan alam,
Pantai Puncak Guha bisa melebihi pantai lainnya. Keindahan pantai ini, setara
dengan keindahan pantai di Pulau Bali. Bila berada di atas tebing, kita bisa
memandang bebas ke arah pantai Selatan tanpa halangan apapun. Memandang birunya
laut dan langit serta awan putih di ujung cakrawala, memberikan rasa lega dan
bebas menyaksikan keindahan alam sekitar kita. Hanya debur ombak dan desiran
angin laut yang menemani kita dalam kesendirian, seolah menyatu dengan alam
sekitar, dan terasa betapa kecil dan tidak berdayanya kita dibandingkan alam ciptaan-Nya.
Terlihat ombak putih berirama, teratur, bergulung-gulung putih menuju pantai,
seolah pantai menyambut kedatangan ombak dengan pelukan kehangatan. Keindahannya
masih ada, ketika kita sedikit beranjak ke arah Timur, ada pantai yang
benar-benar masih natural, dan tidak tersentuh modernisasi, tetapi keindahannya
sangat jelas dan seolah menarik kita untuk datang dan menikmati belaian ombak
pantai laut Selatan.
Untuk mencapai pantai ini, tidaklah
sulit. Selain di pinggir jalan, lokasinya agak sedikit berada di dataran
tinggi. Jalannya lumayan cukup menanjak dengan tanah merah serta disekitar
pinggir kiri kanannya ditumbuhi rumput yang mulai menguning terpapar sinar
matahari. Setelah beberapa meter, nampak pintu gerbang kusam terbuat dari
beberapa batang bambu. Di bagian atas gerbang tertulis "Selamat Datang di Puncak
Guha". Pemandangan Pantai Rancabuaya dan pantai-pantai di sepanjang jalan
Garut-Tasikmalaya, terlihat begitu menakjubkan dari Puncak Guha ini. Keagungan
Tuhan begitu kentara, ketika berdiri di salah satu tebing yang menghadap pantai
Selatan Jawa. Angin yang berhembus menerpa wajah, membuat siapapun merasakan
kesejukan yang begitu kuat ditengah teriknya matahari. Sejumlah bangunan saung
dan pagar, sengaja dibangun di Puncak Guha. Sayang, keberadaannya sudah mulai rusak.
Temboknya banyak yang copot, dimakan usia. Namun semuanya itu tidak menjadi
pusat perhatian, yang diperhatikan hanyalah pemandangan pantai yang begitu
menakjubkan.
Savana –padang rumput khas pantai, nampak menghijau, diselingi tanaman
pandan laut yang berduri memberikan pemandangan yang lain. Konon, menurut
masyarakat setempat, di bagian dinding yang menghadap pantai Selatan terdapat
goa yang dipenuhi lalay –codot/kelelawar.
Tebing yang cukup curam, membuat hati agak ciut untuk turun ke bibir goa Tak
heran, keberadaan puncak itu disebut Puncak Guha oleh masyarakat setempat. Melihat
keindahan tiada tara, parapengunjung dapat berlomba-lomba untuk mengambil momen
tersebut dengan kamera yang dimiliki maupun kamera handphone. Atau, mencoba
narsis minta difoto bareng di depan kendaraannya masing-masing. Menginjakkan
kaki di Puncak Guha, sekalipun hanya beberapa saat, namun mampu memberi energi
parapengunjung untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Konon, Puncak Guha ditemukan sejak tahun
1990-an. Namun belum terekspos luas, sehingga kurang ada kepedulian dari pemerintah
Kabupaten Garut. Walaupun ada sejumlah bangunan saung tembok dan pagar, namun
kondisinya sudah memprihatinkan. Bahkan akses menuju ke Puncak Guha, belum
mendapat sentuhan pemerintah untuk dibuatkan jalan aspal sampai ke Puncak Guha
dari jalan Raya Lintas Jabar Selatan. Jika Puncak Guha mendapat sentuhan
investor yang kreatif dan inovasi, bukan tidak mungkin akan menjadi objek
wisata incaran wisatawan luar negeri.
Gunung
Wayang
Sebuah batu besar, tampak menjulang di
Kecamatan Pakenjeng –warga sekitar
menyebutnya Gunung Wayang. Gunung setinggi sekitar 2.000 meter dan luas 2,5
hektar itu, diyakini sebagai “karuhun” tokoh pewayangan. Menurut warga, dalang
kondang Asep Sunandar Sunarya –almarhum
pernah berkunjung gunung itu. Informasi itu, tidak dibantah oleh kuncen –juru kunci yang tinggal tidak jauh dari
gunung. Konon disebut Gunung Wayang karena setiap malam Selasa dan Jum’at,
acapkali terdengar suara gamelan pengiring pementasan wayang. Namun, suara
gamelan itu, kini sudah tidak terdengar lagi –seiring ramainya perkampungan. Konon, siapa saja yang akan pentas –serta melewati gunung tersebut selalu saja
mendapat halangan. Namun, setelah mendoakan Dalem Darpa Wayang –karuhun Gunung Wayang, maka dalang dan
kru pementasan akan menjadi lancar. Untuk mencapai puncak gunung, tidaklah
sulit. Dengan jalan kaki, –sekitar setengah jam-an, akan dijumpai sejumlah
bebatuan, perkebunan warga, dan tempat ziarah makam Embah Dalem. Akan tetapi,
kondisi Gunung Wayang sekarang sangat mengkhawatirkan karena ada saja
tangan-tangan jahil; penambang batu; dan penebas pepohonan.
Ada legenda menarik dari Gunung Wayang
ini, yakni: kisah Putri Teja Nirmala. Pada jaman dahulu, ada sebuah kerajaan
kecil di lereng Gunung Wayang. Raja, bernama sang Prabu Jaga Lawang, ia
dikenal arif dan bijaksana. Dia memiliki putri tunggal, bernama Putri
Teja Nirmala. Dia adalah orang yang sangat terkenal karena kecantikannya,
tetapi dia belum menikah. Suatu hari, prabu memutuskan untuk mengadakan
sayembara. Pemenang sayembara adu kekuatan tersebut, dimenangkan oleh Pangeran
Gagak Taruna atau Pangeran Raden Bagus Begawan. Semua rakyat yang melihat,
spontan bersorak-sorai karena Putri Teja Nirmala telah menemukan cinta sejatinya.
Sebuah pesta pernikahan yang mewah, telah dipersiapkan. Sayangnya, peri jahat
membunuh Pangeran Raden Bagus Begawan. Ketika Putri Teja Nirmala mendengarnya, dia
sangat sedih. Peri yang baik, membawa jasad sang pangeran ke kahyangan dengan mengajak
serta Putri Teja Nirmala. Bila Putri Teja Nirmala rindu bertemu ayahnya, maka
dapat menjumpai sang prabu di puncak Gunung Wayang setiap bulan purnama tiba. Cerita
berlanjut, bahwa pada malam purnama, rakyat dapat mendengar suara musik di
udara di atas dari puncak gunung –hal ini
menunjukan, bahwa sang prabu dan putrinya sedang bertemu satu sama lain sampai
fajar terbit, saatnya bagi mereka untuk berpisah. Sang prabu dan Putri Teja
Nirmala akan berjumpa kembali, dimalam bulan Purnama berikutnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar