Anjungan-anjungan
yang berada di Pantai Losari Makassar, mewakili suku-suku besar di Sulawesi
Selatan, yakni: Suku Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar. Anjungan-anjungan
tersebut, selain untuk sarana edukasi, juga menambah daya tarik tersendiri dari
Pantai Losari yang telah terkenal dengan sunset dan sunrisenya.
Pantai Losari, Makassar - Sulawesi Selatan. |
Tugu
Kembar Adipura
Sebagaimana diketahui, selain Anjungan
Toraja Mandar, anjungan yang terdapat dalam Pantai Losari masing-masing: Anjungan
Metro Makassar; Bugis Makassar; dan Anjungan Bahari. Anjungan-anjungan di
Pantai Losari ini, semakin sempurna dengan didirikannya Masjid Terapung Amirul
Mukminin. Anjungan Toraja Mandar adalah anjungan yang paling terakhir
dirampungkan, yaitu pada akhir tahun 2013 lalu. Tugu Kembar Adipura; Patung
Penari Mandar; serta Rumah Adat Toraja, ditempatkan di Anjungan Toraja Mandar
ini. Selain itu, terdapat pula Patung Penenun Sutera yang dijadikan ikon dari
Anjungan Toraja Mandar. Di anjungan ini terdapat pula Patung Tedong Bunga,
yaitu kerbau khas Toraja yang berbelang putih.
Konon, Pemerintah Kota Makassar
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,5 milyar untuk pembangunan Tugu Kembar Piala
Adipura di Anjungan Toraja Mandar Pantai Losari. Tugu kembar Adipura didesain
dengan tinggi sekitar empat meter. Kedua tugu ini dibangun berdampingan,
menyerupai pintu gerbang –bermakna:
gerbang kota dunia dengan wujud kota bersih dan mencintai kebersihan. Dua
tugu kembar yang dibangun di Anjungan Toraja Mandar untuk Piala Adipura yang
baru diraih tahun 2013 ini, untuk menggantikan Tugu Adipura di samping PLTU
Tallo Jalan Urip Sumoharjo. Dua tugu Adipura tersebut maupun Anjungan Toraja
Mandar, selesai pada Desember 2013 dan sudah dinikmati warga pada malam Tahun Baru
2014. Sedangkan, penuntasan Anjungan Toraja Mandar dianggarkan sebesar Rp 9
milyar, anjungan ini nantinya berada di sebelah Utara Anjungan Bahari.
Tugu Kembar Adipura di Pantai Losari, Makassar. |
Anjungan Pantai Losari –atau Anjungan Metro Makassar, adalah
anjungan yang pertama kali dirampungkan dari dua anjungan lainnya. Anjungan
Pantai Losari dibangun pada tahun 2006 dan menghabiskan dana hingga Rp 35
milyar. Beberapa patung tokoh-tokoh dari Makassar, terpampang nyata di Anjungan
Pantai Losari. Patung Sultan Hasannudin –yang
dijuluki “Ayam Jantan dari Timur”, adalah salah satunya. Bergeser
kesebelahnya, terdapat patung Andi Abdullah Bau Massepe, yaitu seorang tokoh
yang kala itu menyerukan agar masyarakat bersatu mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Selain dua tokoh tersebut, masih ada sekitar 18 patung dari
tokoh-tokoh yang dari Sulawesi Selatan.
Masjid
Amirul Mukminin
Bila di Banjarmasin –Kalimantan Selatan terdapat “pasar
terapung” serta di Lombok –Nusa Tenggara
Barat dijumpai “villa terapung”, maka di Makassar ada yang lebih unik lagi yaitu
“masjid terapung”. Adalah Masjid 99 Al
Makazzary, merupakan masjid terapung pertama yang ada di Indonesia. Lokasinya
berada tepat di Timur Laut Pantai Losari, Teluk Makassar. Dikenal sebagai
masjid terapung, karena terpancang di atas laut di tepi Pantai Losari. Angka 99
melambangkan Asmaul Husna, sedangkan Al Makazzary sendiri merupakan nama salah
seorang imam besar Masjidil Haram Syekh Yusuf. Masjid 99 Al Makazzary ini –setelah diresmikan nama menjadi Masjid
Amirul Mukminin, berlantai tiga yang ditopang oleh 164 tiang pancang serta
memiliki luas sekitar 1.683 m2. Bangunan masjid ini memadukan konsep
arsitektur Islami; kontemporer; dan arsitektur modern, dengan balutan warna
putih dan abu-abu serta dua menara yang tinggi menjulang. Untuk lantai teras
yang berada tepat di bawah kubah, banyak digunakan warga untuk melakukan
kegiatan rekreasi, seperti melihat sunset di Pantai Losari. Sementara, lantai
paling atas, merupakan tempat khusus bagi parapengunjung yang ingin
melaksanakan shalat sendiri dengan lebih khusuk. Lantai kedua, dipergunakan
khusus untuk jemaah wanita. Sedangkan lantai bawahnya, untuk shalat jemaah
pria. Di lantai bawah itu juga, terdapat tempat wudhu pria yang berada di
sebelah kanan masjid. Sementara untuk wudhu parawanita, berada di sebelah kiri
masjid. Di masjid terapung ini, terdapat kubah berdiameter sembilan meter yang
di bawahnya pengunjung dapat menggunakannya sebagai tempat bersantai.
Pengunjung pun dapat naik ke atas kubah, melalui dua tangga samping yang
mengelilingi masjid. Meskipun tidak begitu luas, namun masjid terapung
ini mampu menampung sekitar 400 hingga 500 jamaah. Suasana di dalam masjid ini terasa
nyaman, meskipun lokasinya berada di daerah terik. Banyak warga yang nongkrong
di lorong jembatan menuju masjid yang berada di atas laut ini, sambil
menyaksikan matahari tenggelam.
Masjid "Terapung" Amirul Mukminin, Pantai Losari - Makassar. |
Sunset Makassar |
Masjid terapung ini sendiri diresmikan
dengan nama Masjid Amirul Mukminin oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia –Jusuf Kalla, pada 21 Desember 2012.
Pembangunan
masjid terapung ini difasilitasi oleh Walikota Makassar –Ilham Arief Sirajuddin, dengan menelan dana sekitar Rp 9 Milyar
dari sumbangan paradermawan di Makassar. Sedangkan nama Amirul Mukminin –bermakna: pemimpin kaum mukmin, diambil
dari nama putera tertua sang walikota sendiri.
Masjid ini dibangun karena gagasan
walikota makassar yang ingin memperkaya khasanah landmark Kota Makassar dan
wisata religius di kota ini. Walau konsepnya sederhana, namun luar biasa. Dimana
perpaduan antara wisata –berupa
pemandangan pantai dan aspek religius –berupa
masjid, dikemas menjadi sebuah momen yang indah. Bayangkan, di saat kita
sedang menunggu tenggelamnya matahari –dengan
menikmati makanan khas Makassar, pisang epek, kemudian menjalankan shalat Maghrib
berjamaah. Sungguh, sebuah fenomena yang indah dan memesona.
Monumen Becak di Pantai Losari, Makassar - Sulawesi Selatan. |
Monumen
Becak
Bila di Anjungan Pantai Losari terdapat
patung tokoh-tokoh Sulawesi Selatan, di Anjungan Bugis Makassar nuansanya cukup
berbeda. Di Anjungan Bugis Makassar, menyuguhkan patung atau monumen, seperti:
Monumen Becak; Permainan Panaga; Kapal Phinisi; serta Tarian Pepe-pepeka Ri Makka.
Pada dasarnya, becak merupakan moda
transportasi beroda tiga. Kata ‘becak” berasal dari bahasa Hokkien, dari kata:
Be Chia –yang bermakna: kereta kuda.
Dari be chia tersebut kemudian berkembang menjadi, kata: betjak; betja; atau beetja.
Kata “becak”, baru digunakan sekitar tahun 1940-an ketika mulai digunakan
sebagai kendaraan umum. Sebelumnya, di tahun 1937-an, becak dikenal dengan
nama: Roda Tiga. Pada awalnya, moda becak pertama kali masuk ke Indonesia pada
awal abad ke-20, untuk keperluan pedagang Tionghoa dalam mengangkut barang.
Rumah Makan Ulu Juku, Makassar. |
Masakan Kepala Ikan di RM Ulu Juku |
Kuliner
Bagi penikmat masakan kepala ikan, Rumah
Makan Ulu Juku sangat cocok untuk menjadi tongkrongan favorit memanjakan lidah.
Berbagai masakan khas kepala ikan, seperti: pallumara ulu juku; gulai ulu juku;
sup ulu juku; dan goreng ulu juku, dapat dinikmati di sini. Kelezatan masakan
berpadu dengan kemewahan ornamen ruangan itulah yang menjadi ciri khas dari
rumah makan tersebut. Kepala ikan, disuplai dari perusahaan pengekspor ikan –untuk ekspor, biasanya mereka hanya menjual
dagingnya saja dan kepala ikan yang masih segar itulah yang beli oleh pihak
rumah makan.
Makassar - Sulawesi Selatan. |
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar