Tugu Khatulistiwa atau Equator
Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Siantan - Pontianak Utara, Provinsi Kalimantan
Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah Kota
Mempawah. Tugu ini menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak dan selalu
dikunjungi masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Pontianak. Dengan keberadaan tugu inilah, Kota Pontianak dikenal dengan julukan: Kota Khatulistiwa. Kota yang: Bersih; Indah; Nyaman; Aman; dan Ramah (BERSINAR) itu, dilalui garis lintang nol derajat bumi.
Nama Pontianak
Syarif Abdurrahman Alkadrie –putera Habib Husin, bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 Perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu Dzuhur, mereka sampai di sebuah tanjung –sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sholat Dzuhur itu, kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau –kini dikenal dengan nama Batu Layang, di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan Hantu Pontianak –setan perempuan yang dikenal sebagai kuntilanak. Beliau menyuruh memerangi hantu-hantu itu dengan menembakkan meriam, agar tidak diganggu lagi oleh makhluk ini. Dimana peluru meriam itu jatuh, di situlah batas kesultanannya. Peluru meriam itu jatuh, di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak –yang kini dikenal dengan nama: Kampung Beting. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas. Menjelang Shubuh 14 Rajab 1184 Hijriyah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Landak. Setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama: Pontianak. Di tempat itu, kini berdiri Masjid Jami dan Keraton Pontianak.
Tugu Khatulistiwa, Pontianak - Kalimantan Barat. |
Nama Pontianak
Syarif Abdurrahman Alkadrie –putera Habib Husin, bersama dengan saudara-saudaranya bermufakat untuk mencari tempat kediaman baru. Mereka berangkat dengan 14 Perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti. Waktu Dzuhur, mereka sampai di sebuah tanjung –sekarang dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong Syarif Abdurrahman bersama pengikutnya menetap di sana. Namun Syarif Abdurrahman mendapat firasat bahwa tempat itu tidak baik untuk tempat tinggal dan ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mudik ke hulu sungai. Tempat Syarif Abdurrahman dan rombongan sholat Dzuhur itu, kini dikenal sebagai Tanjung Dhohor. Ketika menyusuri Sungai Kapuas, mereka menemukan sebuah pulau –kini dikenal dengan nama Batu Layang, di tempat itulah Syarif Abdurrahman beserta keturunannya dimakamkan. Di pulau itu mereka mulai mendapat gangguan Hantu Pontianak –setan perempuan yang dikenal sebagai kuntilanak. Beliau menyuruh memerangi hantu-hantu itu dengan menembakkan meriam, agar tidak diganggu lagi oleh makhluk ini. Dimana peluru meriam itu jatuh, di situlah batas kesultanannya. Peluru meriam itu jatuh, di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak –yang kini dikenal dengan nama: Kampung Beting. Setelah itu, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Kapuas. Menjelang Shubuh 14 Rajab 1184 Hijriyah atau 23 Oktober 1771, mereka sampai pada persimpangan Sungai Kapuas dan Landak. Setelah delapan hari menebas pohon di daratan itu, maka Syarif Abdurrahman lalu membangun sebuah rumah dan balai, dan kemudian tempat tersebut diberi nama: Pontianak. Di tempat itu, kini berdiri Masjid Jami dan Keraton Pontianak.
Piagam Perlintasan Khatulistiwa, Pontianak - Kalimantan Barat. |
Pembangunan Tugu Khatulistiwa
Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indiƫ : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik atau tonggak garis equator di Kota Pontianak dengan konstruksi sebagai berikut :
a.
Tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk
tonggak dengan anak panah.
b.
Tahun 1930 disempurnakan,
berbentuk tonggak dengan lingkarang dan anak panah.
c.
Tahun 1938 dibangun kembali dengan
penyempurnaan oleh opzicter/architech Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat
pada bagian dalam.
d.
Tahun tahun 1990, kembali, Tugu
Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu
asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari
tugu yang aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991.
Tugu Khatulistiwa, dibangun di atas kubah yang melindungi tugu aslinya. |
Bangunan tugu terdiri dari 4 buah
tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 meter, dengan
ketinggian tonggak bagian depan sebanyak dua buah setinggi 3,05 meter dan
tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi
4,40 meter. Diameter
lingkaran yang ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR sepanjang 2,11 meter. Panjang penunjuk arah 2,15 meter. Tulisan plat di
bawah anak panah tertera: 1090 20' OLvGr, menunjukkan letak berdirinya tugu
khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Tugu setinggi 25,5 m; dibangun tahun 1990 dan diresmikan 21 September 1991. |
Inilah tugu aslinya, terdapat di dalam kubah. Merupakan hasil rancangan arsitek Frederich Silaban. |
Peristiwa
penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya
titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam
ketika matahari
tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat
berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda
dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan
"menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian
juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu. Peristiwa titik
kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23
Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi even tahunan Kota
Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.
Alun-alun Pontianak, di tepian Sungai Kapuas. Terlihat replika Tugu Khatulistiwa dengan air mancurnya. |
Di Tepi Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. |
Bandara Supadio, Pontianak - Kalimantan Barat. |
Tugu Khatulistiwa di Jalan Khatulistiwa, Kel. Batu Layang - Kec. Pontianak Utara. Bangunan Cagar Budaya. |
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar