Oud Batavia (Batavia Lama) adalah sebuah wilayah kecil di tepi
timur Sungai Ciliwung. Pelabuhan Sunda Kelapa dan Kota Jayakarta, diserang VOC
pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya, VOC membangun kota yang baru tepat di
atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut. VOC menamai kota baru itu sebagai:
Batavia, dengan pusat kotanya tepat berada di sekitar Taman Fatahillah sekarang.
Nama Batavia diambil VOC sebagai nama kota ini untuk menghormati leluhur bangsa
Belanda, yaitu: Batavieren. Ketika Kapten James Cook seorang penjelajah legendaris
asal Inggris menyambangi kota ini tahun 1770, maka ia pun sontak terpesona
serta menjulukinya sebagai: the Pearl of Orient (Mutiara dari Timur). James Cook
terpukau dengan keindahan bangunan dan struktur tata ruang kota ini, yang
dianggap mirip Kota Amsterdam di negeri Belanda. Memang, kota ini dipersiapkan
untuk menjadi salinan ibukota negeri Kincir Angin tersebut hingga dilabeli
sebagai: Koningen van Oosten (Ratu dari Timur).
Kakang Gatotkaca, Kota Tua Jakarta. |
Kota
Tua
Pelabuhan Sunda Kalapa dengan Kota Tua
Batavia, adalah cikal bakal dari Kota Jakarta saat ini. Jauh sebelumnya,
pelabuhan tersebut sudah dirintis oleh Kerajaan Sunda sebagai sarana perdagangan
antarpulau di Nusantara. Tahun 1610, diserang oleh perusahaan dagang Belanda
VOC –Verenigde Oostindische Compagnie
pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya tahun 1620, VOC membangun kota yang
baru tepat di atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut hingga selesai dibangun
tahun 1650. Dari sinilah, VOC mengendalikan semua
kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama
menguasai Nusantara hingga dilanjutkan berikutnya oleh Pemerintahan Hindia
Belanda.
Nama Batavia, digunakan sejak
1621 hingga tahun 1942 –saat
Jepang menaklukkannya. Kemudian Jepang mengganti nama Batavia
menjadi Jakarta, dan tidak berubah hingga saat ini. Sebagaimana diketahui,
Pemerintahan
Belanda di Nusantara berakhir sepenuhnya setelah Belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang melalui perundingan Linggarjati pada tahun 1942.
Kota Tua Batavia, merupakan tempat
favorit parapecinta sejarah dan budaya. Kawasan ini juga, sangat digemari
fotografer yang ingin melatari fotonya dengan arsitektur bangunan tempo dulu. Di
Kota Tua Batavia, sekurangnya terdapat enam lokasi bersejarah yang dapat ditelusuri.
Mulailah dari Pelabuhan Sunda Kelapa, kemudian tiga bangunan utama di jantung
Kota Tua yang sekarang menjadi beberapa museum, yaitu: Museum Fatahillah, Museum
Wayang, dan Museum Seni Rupa. Lokasi lainnya adalah Museum Mandiri dan Stasiun
Kereta Api Kota.
Awalnya, areal Kota Tua Batavia seluas
139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar dimana termasuk di
dalamnya Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, hingga ke arah Selatan yaitu
Pecinan Glodok. Akan tetapi, wilayah inti kawasan Kota Tua itu sendiri
meliputi Bangunan Balaikota atau Museum Fatahillah serta sekitarnya.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang
Kota Tua, mengunjungi Museum Fatahillah adalah pilihan yang tepat. Di sini kita
dapat menelusuri jejak sejarah Jakarta dari masa prasejarah hingga berdirinya Kota
Jayakarta. Gedung ini selain berfungsi sebagai kantor, juga memiliki ruang
pengadilan dan penjara bawah tanah yang dilengkapi rantai dengan bola pemberat
untuk tahanan. Di Museum Fatahillah tersedia sekitar 25.000 koleksi benda
bersejarah, diantaranya: prasasti; patung dewa-dewi; meriam; dan masih banyak
benda bersejarah lainnya. Untuk dapat menerawang Kota Tua melalui ketinggian, kita
bisa menyambangi Uitkijk Post –Menara
Syahbandar. Lokasi Menara Syahbandar, berada di Jalan Pasar Ikan Jakarta
Utara. Menara ini diperkirakan dibangun pada 1839. Menara ini
merupakan bekas menara pertahanan Culemborg yang dibangun pada 1645. Dulunya,
menara tersebut berfungsi untuk mengawasi dan memandu kapal yang masuk ke
pelabuhan. Selain itu, menara ini juga berfungsi sebagai Kantor Bea dan Cukai
untuk barang-barang yang masuk ke Pelabuhan Sunda Kalapa. Kurang lebih tujuh puluh
tujuh anak tangga, harus didaki untuk dapat mencapai Puncak Menara. Pada puncak
menara, jangan lewatkan ruangan pemantauan yang dicat merah yang akan menghibur
mata. Di bawah Menara, terdapat penjara yang digunakan sebagai tempat bagi anak
buah kapal yang melanggar hukum. Konon, di bawah menara ini juga ada koridor
yang menghubungkan Menara Syahbandar dengan Museum Sejarah Jakarta. Menara
Syahbandar juga menjadi titik nol kilometer atau kilometer 0 Kota Jakarta,
sebelum dipindahkan ke Monas –Monumen
Nasional tahun 1980-an. Ada keunikan dari menara ini yang posisinya miring
beberapa derajat dari garis vertikal.
Kuliner
Kawasan Kota Tua, dapat diakses
dengan kendaraan dari berbagai sudut Kota Jakarta. Bila menggunakan bus Trans-Jakarta
dari blok-M (koridor 1), kita turun di akhir terminal kota tersebut. Dari
terminal, dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju kawasan Kota Tua. Pilihan
lainnya, kita dapat menggunakan kendaraan umum bus Patas 79 (Rambutan-Kota).
Dapat pula menggunakan mikrolet, yaitu: Mikrolet M-12 (Pasar Senen-Kota),
Mikrolet M-08 (Tanah Abang-Kota), atau Kopaja 86 (Grogol-Kota).
Di Kota Tua Batavia, kita dapat
mengunjungi cafe yang menawarkan aneka menu masakan bernuansa klasik. Di
antaranya yang paling terkenal, adalah: Cafe Batavia; Cafe Gazebo; dan Cafe VOC
Galangan. Cafe Batavia terletak di Taman Fatahillah, menyuguhkan nuansa klasik
dan iringan musik tempo dulu. Makanan yang tersedia bercita rasa Barat, Asia, ataupun
Indonesia dengan menu andalan adalah: Lobster Thermidor; Batavia's Meat;
dan Seafood Grill. Sedangkan Cafe Gazebo menjajakan makanan
tradisional ala kaki lima, seperti: gado-gado; soto; sate; es buah; dan makanan
tradisional lainnya. Sementara itu, Cafe VOC Galangan berlokasi di seberang Museum
Bahari dengan interior asli yang tidak banyak berubah sejak dahulu. Dibangun
tahun 1628, awalnya bangunan tersebut digunakan sebagai bengkel kapal berukuran
kecil. Pada 5 Desember 1999, cafe ini dibuka yang menyediakan berbagai macam
menu makanan Indonesia, seperti: ayam syahbandar; nasi goreng galangan; dan sop
buntut.
***