Nama
Pulau Tidung berasal dari kata: Tidung, yang artinya “tempat berlindung”,
karena pulau ini sering dijadikan sebagai tempat untuk berlindung dari perompak
atau bajak laut. Ketika Fatahillah menyerbu Portugis di Sunda Kalapa, ia
menggunakan pulau-pulau di Teluk Jakarta ini sebagai basis mengatur strategi.
Salah satu pulaunya, adalah: Pulau Tidung. Pulau Tidung juga sering dijuluki
sebagai Pulau Cinta, karena terkenal dengan “Jembatan Cinta” nya. Di lokasi
inilah, mitos asmara itu diyakini. Mitos yang akan membuat pasangan agar tetap
langgeng selamanya, sementara yang masih jomblo bisa dapat pasangan, atau yang baru putus
bisa dapat ganti yang lebih baik.
Kabupaten Administrasi Kepulauan
Seribu
Pulau Tidung, merupakan
salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan
Seribu, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelumnya, wilayah di Teluk
Jakarta ini –Kepulauan Seribu
merupakan salah satu kecamatan di Kotamadya Jakarta Utara. Pada masa itu, wilayah
Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam Kotamadya dan Kabupaten Administrasi. Otonomi
Provinsi DKI Jakarta, diletakkan pada lingkup Provinsi dan dilaksanakan
berdasarkan asas: Desentralisasi; Dekonsentrasi; dan Tugas Pembantuan.
Kotamadya dan Kabupaten Administrasi, merupakan wilayah administrasi –dan bukan daerah otonomi. Sesuai dengan
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota, maka Kecamatan Kepulauan Seribu yang merupakan bagian dari
Kotamadya Jakarta Utara, ditingkatkan statusnya menjadi Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
masyarakat, serta pengelolaan Kepulauan Seribu –yang terdiri atas 110 pulau dengan total luas wilayah daratan sebesar
8,7 km² dalam segala aspek, antara lain: kelestarian lingkungan; konservasi
sumber daya alam; ekonomi; kesejahteraan rakyat; dan sosial budaya. Dalam
kaitan tersebut, untuk terwujudnya peningkatan status Kecamatan Kepulauan
Seribu menjadi Kabupaten Administrasi, maka ditetapkanlah melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 55 tahun 2001 tentang Pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Pusat pemerintahan kabupaten ini, terletak di Pulau Pramuka –yang mulai difungsikan sebagai pusat
pemerintahan kabupaten sejak tahun 2003. Terdapat dua Kecamatan di
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, yakni: Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan –membawahi tiga kelurahan yaitu:
Kelurahan Pulau Tidung; Kelurahan Pulau Pari; serta Kelurahan Pulau Untung Jawa,
dan Kecamatan Kepulauan Seribu Utara –membawahi
tiga kelurahan yaitu: Kelurahan Pulau Kelapa; Kelurahan Pulau Harapan; serta
Kelurahan Pulau Panggang. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,
mempunyai jumlah penduduk sebanyak lebih kurang 20.000 jiwa yang tersebar di
sebelas pulau-pulau kecil berpenghuni. Kesebelas pulau tersebut, diantaranya: Pulau
Pramuka; Pulau Tidung Besar; Pulau Tidung Kecil; Pulau Untung Jawa; Pulau Pari;
Pulau Lancang; Pulau Panggang; Pulau Harapan; Pulau Kelapa; dan Pulau Sebira. Selain
pulau-pulau berpenghuni, terdapat pula beberapa pulau yang dijadikan sebagai
pulau wisata, seperti: Pulau Bidadari; Pulau Onrust; Pulau Kotok Besar; Pulau
Puteri; Pulau Matahari; dan Pulau Sepa.
Pulau Tidung, merupakan pulau terbesar dalam
gugusan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Mulai dihuni oleh penduduknya
sekitar tahun 1920-an, pada waktu itu, ada seorang penjaga pulau yang
didatangkan dari Rawa Belong, Jakarta Barat. Pada tahun 1942 –saat penjajah
Jepang datang ke Indonesia, penduduk Pulau Tidung sempat diungsikan ke daerah
Tegal Alur Jakarta Barat. Pengungsian tersebut berlangsung selama tiga tahun,
hingga tahun 1945, kemudian penduduk tersebut dapat kembali ke Pulau Tidung
setelah penjajahan Jepang berakhir. Kini, Pulau Tidung menjadi pusat Kecamatan
Kepulauan Seribu Selatan.
Akses
Untuk mencapai Pulau Tidung, dapat
ditempuh dari Dermaga Marina Ancol dan Pelabuhan Muara Angke Penjaringan,
Jakarta Utara. Transportasi Wisatawan dari dermaga wisata Marina Ancol,
dilayani oleh kapal speedboat
yang dimiliki atau bekerja sama dengan pemilik pulau resor. Waktu tempuh dari
dermaga wisata Marina Ancol ke pulau-pulau yang menjadi tujuan wisata
tergantung pada jarak, keadaan cuaca, dan kecepatan kapal yang digunakan. Pemberangkatan
kapal dari Marina Ancol ke pulau-pulau resor, umumnya pada pagi hari jam 08.00
atau jam 09.00 dan kembali dari pulau-pulau resor menuju Marina Ancol pada jam
13.30 atau jam 14.00 –tergantung pada
pulau resor tujuan. Transportasi masyarakat umum juga tersedia dari Marina
Ancol dengan menggunakan kapal feri –Transjakarta
Lumba-lumba dan Kerapu yang dioperasikan oleh Pemerintah Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu. Dengan Transjakarta lumba-lumba dapat ditempuh
dengan waktu tiga hingga tiga setengah jam, sedangkan dengan Kerapu hanya sekitar
satu setengah jam –tapi sayangnya saat
ini, Transjakarta Lumba-lumba dan Kerapu sudah tidak beroperasi lagi.
Sedangkan dari Muara Angke, tersedia kapal motor dan speedboat untuk mencapai
Pulau Tidung –dengan jadwal
keberangkatan: pagi jam 06.00 dan siang jam 13.00. Pemberangkatan dari
Muara Angke ke Pulau Tidung, memerlukan waktu tempuh sekitar dua hingga dua
setengah jam.
Jembatan
Cinta
Pulau Tidung, menyimpan daya tarik dari mitos yang melekat soal cinta. Label seputar mitos
asmara itu, ada di salah satu obyek wisata yang dikenal dengan sebutan: Jembatan
Cinta. Terletak di sisi Barat Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan.
Jembatan Cinta menjadi penghubung antara dua pulau, yakni: Pulau Tidung Besar
dan Pulau Tidung Kecil yang berpisah daratan –Tidung Besar selalu dipenuhi pengunjung untuk menghabiskan waktu
liburan, Sedangkan Tidung Kecil merupakan tempat budidaya mangrove oleh
penduduk setempat. Panjangnya, kurang lebih sekitar 800 meter. Sebelum
dibangun permanen, jembatan ini dulunya masih berbahan kayu. Sekeliling
jembatan kini dipancang pagar setinggi satu meter, di dominasi cat berwarna
biru. Spot yang paling terkenal, yakni di jembatan yang berbentuk melengkung
dengan car pagar berwarna merah muda. Tingginya, mungkin sekitar empat hingga
lima meter –kolong jembatan ini bisa
dilalui perahu atau speed boat kecil. Percaya atau tidak, di lokasi inilah
mitos asmara itu diyakini. Konon, pasangan yang “lompat bersama” dari atas
jembatan ini akan langgeng hingga ajal memisahkan mereka. Menurut masyarakat
setempat, kalau belum loncat ke laut dari Jembatan Cinta, belum bisa dikatakan
sudah ke Pulau Tidung.
Tepat di depan jembatan penghubung
antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil –Jembatan Cinta, terdapat Pantai Tanjung Timur
Pulau Tidung. Banyak pengunjung yang menghabiskan waktu di pantai ini, dengan
bermain-main sambil menikmati pasirnya yang putih. Ketika anda merasa lapar
atau haus, anda tak usah khawatir, karena di area Jembatan Cinta terdapat
tenda-tenda kecil penjual makanan dan minuman atau tempat duduk untuk sekedar
minum atau nongkrong. Bagi pengunjung yang berlibur dengan keluarga, pantai ini
sangat cocok untuk bermain dan berenang renang. Melalui Jembatan Cinta
inilah, parapengunjung dapat berjalan kaki dari Pulau Tidung Besar menuju Pulau
Tidung Kecil.
Jembatan Cinta, memang menjadi salah
satu destinasi wisata yang diunggulkan di Pulau Tidung. Di lokasi ini, pengunjung
bisa menanti sunset di ufuk Barat –begitu
menarik untuk mengabadikan momen bersama pasangan. Biasanya, yang paling
ramai itu hari Sabtu –karena hari
Minggu-nya, orang sudah mulai ancang-ancang pulang. Pengunjung di sini,
banyak yang berasal dari Jakarta dan Tangerang. Untuk sampai ke Jembatan Cinta,
parapengunjung dapat menggunakan becak motor atau jasa penyewaan sepeda. Di
sepanjang perjalanan, pengunjung bisa melihat perahu-perahu milik nelayan,
kebun kelapa, kehidupan sosial masyarakat setempat, dan lainnya. Tak
terketinggalan untuk belanjaan aksesoris berbahan seperti: kerang laut;
baju-baju; dan lainnya, bisa disinggahi dalam perjalanan menuju Jembatan Cinta.
Beragam jajanan, bisa ditemukan di sini –salah
satunya, makan khas keripik sukun.
Saung Cemara Kasih, Pulau Tidung. |
Pulau Tidung Kecil ini, tidak berpenduduk –pemerintah setempat merencanakan pulau ini
sebagai pulau cagar alam. Pulau ini masih terlihat alami dan hijau, dikelilingi
pohon kelapa. Di sebelah Timur pulau ini, terdapat sebuah makam yang dipercaya
sebagai makam Panglima Hitam. Pulau ini menjadi ramai dikunjungi, sejak
jembatan penghubung –Jembatan Cinta
dibangun. Pulau ini juga, bisa digunakan untuk area kemping bagi parapetualang.
Wisata
Pulau
Pulau Bidadari, merupakan cottage apung
bergaya etnik Manado. Di pulau ini, terdapat reruntuhan benteng Belanda yang
bernama Martello Tower. Pulau
ini disebut juga Pulau Sakit –pada zaman
Belanda, dijadikan sebagai pulau karantina. Letaknya berdekatan dengan
Pulau Kahyangan. Luasnya hanya beberapa kilometer persegi dan untuk
mengelilinginya dengan berjalan kaki hanya dibutuhkan waktu satu setengah jam.
Di Pulau ini terdapat peninggalan Portugis, yaitu sebuah benteng yang terbuat
pada abad ke-17. Untuk sampai ke pulau ini, hanya dibutuhkan waktu sekitar 30 hingga
45 menit dengan kapal motor yang secara rutin melayari trayek Pantai Marina ke
dan dari Pulau Bidadari.
Di depan Pulau Bidadari ini, terdapat
Pulau Onrust. Pulau Onrust disebut juga sebagai Pulau Sibuk –Onrust dalam bahasa Belanda, berarti: tidak tenang atau rusuh, ini dikarenakan pada masa
lalunya pulau tersebut selalu terlihat sibuk siang dan malam, ada saja pekerja
yang beraktivitas. Luasnya hanya 12 Ha, namun menyimpan cerita sejarah panjang. Pulau
Onrust sudah terkenal sejak tahun 1618, ketika Belanda menjadikannya sebagai
basis penting. Menurut catatan nakhoda kapal Endeavor, Kapten James T. Cook
yang singgah di Onrust tahun 1770, di pulau ini terdapat tempat penggergajian
kayu serta benteng pertahanan Belanda. Tentara Inggris pernah menyerbu pulau
ini pada tanggal 8 November 1800, dan membakar habis semua bangunan. Tahun
1803, Belanda berhasil membangun kembali semua yang di porak-porandakan
Inggris. Pada tahun 1810, tentara Inggris kembali menyerang pulau ini dan
memusnahkan semua bangunan Belanda. Namun Belanda membangunnya kembali bahkan
lebih lengkap dengan sebuah pelabuhan yang terbuat dari beton. Pulau ini, lalu
semakin penting sebagai pelabuhan yang ramai. Peranannya sebagai pelabuhan
mulai surut, ketika tahun 1883, Pelabuhan Tanjung Priok menggantikan fungsinya.
Kemudian pada tahun 1911, Pulau Onrust beralih fungsi sebagai penjara dan pos
karantina penyakit lepra. Ketika pecah perang antara Jerman dan Belanda tahun
1939, pulau ini dipakai Belanda sebagai tempat pembuangan tawanan. Kini, Pulau
Onrust oleh Pemerintah Indonesia dijadikan sebagai daerah Suaka Taman Purbakala
Kepulauan Seribu.
Pulau Ayer dijuluki sebagai Mutiara Kepulauan, dengan luas areal
kurang dari sepuluh hektare. Letaknya berdekatan dengan Pantai Marina Ancol,
dan dapat dicapai dalam waktu 30 menit saja dengan kapal motor. Pulau ini mulai
dikunjungi sejak tahun 1950, bahkan semasa hidupnya, mantan Presiden Soekarno
menjadikan Pulau Ayer ini sebagai tempat peristirahatannya. Mantan Presiden Soekarno
juga pernah mengajak mantan Presiden Yoseph Broz Tito –dari Yugoslavia dan mantan Sekretaris Jenderal PBB, U Nu –dari Burma/Myanmar, berkunjung ke pulau
ini. Cottage apung di atas air
dengan gaya etnik Papua, adalah kebanggaan pulau resor yang jaraknya hanya
14 km dengan waktu tempuh setengah jam dari Marina Ancol ini. Pulau ini,
merupakan salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang mempunyai sumber air tawar.
Pulau Edam atau Pulau Damar Besar –oleh orang Jakarta disebut juga sebagai
Pulau Monyet, letaknya tidak jauh dari Tanjung Priok. Di pulau ini, berdiri
tegak sebuah mercusuar yang disebut: Vast
Licht, setinggi 65 meter. Mercusuar ini menurut catatan sejarah,
dibangun pada tahun 1879 atas izin Raja ZM Willem II.
Pulau Kelor yang dulu dikenal sebagai
Pulau Kherkof, terletak berdekatan dengan Pulau Onrust dan Pulau Bidadari.
Jaraknya ke Pantai Ancol sekitar 1,8 kilometer atau satu jam pelayaran dengan
kapal motor. Di pulau ini, terdapat peninggalan Belanda berupa galangan kapal
dan benteng yang dibangun VOC untuk menghadapi serangan Portugis di abad ke-17.
Di sini juga terdapat kuburan Kapal Tujuh –Sevent Provincien serta awak
kapal berbangsa Indonesia, yang memberontak dan akhirnya gugur di tangan
Belanda.
***