Seorang
geolog dari Alexandria Mesir, Ptolemaeus, menyebutkan, ada tiga buah pulau yang
dinamai Sunda yang terletak di sebelah Timur India. Berdasarkan informasi
tersebut, kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk
menamai wilayah dan beberapa pulau di Timur India. Sejumlah pulau yang kemudian
terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula,
yakni: Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar
merupakan himpunan pulau besar yang terdiri dari: Sumatera; Jawa; Madura; dan
Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil,
yakni: Bali; Lombok; Sumbawa; Flores; Sumba; dan Timor.
Dong…
Ayok ke Lombok
Nusa Tenggara
Barat
adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang meliputi bagian Barat dari Kepulauan
Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah: Pulau Lombok –yang terletak di Barat; dan Pulau Sumbawa
–yang terletak di Timur. Ibukota
provinsi ini adalah Kota Mataram, yang berada di Pulau Lombok –kata “Lombok” dalam bahasa Kawi, berarti: lurus atau jujur. Nusa Tenggara Barat secara resmi mendapatkan status
sebagai provinsi, sejak tahun 1958. Berawal dari ditetapkannya Undang-Undang
Nomor 64 Tahun 1958 tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT. Walaupun secara yuridis formal Daerah
Tingkat I NTB yang meliputi enam Daerah Tingkat II dibentuk pada tanggal 14
Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahannya berjalan berdasarkan
Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang
tumpang-tindih ini, berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958 –ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa
dilikuidasi. Dengan demikian, “Hari Likuidasi” inilah yang menandai resmi
terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat |
Nusa Tenggara Barat, memiliki luas
wilayah 20.153,15 km2. Terletak diantara: 115°46' hingga 119°5'
Bujur Timur, dan 8°10' hingga 9°5' Lintang Selatan. Selong, merupakan kota tertinggi
di provinsi ini –148 meter di atas
permukaan laut/dpl. Sementara Raba, menjadi kota terendah –13 meter dpl. Dari tujuh gunung yang ada
di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian
3.775 meter dpl, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa
dengan ketinggian 2.851 meter dpl.
Secara administratif, Provinsi Nusa
Tenggara Barat meliputi sepuluh kabupaten/kota. Delapan kabupaten tersebut,
terdiri dari: Kabupaten Bima –beribukota di
Raba; Kabupaten Dompu –beribukota di
Dompu; Kabupaten Lombok Barat –beribukota
di Gerung; Kabupaten Lombok Tengah –beribukota
di Praya; Kabupaten Lombok Timur –beribukota
di Selong; Kabupaten Lombok Utara –beribukota
di Tanjung; Kabupaten Sumbawa –beribukota
di Sumbawa Besar; dan Kabupaten Sumbawa Barat –beribukota di Taliwang. Sedangkan dua kotanya, terdiri dari: Kota
Bima; dan Kota Mataram. Kota Mataram terdiri dari enam kecamatan, yaitu:
Kecamatan Ampenan; Cakranegara; Mataram; Pejanggik; Selaparang; dan Kecamatan
Sekarbela. Selain menjadi ibukota provinsi, Mataram juga telah menjadi pusat
pemerintahan; pendidikan; perdagangan; industri; dan jasa –saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata. Keberadaan
berbagai fasilitas penunjang, seperti: fasilitas perhubungan –Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu
masuk Lombok melalui udara; pusat perbelanjaan; dan jalur transportasi yang
menghubungkan antarkabupaten dan provinsi inilah yang menjadi pertimbangan
dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata. Mataram sebelumnya
merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah.
Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat dipindahkan ke Giri Menang Gerung.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, Jalan Pejanggik Nomor 12 Mataram. |
Sebagian besar dari penduduk Lombok,
berasal dari suku Sasak –yang awalnya
diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad Sebelum Masehi. Sejak
populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di Pulau Lombok ini mulai
banyak dipenuhi dengan masjid-masjid dan menaranya. Sementara itu, suku Bima
dan suku Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas
penduduk Nusa Tenggara Barat, beragama Islam.
Pulau Lombok, memiliki begitu banyak julukan,
seperti: Pulau Seribu Masjid; The sister island of Bali; Pulau Kayangan;
Gumi Sasak; dan lain-lain. Julukan “Pulau Seribu Masjid”, tentunya karena
mayoritas masyarakat Lombok beragama Islam –terdapat
banyak masjid di pulau ini. Di Kecamatan Bayan –Kabupaten Lombok Utara, terdapat peninggalan masjid pada waktu
penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok, yakni: Masjid Bayan Beleq. Julukan “The sister island of Bali” muncul
karena posisi pulau ini yang berdekatan dengan Pulau Bali, bahkan banyak
masyarakat dengan suku dan budaya Bali yang kental, tinggal di Pulau Lombok. Pada
jaman dahulu, Kerajaan Karangasem Bali menjadikan Pulau Lombok –terutama bagian Barat, sebagai: Bali Seberang Laut. Julukan Pulau
Kayangan, karena pesona keindahan alam Pulau Lombok laksana kayangan –surga firdaus. Sementara Gumi Sasak –pulau tempat bermukimnya orang Sasak
merupakan julukan Pulau Lombok yang didiami oleh suku Sasak. Masyarakat Pulau
Lombok sangat terkenal dengan kebaikannya (Patut), hidup rukun dengan penuh
toleransi (Patuh), serta selalu giat dan rajin dengan tidak mengenal putus asa
(Patju).
Segurat
Bianglala di Pantai Senggigi
Pantai Senggigi –di Selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan
paling populer di Pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Pusat
keramaian yang paling berkembang di sebelah Barat ini, tersebar 30 kilometer
sepanjang jalan pantai hingga disebelah Utara kota Mataram dan kota Ampenan. Oleh
karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan udara dan pelabuhan laut, Senggigi
merupakan pusat daerah wisata pantai dengan kemewahan: hotel bintang; restoran;
dan tempat-tempat hiburan yang menarik. Untuk mencapai Pantai Senggigi Lombok –dikalangan wisatawan mancanegara terkenal
dengan sebutan: Senggigi Beach, tidak terlalu sulit. Dari Pulau Bali, kita
bisa menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Karangasem menuju Senggigi dengan
waktu tempuh 30 menit. Bila dari Bandara Ngurah Rai Denpasar menuju Bandara
Selaparang di Kota Mataram Lombok, hanya memerlukan waktu 15 menit.
Selanjutnya, dengan menggunakan transfortasi kendaraan darat –taxi atau kendaraan lain, menyusuri
jalan sepanjang 12 km, kita dapat mencapai Pantai Senggigi. Pelabuhan Padang
Bay yang ada di Bali, juga dapat dipakai sebagai jalur alternatif ke Pelabuhan
Lembar yang ada di Pulau Lombok. Perjalanan dari Pelabuhan Padang Bay ke
Pelabuhan Lembar dengan kapal feri, ditempuh kurang lebih selama 4 jam.
Perjalanan yang lumayan jauh, tapi akan terbayar dengan beragam keindahan yang
disajikan oleh panorama pantainya. Dari Pelabuhan Lembar, kemudian ke Kota
Mataram dan dilanjutkan ke Pantai Senggigi.
Pantai Senggigi, Pulau Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat. |
Pantai Senggigi, Pulau Lombok - NTB. |
Pura
Batu Bolong
Lokasi Pura Batu Bolong, tak jauh dari
Senggigi –kurang lebih berjarak 12 km
dari pusat Kota Mataram. Bila kita hendak menuju Senggigi dari Kota Mataram
–ibukota Provinsi NTB, pasti akan melewati
Pura Batu Bolong tersebut. Di sudut tikungan jalan menurun menuju Senggigi,
Lombok, di situlah Pura Batu Bolong berada. Sebuah pura yang berdiri di atas
batu karang yang bolong –berlubang
serta tetap kokoh, tegar dan agung di bibir pantai Senggigi ini, menyimpan aura
religi yang kuat dengan keindahan pantainya. Buih-buih ombak laut yang ramah,
seolah-olah merangkul dengan damai areal pura dan pantainya. Pura Batu Bolong,
mengingatkan kita akan keberadaan Pura Tanah Lot di Tabanan Bali –yang sama-sama berada di pinggir pantai.
Hanya saja, Pura Batu Bolong –dengan
pasir hitamnya memiliki lubang atau bolong di tengahnya sehingga dinamakan:
batu bolong. Menurut cerita masyarakat, tempat tersebut dahulu sering digunakan
sebagai pemberian tumbal berupa gadis perawan yang ditujukan kepada ikan hiu
yang menjaga tempat tersebut. Awal memasuki kawasan pura yang piodalannya jatuh
pada Purnamaning Kasa, pamedek –umat
Hindu yang hendak tangkil –melakukan persembahyangan
bisa masuk melalui Candi Bentar bertekstur pasir. Di kiri-kanan gerbang utama
ini terdapat betelan –pintu kecil
berterali besi sebagai pintu sampingnya. Beberapa jenis patung 'bernuansa' Ramayana yang ada di
kompleks pura ini, antara lain: patung Sri Rama; Laksmana; Subali; Sugriwa; dan
patung naga. Di sebelah kiri areal –dekat
jalan raya, terdapat bukit yang di atasnya berdiri Pura Pucaksari Melanting
dengan beberapa pelinggih dan bangunan pelengkap, seperti: Palinggih
Pasimpangan Gunung Agung; Pasimpangan Gunung Rinjani; Pasimpangan Ayu Mas
Melanting; dan Bale Pawedan. Lanskap di sekelilingnya –selain pantai nan elok, juga terdapat beragam pepohonan yang tumbuh
di areal dekat pura. Pepohonan penyejuk tersebut, seperti: pohon beringin –di Jaba Sisi; bunut; celagi –pohon asem; waru –di tepi pantai; dan pohon pule. Memasuki areal pura, orang akan
menuruni tangga terlebih dulu, sebelum melewati beberapa pelinggih yang berdiri
di sekitar jalan setapak menuju puncak Pura Batu Bolong.
Pura Batu Bolong, Senggigi Lombok. |
Pura Batu Bolong –yang berhadapan dengan Selat Lombok dan Gunung Agung di Bali,
memiliki atmosfir spiritual yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan bagi
para pemedek yang ngaturang bakti ke pura ini. Ibarat mulut yang sedang menganga,
lidah dan suara debur ombak laut akan terlihat menembus dan berkecipak di lubang
batu karang itu. Dengan demikian, suasana alam yang indah berpadu dengan
hamparan aura religi yang teduh, akan memendarkan kekaguman di benak setiap
orang. Di sebelah batu berlubang –bolong
itulah, tersedia titian berupa undag-undag. Naik menuju hulu atau bagian atas
batu karang –tempat dimana terdapat:
Padmasana, pelinggih Batara Ayu Mas Lingsir Batu Bolong, palinggih Batara Bagus
Lingsir Batu Bolong, pelinggih Batara Sakti Wawu Rauh, dan pesimpangan
Petirthan. Dikatakan berbeda peruntukannya dengan tempat pemujaan lain,
yang umumnya berfungsi sebagai tempat pemujaan roh suci leluhur dan para dèwa. Kalau
cuaca cerah, kita bisa melihat matahari terbenam dengan latar belakang Gunung
Agung. Ketika Lebaran tiba, umat Muslim di Lombok akan berbondong-bondong
membanjiri pantai di depan pura. Mereka akan menikmati: kue beras; ayam opor;
atau ayam dan serundeng taliwang, secara beramai-ramai. Pada saat seperti itu,
kita akan melihat harmoni yang indah dalam keberagaman –laksana “Segurat Bianglala di Pantai Senggigi”.
Pantai Senggigi Lombok dengan latar belakang Pura Batu Bolong. |
Keberadaan Pura Batu Bolong, sangat erat
kaitannya dengan perjalanan suci seorang tokoh pendeta Hindu dari Jawa Timur yang
bernama Dang Hyang Dwijendra –disebut
pula sebagai: Ida Peranda Sakti Wawu Rauh. Di awali dari daerah Jawa
Timur –Daha, Pasuruan, dan Blambangan,
terus ke kawasan Pulau Bali bagian Barat-Jembrana –sekitar tahun çaka 1411 dan Bali Utara –seperti Pura Pulaki hingga ke Pura Ponjok Batu. Di tempat yang
terakhir itulah, Dang Hyang Dwijendra disebutkan sempat menolong beberapa orang
bendega –nelayan yang perahunya karam
dekat Ponjok Batu. Para bendega asal Lombok yang diselamatkan oleh beliau itu,
konon, turut mengantarkan Dang Hyang Dwijendra ke Lombok. Ikhwal yang paling
menonjol dari peran beliau adalah tentang perlunya dibangun sebuah pelingggih
dalam bentuk Padmasana sebagai sthana Ida Hyang Widhi Wasa –Tuhan Yang Maha Pencipta.
Malimbu
Hill
Bukit Malimbu ini, letaknya di dataran
tinggi terusan area Pantai Senggigi di Lombok Barat. Dari Kota Mataram, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jalur menuju
Bukit Malimbu ini merupakan salah satu jalur yang dilalui parawisatawan sebelum
menuju Pelabuhan Bangsal, dimana Pelabuhan Bangsal itu sendiri merupakan sebuah
pelabuhan yang merupakan akses jalur menuju tiga gili Utara di Pulau Lombok
yang terkenal, seperti: Gili Trawangan; Gili Air; dan Gili Meno. Ada dua Bukit Malimbu di kawasan Senggigi ini, yaitu:
Malimbu 1 dan Malimbu 2. Dikedua
tempat ini sebenarnya sama-sama menampilkan pemandangan alam yang indah, hanya
saja di Malimbu 1, pemandangan tiga gili kurang jelas terlihat. Yang menjadi favorit wisatawan, adalah: Malimbu 2 –atau juga disebut: Bukit Malimbu/ Malimbu
Hill. Selain itu, terdapat dua stop
over –yang disebut Malimbu view,
tempat singgah untuk menikmati indahnya Malimbu. Malimbu view ini, merupakan
sebuah tikungan yang berada di puncak bukit dan langsung menghadap ke laut.
Tepi bukit ini merupakan jurang yang cukup dalam, sehingga terdapat pagar yang
menyerupai jembatan dan dibangun demi menjaga keselamatan pengunjung.
Malimbu view di Bukit Malimbu, Senggigi Lombok - Nusa Tenggara Barat. |
Pemandangan dari Bukit Malimbu -Malimbu Hill- Lombok, Nusa Tenggara Barat. |
Malimbu Hill, Senggigi Lombok. |
Lanskap disekitar Bukit Malimbu, Senggigi Lombok. |
Pemandangan Pantai Senggigi dari Malimbu Hill, Lombok NTB. |
Bukit Malimbu Senggigi Lombok, jelang sunset. |
Senja di Malimbu Hill, Senggigi Lombok - Nusa Tenggara Barat. |
Taman
Narmada
Taman Narmada terletak di Desa Lembuak,
Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat –sekitar
10 kilometer sebelah Timur Kota Mataram. Taman yang luasnya sekitar 2 ha
ini dibangun pada tahun 1727 oleh Anak Agung Gede Ngurah Karangasem –Raja Mataram Lombok, sebagai tempat
upacara Pulang Pakelem –memuja Shiva yang
diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka (Oktober-November). Selain
tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan
keluarga raja pada saat musim kemarau. Kolamnya yang besar disebut sebagai
miniatur Segara Anak –nama danau kawah gunung berapi Rinjani, dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan
melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang
terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,775 meter di atas permukaan laut
tersebut, mereka akhirnya membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya.
Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bisa
membuat awet muda.
Taman Narmada, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat. |
Nama Narmada diambil dari Narmadanadi,
anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan
suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air
yang memancar dari dalam tanah –mata air
diasosiasikan dengan tirta amerta –air
keabadian yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu, nama Narmada
digunakan untuk menamai mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah
sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan, digunakan untuk menyebut pura dan
keseluruhan kompleks Taman Narmada. Oleh pemerintah –melalui Ditjen Kebudayaan, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Taman Narmada dijadikan sebagai kompleks bangunan cagar budaya dengan daftar
induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbakala pusat nomor 1839. Dengan
demikian, sesuai dengan peraturan yang berlaku, kelestarian Taman Narmada
tersebut dilindungi oleh pemerintah.
Situs "Air Awet Muda" Taman Narmada, Lombok - NTB. |
Kompleks Taman Narmada dibagi menjadi
beberapa bagian, yakni: gerbang utama; jabalkap; telaga kembar; gapura
gelang/paduraksa; mukedes; telaga padmawangi; balai loji; balai terang; patandaan;
bangunan sekepat; balai bancingah; Pura Kelasa; dan Pura Lingsar. Pura Kelasa
atau Pura Narmada, bentuk arsitekturnya menyerupai punden berundak. Pura
Narmada terletak di atas tebing berundak-undak, sedangkan di bawah lembah
tebing terdapat Kolam Duyung dan Telaga Segara Anak. Selain itu, ada pula Balai
Petirtaan yang sumber mata airnya berasal dari Gunung Rinjani. Balai Petirtaan
juga merupakan tempat pertemuan tiga sumber air, yakni: Suranadi, Lingsar, dan
Narmada. Karena mata airnya berasal dari Gunung Rinjai dan merupakan tempat pertemuan
tiga sumber mata air lainnya, maka air yang ada di Balai Petirtaan ini dipercaya
dapat menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ,
akan awet muda.
Gili
Trawangan
Salah satu destinasi incaran para turis
mancanegara di Pulau Lombok, adalah Gili Trawangan –Gili dalam bahasa Sasak, berarti: pulau. Pulau yang masuk dalam
Desa Gili Indah di Kabupaten Lombok Barat ini, memiliki berjuta pesona, mulai
dari alam bawah laut hingga penduduknya yang ramah.
Gili Trawangan, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat. |
Gili "Pulau" Trawangan |
Pantai Gili "Pulau" Trawangan, Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat. |
Pantai Gili "Pulau" Trawangan, Lombok - NTB. |
Pantai Pulau "Gili" Trawangan, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat. |
Mengunjungi saudara kembar Gili Trawangan, yakni: Gili Air dan Gili Meno. |
Kuliner
Kuliner khas Lombok |
Lombok, Nusa Tenggara Barat memang surga
pagi pecinta makanan. Terlebih makanan yang bercitarasa pedas. Nasi Balap Pucung adalah makanan yang
membuat ketagihan –walaupun tampilan menunya
tidak terlalu istimewa, namun rasa pedasnya benar-benar membuat kita ingin
lagi dan lagi. Nasi ini berisi suwiran daging ayam yang diolah bersama cabai,
kacang kedelai, taburang udang kering, abon serta belut goreng. Sate Bulayak, terdiri dari bulayak dan
sate. Bulayak adalah sejenis lontong yang dibungkus dengan daun aren atau daun
enau dengan bentuk memanjang seperti spiral, sehingga untuk membukanya harus
dengan gerakan memutar. Sedangkan satenya terbuat dari daging sapi yang
dilumuri bumbu khas Sasak. Cara makannya, dengan mencocol bulayak ke bumbu sate
yang sudah disediakan. Ayam Taliwang
adalah salah satu makanan paling populer di Lombok, biasanya dimasak dengan
beberapa pilihan yakni digoreng, dipanggang atau dibakar. Akan semakin enak
jika menggunakan ayam kampung dengan umur ayam yang masih muda. Kelezatan ayam
taliwang juga terletak di bumbunya yang super pedas. Sate Rembiga adalah sate yang berbahan utama sapi yang sangat
lezat. Rasanya perpaduan antara gurih, manis dan pedas. Dinamakan Rembiga
karena awal mula sate ini berasal dari desa Rembiga yang berada di dekat bekas
bandara Selaparang. Sate Tanjung, berbeda
dengan Sate Rembiga yang berbahan daging sapi, Sate Tanjung berasal dari ikan
cakalang atau ikan langoan. Sate Tanjung sangat nikmat jika disantap saat masih
panas bersama lontong atau nasi, tergantung selera. Rasa gurih dari daging dan
santan serta pedas dari rempah-rempah. sangat terasa di lidah. Campuran
rempah-rempah dan ikan yang dibakar inilah, yang membuat badan terasa hangat
dan bugar. Kita bisa membeli Sate Tanjung di sekitar Pasar Tanjung atau Terminal
Tanjung. Bebalung terbuat dari
tulang iga sapi atau kerbau yang dicampur dengan racikan bumbu yang terdiri
dari cabe rawit, bawang putih, bawang merah, lengkuas dan kunyit plus jahe.
Bebalung bisanya disajikan ke dalam mangkok dengan taburan bawang merah goreng.
Keistimewaan Bebalung ini adalah karena dagingnya amat lunak sehingga tanpa
gigitan yang kuat dagingnya mudah lepas dari tulangnya. Sajian yang amat sayang
untuk dilewatkan. Beberuk Terong
adalah makanan sejenis lalapan yang menjadi teman santapan Ayam Taliwang. Makanan
ini sangat mudah diolah, hanya berbekal terong ungu yang dipotong dadu dan
tomat. Bumbu halusnya terdiri dari cabe merah keriting, cabe rawit, bawang
putih, bawang merah, kencur, terasi bakar, gula pasir, garam dan minyak goreng.
Siram bumbu di atas terong plus perasan jeruk limau diatasnya. Rasanya manis,
pedas, asam dan segar. Poteng Jaje Tujak
dan Iwel adalah makanan khas Lombok saat lebaran. Hidangan ini terdiri dari
dua makanan, yakni: Poteng atau tapai dan Jaje Tujak atau tetel. Selain Poteng
Jaje Tujak, ada Iwel yang merupakan jajanan khas masyarakat setempat. Iwel
adalah kue berbahan baku ketan hitam yang biasanya disajikan saat upacara
tradisi masyarakat setempat. Berbeda dengan makanan khas Lombok yang pedas, Iwel
justru manis dan legit. Ares adalah
sayuran khas Lombok yang bahan utamanya berasal dari pelepah pisang atau
gedebok pisang yang masih muda. Rasa hidangan yang memakai santan ini cukup
unik, yakni: manis dan gurih. Awalnya merupakan makanan tradisional suku Sasak
dan disajikan pada acara pernikahan hingga kemudian populer menjadi makanan
khas Lombok. Ares lebih nikmat jika dimakan saat masih hangat dengan sepiring
nasi putih. Plecing Kangkung terdiri
dari kangkung yang direbus plus sambal tomat yang terbuat dari racikan cabai
rawit, garam, terasi dan tomat. Yang membuat enak adalah kangkung khas Lombok
yang berbeda dengan yang biasa tumbuh di pulau Jawa. Di dalam Plecing Kangkung
biasanya ditambahkan tauge dan kacang goreng untuk menetralisir rasa pedas.
Lombok Mirah Sasak Adi
Sebelum imigran dari Bali datang –permulaan abad ke-17 M, Pulau Lombok yang
molek dan subur ini, dinamakan: Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kitab
Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan
kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa Kawi, berarti: lurus atau jujur, sedangkan kata “Mirah” berarti: permata, kata “Sasak” berarti: kenyataan,
dan kata “Adi” artinya: yang baik
atau yang utama. Maka arti keseluruhannya,
yaitu: kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi
itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang
tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh
anak cucunya. Dalam kitab-kitab lama, nama Lombok dijumpai dengan sebutan:
Lombok Mirah dan Lombok Adi. Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan
sebutan: Gumi Selaparang atau Gumi Selapawis.
Sementara suku Sasak yang merupakan penduduk
terbanyak di Pulau Lombok, secara etimilogis berasal dari kata “Sah” yang
berarti: pergi dan “Shaka” yang
berarti: leluhur. Dengan demikian
dapat berarti: "pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok)". Dari etimologis ini,
di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak
yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni: aksara Jawa yang selengkapnya
diresepsi oleh kesusastraan Sasak. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan
prasasti tong-tong yang ditemukan di Pujungan Bali, suku Sasak sudah menghuni Pulau
Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi. Kata Sasak pada prasasti tersebut
mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai
saat ini sering menyebut Pulau Lombok dengan “Gumi Sasak” yang berarti: tanah;
bumi; atau pulau, tempat bermukimnya orang Sasak.
Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di
pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq –dalam
bahasa Sasak, Laeq berarti:
waktu lampau. Diperkirakan, posisinya berada di Kecamatan Sambalia, Lombok
Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq
berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu: Kerajaan Pamatan, di
Aikmel, Desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung
Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan
yang berada disekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah
aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya Kerajaan Pamatan. Dalam Babad
Suwung, setelah Pamatan berakhir, muncullah Kerajaan Suwung yang didirikan oleh
Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah Kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Seiring
perjalanan sejarah, Kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat
serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 Masehi dibawah pimpinan Mpu Nala.
Raden Maspahit, penguasa Kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika
tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan
mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya,
kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama: Selaparang.
Ekspedisi Majapahit ini, meninggalkan
jejak kerajaan Gel-gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan
utama yang saling bersaudara, yaitu: Kerajaan Bayan di Barat, Kerajaan
Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di Tengah, dan Kerajaan Pejanggik di Selatan.
Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti:
Parwa dan Sokong Samarkaton, serta beberapa desa kecil, seperti: Pujut; Tempit;
Kedaro; Batu Dendeng; Kuripan; dan Kentawang. Berkaitan dengan Selaparang, setelah
ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karangasem Bali dan Raden Arya Banjar
Getas pada tahun 1672 M –Arya Banjar
Getas merupakan patih Kerajaan Selaparang yang ditenggarai berselisih pendapat dengan
raja Selaparang. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara
keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karangasem
menjadi penguasa tunggal di Lombok. Secara bergelombang, imigran dari
Karangasem Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka lahan pertanian dan
mendirikan pemukiman. Pendudukan Bali ini akhirnya memunculkan pengaruh kultur Bali yang
kuat di sisi Barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan –misalnya, Istana Cakranegara di Ampenan.
Ketika Raja Lombok –Raja Selaparang, Prabu Mumbul, meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu
Rangkesari. Di masa Prabu Rangkesari inilah, Lombok mencapai masa kejayaannya.
Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang,
menguasai dengan baik bahasa Kawi –bahasa
yang berkembang di Nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra
tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara
baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen. Dengan bekal pengetahuan bahasa
Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang,
menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar
Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut, adalah: Kotamgama; Lapel Adam; Menak
Berji; dan Rengganis. Selain itu, parapujangga juga banyak menyalin dan
mengadaptasi ajaran sufi para-walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak
dalam lontar-lontar yang berjudul: Jatiswara; Lontar Nursada; dan Lontar
Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun, banyak yang disalin dan
diadaptasi, seperti: Lontar Yusuf; Hikayat Amir Hamzah; dan Hikayat Sidik Anak
Yatim. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Giri yang bernama
Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi.
Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku –Sunan Giri dari Gresik, untuk
menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Pangeran Prapen melakukan
Islamisasi di Lombok, kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan Sumbawa.
Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama asal, yakni: paganisme.
Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum memeluk Islam,
sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal. Setelah
berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke
Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian
menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai kesuksesan.
Seluruh Pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali dibeberapa tempat.
Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke gunung-gunung, atau
menjadi orang taklukan. Selain Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi
di masa pemerintahan Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari
Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih
Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih
strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke
Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan
Selaparang. Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh
budaya lain –bentuk dari pertemuan:
difusi; akulturasi; dan inkulturasi kebudayaan, membawa dampak semakin kaya
dan beragamnya khasanah kebudayaan masyarakat Pulau Lombok.
***