Meningkatkan Wawasan Dengan Berbagi Pengetahuan

Senin, 26 Mei 2014

Segurat Bianglala di Pulau Seribu Masjid



Seorang geolog dari Alexandria Mesir, Ptolemaeus, menyebutkan, ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah Timur India. Berdasarkan informasi tersebut, kemudian ahli-ahli ilmu bumi Eropa menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau di Timur India. Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda pula, yakni: Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil. Kepulauan Sunda Besar merupakan himpunan pulau besar yang terdiri dari: Sumatera; Jawa; Madura; dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil, yakni: Bali; Lombok; Sumbawa; Flores; Sumba; dan Timor.

Dong… Ayok ke Lombok
Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang meliputi bagian Barat dari Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah: Pulau Lombok –yang terletak di Barat; dan Pulau Sumbawa –yang terletak di Timur. Ibukota provinsi ini adalah Kota Mataram, yang berada di Pulau Lombok –kata “Lombok” dalam bahasa Kawi, berarti: lurus atau jujur. Nusa Tenggara Barat secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi, sejak tahun 1958. Berawal dari ditetapkannya Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT. Walaupun secara yuridis formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi enam Daerah Tingkat II dibentuk pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahannya berjalan berdasarkan Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang tumpang-tindih ini, berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958 –ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa dilikuidasi. Dengan demikian, “Hari Likuidasi” inilah yang menandai resmi terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat, memiliki luas wilayah 20.153,15 km2. Terletak diantara: 115°46' hingga 119°5' Bujur Timur, dan 8°10' hingga 9°5' Lintang Selatan. Selong, merupakan kota tertinggi di provinsi ini –148 meter di atas permukaan laut/dpl. Sementara Raba, menjadi kota terendah –13 meter dpl. Dari tujuh gunung yang ada di Pulau Lombok, Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi dengan ketinggian 3.775 meter dpl, sedangkan Gunung Tambora merupakan gunung tertinggi di Sumbawa dengan ketinggian 2.851 meter dpl.
Secara administratif, Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi sepuluh kabupaten/kota. Delapan kabupaten tersebut, terdiri dari: Kabupaten Bima –beribukota di Raba; Kabupaten Dompu –beribukota di Dompu; Kabupaten Lombok Barat –beribukota di Gerung; Kabupaten Lombok Tengah –beribukota di Praya; Kabupaten Lombok Timur –beribukota di Selong; Kabupaten Lombok Utara –beribukota di Tanjung; Kabupaten Sumbawa –beribukota di Sumbawa Besar; dan Kabupaten Sumbawa Barat –beribukota di Taliwang. Sedangkan dua kotanya, terdiri dari: Kota Bima; dan Kota Mataram. Kota Mataram terdiri dari enam kecamatan, yaitu: Kecamatan Ampenan; Cakranegara; Mataram; Pejanggik; Selaparang; dan Kecamatan Sekarbela. Selain menjadi ibukota provinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan; pendidikan; perdagangan; industri; dan jasa –saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata. Keberadaan berbagai fasilitas penunjang, seperti: fasilitas perhubungan –Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara; pusat perbelanjaan; dan jalur transportasi yang menghubungkan antarkabupaten dan provinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata. Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat dipindahkan ke Giri Menang Gerung.
Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat, Jalan Pejanggik Nomor 12 Mataram.
Sebagian besar dari penduduk Lombok, berasal dari suku Sasak –yang awalnya diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad Sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di Pulau Lombok ini mulai banyak dipenuhi dengan masjid-masjid dan menaranya. Sementara itu, suku Bima dan suku Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat, beragama Islam.
Pulau Lombok, memiliki begitu banyak julukan, seperti: Pulau Seribu Masjid; The sister island of Bali; Pulau Kayangan; Gumi Sasak; dan lain-lain. Julukan “Pulau Seribu Masjid”, tentunya karena mayoritas masyarakat Lombok beragama Islam –terdapat banyak masjid di pulau ini. Di Kecamatan Bayan –Kabupaten Lombok Utara, terdapat peninggalan masjid pada waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok, yakni: Masjid Bayan Beleq. Julukan “The sister island of Bali” muncul karena posisi pulau ini yang berdekatan dengan Pulau Bali, bahkan banyak masyarakat dengan suku dan budaya Bali yang kental, tinggal di Pulau Lombok. Pada jaman dahulu, Kerajaan Karangasem Bali menjadikan Pulau Lombok –terutama bagian Barat, sebagai: Bali Seberang Laut. Julukan Pulau Kayangan, karena pesona keindahan alam Pulau Lombok laksana kayangan –surga firdaus. Sementara Gumi Sasak –pulau tempat bermukimnya orang Sasak merupakan julukan Pulau Lombok yang didiami oleh suku Sasak. Masyarakat Pulau Lombok sangat terkenal dengan kebaikannya (Patut), hidup rukun dengan penuh toleransi (Patuh), serta selalu giat dan rajin dengan tidak mengenal putus asa (Patju).

Segurat Bianglala di Pantai Senggigi
Pantai Senggigi –di Selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di Pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah Barat ini, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai hingga disebelah Utara kota Mataram dan kota Ampenan. Oleh karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan udara dan pelabuhan laut, Senggigi merupakan pusat daerah wisata pantai dengan kemewahan: hotel bintang; restoran; dan tempat-tempat hiburan yang menarik. Untuk mencapai Pantai Senggigi Lombok –dikalangan wisatawan mancanegara terkenal dengan sebutan: Senggigi Beach, tidak terlalu sulit. Dari Pulau Bali, kita bisa menggunakan kapal feri dari Pelabuhan Karangasem menuju Senggigi dengan waktu tempuh 30 menit. Bila dari Bandara Ngurah Rai Denpasar menuju Bandara Selaparang di Kota Mataram Lombok, hanya memerlukan waktu 15 menit. Selanjutnya, dengan menggunakan transfortasi kendaraan darat –taxi atau kendaraan lain, menyusuri jalan sepanjang 12 km, kita dapat mencapai Pantai Senggigi. Pelabuhan Padang Bay yang ada di Bali, juga dapat dipakai sebagai jalur alternatif ke Pelabuhan Lembar yang ada di Pulau Lombok. Perjalanan dari Pelabuhan Padang Bay ke Pelabuhan Lembar dengan kapal feri, ditempuh kurang lebih selama 4 jam. Perjalanan yang lumayan jauh, tapi akan terbayar dengan beragam keindahan yang disajikan oleh panorama pantainya. Dari Pelabuhan Lembar, kemudian ke Kota Mataram dan dilanjutkan ke Pantai Senggigi.
Pantai Senggigi, Pulau Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pantai Senggigi, Pulau Lombok - NTB.
Sebelum ke Pantai Senggigi, kita dapat melihat pasar tradisional yang ada di sekitar Senggigi –pasar tradisional Kebon Roek atau pasar tradisional Ampenan. Ketika tiba di Pantai Senggigi, kita akan disambut oleh deburan ombak laut dan udara pantai yang segar –bebas dari polusi udara. Pantai ini berhadapan dengan Selat Lombok, yang merupakan perbatasan dengan pulau Bali. Selain itu, Pantai Senggigi adalah pantai yang tidak terjamah ombak besar –karena ombak besar telah pecah terlebih dahulu di tengah oleh karang. Hal demikian, akan semakin membuat kita nyaman untuk berenang. Pantai Senggigi, memiliki kontur yang landai dengan pasir berwarna kecoklatan –sangat kontras berpadu dengan air laut yang berwarna biru. Di pantai ini, kita dapat: surfing; sun-bathing; diving/snorkeling; atau hanya sekedar bermain pasir dan berjalan-jalan saja. Hanya saja, pastikan kita untuk selalu memakai alas kaki selama bermain di Pantai Senggigi –banyak pecahan karang tajam dan cangkang binatang laut kecil yang tersebar di bibir pantai. Obyek wisata Pantai Senggigi juga, menyediakan souvenir untuk dibawa pulang sebagai cinderamata oleh parapengunjungnya. Kios-kios disekitar Pantai Senggigi, menawarkan beragam asesoris sesuai dengan selera pengunjungnya. Kalung mutiara, dapat kita jumpai di sini. Oleh-oleh kain tenun dengan beragam warna serta motifnya, dapat juga dijadikan pilihan untuk dibawa pulang. Kita tidak perlu khawatir, bila perut terasa lapar. Kuliner khas Lombok disajikan diberbagai tempat makan sepanjang pantai ini, pastinya akan memanjakan lidah dan perut kita. Plecing Kangkung dan Ayam Taliwang, adalah menu wajib yang harus dicicipi.

Pura Batu Bolong
Lokasi Pura Batu Bolong, tak jauh dari Senggigi –kurang lebih berjarak 12 km dari pusat Kota Mataram. Bila kita hendak menuju Senggigi dari Kota Mataram –ibukota Provinsi NTB, pasti akan melewati Pura Batu Bolong tersebut. Di sudut tikungan jalan menurun menuju Senggigi, Lombok, di situlah Pura Batu Bolong berada. Sebuah pura yang berdiri di atas batu karang yang bolong –berlubang serta tetap kokoh, tegar dan agung di bibir pantai Senggigi ini, menyimpan aura religi yang kuat dengan keindahan pantainya. Buih-buih ombak laut yang ramah, seolah-olah merangkul dengan damai areal pura dan pantainya. Pura Batu Bolong, mengingatkan kita akan keberadaan Pura Tanah Lot di Tabanan Bali –yang sama-sama berada di pinggir pantai. Hanya saja, Pura Batu Bolong –dengan pasir hitamnya memiliki lubang atau bolong di tengahnya sehingga dinamakan: batu bolong. Menurut cerita masyarakat, tempat tersebut dahulu sering digunakan sebagai pemberian tumbal berupa gadis perawan yang ditujukan kepada ikan hiu yang menjaga tempat tersebut. Awal memasuki kawasan pura yang piodalannya jatuh pada Purnamaning Kasa, pamedek –umat Hindu yang hendak tangkil –melakukan persembahyangan bisa masuk melalui Candi Bentar bertekstur pasir. Di kiri-kanan gerbang utama ini terdapat betelan –pintu kecil berterali besi sebagai pintu sampingnya. Beberapa jenis patung 'bernuansa' Ramayana yang ada di kompleks pura ini, antara lain: patung Sri Rama; Laksmana; Subali; Sugriwa; dan patung naga. Di sebelah kiri areal –dekat jalan raya, terdapat bukit yang di atasnya berdiri Pura Pucaksari Melanting dengan beberapa pelinggih dan bangunan pelengkap, seperti: Palinggih Pasimpangan Gunung Agung; Pasimpangan Gunung Rinjani; Pasimpangan Ayu Mas Melanting; dan Bale Pawedan. Lanskap di sekelilingnya –selain pantai nan elok, juga terdapat beragam pepohonan yang tumbuh di areal dekat pura. Pepohonan penyejuk tersebut, seperti: pohon beringin –di Jaba Sisi; bunut; celagi –pohon asem; waru –di tepi pantai; dan pohon pule. Memasuki areal pura, orang akan menuruni tangga terlebih dulu, sebelum melewati beberapa pelinggih yang berdiri di sekitar jalan setapak menuju puncak Pura Batu Bolong.
Pura Batu Bolong, Senggigi Lombok.
Pura Batu Bolong –yang berhadapan dengan Selat Lombok dan Gunung Agung di Bali, memiliki atmosfir spiritual yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan bagi para pemedek yang ngaturang bakti ke pura ini. Ibarat mulut yang sedang menganga, lidah dan suara debur ombak laut akan terlihat menembus dan berkecipak di lubang batu karang itu. Dengan demikian, suasana alam yang indah berpadu dengan hamparan aura religi yang teduh, akan memendarkan kekaguman di benak setiap orang. Di sebelah batu berlubang –bolong itulah, tersedia titian berupa undag-undag. Naik menuju hulu atau bagian atas batu karang –tempat dimana terdapat: Padmasana, pelinggih Batara Ayu Mas Lingsir Batu Bolong, palinggih Batara Bagus Lingsir Batu Bolong, pelinggih Batara Sakti Wawu Rauh, dan pesimpangan Petirthan. Dikatakan berbeda peruntukannya dengan tempat pemujaan lain, yang umumnya berfungsi sebagai tempat pemujaan roh suci leluhur dan para dèwa. Kalau cuaca cerah, kita bisa melihat matahari terbenam dengan latar belakang Gunung Agung. Ketika Lebaran tiba, umat Muslim di Lombok akan berbondong-bondong membanjiri pantai di depan pura. Mereka akan menikmati: kue beras; ayam opor; atau ayam dan serundeng taliwang, secara beramai-ramai. Pada saat seperti itu, kita akan melihat harmoni yang indah dalam keberagaman –laksana “Segurat Bianglala di Pantai Senggigi”.
Pantai Senggigi Lombok dengan latar belakang Pura Batu Bolong.
Keberadaan Pura Batu Bolong, sangat erat kaitannya dengan perjalanan suci seorang tokoh pendeta Hindu dari Jawa Timur yang bernama Dang Hyang Dwijendra –disebut pula sebagai: Ida Peranda Sakti Wawu Rauh. Di awali dari daerah Jawa Timur –Daha, Pasuruan, dan Blambangan, terus ke kawasan Pulau Bali bagian Barat-Jembrana –sekitar tahun çaka 1411 dan Bali Utara –seperti Pura Pulaki hingga ke Pura Ponjok Batu. Di tempat yang terakhir itulah, Dang Hyang Dwijendra disebutkan sempat menolong beberapa orang bendega –nelayan yang perahunya karam dekat Ponjok Batu. Para bendega asal Lombok yang diselamatkan oleh beliau itu, konon, turut mengantarkan Dang Hyang Dwijendra ke Lombok. Ikhwal yang paling menonjol dari peran beliau adalah tentang perlunya dibangun sebuah pelingggih dalam bentuk Padmasana sebagai sthana Ida Hyang Widhi Wasa –Tuhan Yang Maha Pencipta.

Malimbu Hill
Bukit Malimbu ini, letaknya di dataran tinggi terusan area Pantai Senggigi di Lombok Barat. Dari Kota Mataram, membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jalur menuju Bukit Malimbu ini merupakan salah satu jalur yang dilalui parawisatawan sebelum menuju Pelabuhan Bangsal, dimana Pelabuhan Bangsal itu sendiri merupakan sebuah pelabuhan yang merupakan akses jalur menuju tiga gili Utara di Pulau Lombok yang terkenal, seperti: Gili Trawangan; Gili Air; dan Gili Meno. Ada dua Bukit Malimbu di kawasan Senggigi ini, yaitu: Malimbu 1 dan Malimbu 2. Dikedua tempat ini sebenarnya sama-sama menampilkan pemandangan alam yang indah, hanya saja di Malimbu 1, pemandangan tiga gili kurang jelas terlihat. Yang menjadi favorit wisatawan, adalah: Malimbu 2 –atau juga disebut: Bukit Malimbu/ Malimbu Hill. Selain itu, terdapat dua stop overyang disebut Malimbu view, tempat singgah untuk menikmati indahnya Malimbu. Malimbu view ini, merupakan sebuah tikungan yang berada di puncak bukit dan langsung menghadap ke laut. Tepi bukit ini merupakan jurang yang cukup dalam, sehingga terdapat pagar yang menyerupai jembatan dan dibangun demi menjaga keselamatan pengunjung. 
Malimbu view di Bukit Malimbu, Senggigi Lombok - Nusa Tenggara Barat.
Pemandangan dari Bukit Malimbu -Malimbu Hill- Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Malimbu Hill, Senggigi Lombok.
Lanskap disekitar Bukit Malimbu, Senggigi Lombok.
Pemandangan Pantai Senggigi dari Malimbu Hill, Lombok NTB.
Bukit Malimbu Senggigi Lombok, jelang sunset.
Senja di Malimbu Hill, Senggigi Lombok - Nusa Tenggara Barat.
Untuk mencapai lokasi ini, kita harus membawa kendaraan sendiri atau menyewa –karena tidak ada kendaraan umum yang langsung menuju ke lokasi tersebut. Bagi kaum muda –khususnya Mataram dan daerah Lombok Barat, daerah ini menjadi tempat paling favorit untuk nongkrong sambil menikmati keindahan alam perbukitan hijau dengan pantainya yang indah. Bukit Malimbu selain menawarkan panorama yang beragam, dari: pantai biru, deburan ombak, suasana sunset, gunung hijau, hingga deretan pulau-pulau kecil. Di sini juga, banyak terdapat kera/monyet yang berkeliaran diantara pohon-pohon besar yang masih terjaga. Kita bisa menikmati hamparan pasir putih yang terbentang di hadapan bukit. Dari atas bukit, kita akan disegarkan oleh pemandangan alam terbuka yang sangat mempesona. Jika berkunjung di pagi hari, maka pemandangan pantai yang memantulkan cahaya sang Surya akan terlihat jelas. Pantulannya, akan menyebabkan birunya laut semakin terang dan menarik. Indahnya matahari terbenam, akan menjadi pemandangan yang tak terlupakan di Bukit Malimbu. Tentu saja pada sore hari di Bukit Malimbu, jumlah pengunjung berada di tingkat tertingginya –sehingga tidak jarang, orang sampai rela parkir di bahu jalan. Sambil menikmati keindahan sunset, ada kalanya jika ditemani dengan minuman yang segar seperti kelapa muda. Tersedia banyak pedagang yang menjajakan segarnya air kelapa muda, jadi kita tidak perlu repot lagi. Cukup dengan mengeluarkan beberapa Rupiah saja, kita sudah dapat menikmati segarnya air kelapa muda sambil menikmati sunset dari tempat ini. Selain itu, kita dapat menikmati pemandangan Gunung Agung di Bali dan deretan gili-gili –pulau di bagian Utara Pulau Lombok.

Taman Narmada
Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat –sekitar 10 kilometer sebelah Timur Kota Mataram. Taman yang luasnya sekitar 2 ha ini dibangun pada tahun 1727 oleh Anak Agung Gede Ngurah Karangasem –Raja Mataram Lombok, sebagai tempat upacara Pulang Pakelem –memuja Shiva yang diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka (Oktober-November). Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anak –nama danau kawah gunung berapi Rinjani, dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,775 meter di atas permukaan laut tersebut, mereka akhirnya membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bisa membuat awet muda.
Taman Narmada, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar dari dalam tanah –mata air diasosiasikan dengan tirta amerta –air keabadian yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu, nama Narmada digunakan untuk menamai mata air yang membentuk beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan, digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada. Oleh pemerintah –melalui Ditjen Kebudayaan, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Taman Narmada dijadikan sebagai kompleks bangunan cagar budaya dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbakala pusat nomor 1839. Dengan demikian, sesuai dengan peraturan yang berlaku, kelestarian Taman Narmada tersebut dilindungi oleh pemerintah.
Situs "Air Awet Muda" Taman Narmada, Lombok - NTB.
Kompleks Taman Narmada dibagi menjadi beberapa bagian, yakni: gerbang utama; jabalkap; telaga kembar; gapura gelang/paduraksa; mukedes; telaga padmawangi; balai loji; balai terang; patandaan; bangunan sekepat; balai bancingah; Pura Kelasa; dan Pura Lingsar. Pura Kelasa atau Pura Narmada, bentuk arsitekturnya menyerupai punden berundak. Pura Narmada terletak di atas tebing berundak-undak, sedangkan di bawah lembah tebing terdapat Kolam Duyung dan Telaga Segara Anak. Selain itu, ada pula Balai Petirtaan yang sumber mata airnya berasal dari Gunung Rinjani. Balai Petirtaan juga merupakan tempat pertemuan tiga sumber air, yakni: Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Karena mata airnya berasal dari Gunung Rinjai dan merupakan tempat pertemuan tiga sumber mata air lainnya, maka air yang ada di Balai Petirtaan ini dipercaya dapat menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ, akan awet muda.

Gili Trawangan
Salah satu destinasi incaran para turis mancanegara di Pulau Lombok, adalah Gili Trawangan –Gili dalam bahasa Sasak, berarti: pulau. Pulau yang masuk dalam Desa Gili Indah di Kabupaten Lombok Barat ini, memiliki berjuta pesona, mulai dari alam bawah laut hingga penduduknya yang ramah.
Gili Trawangan, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Gili "Pulau" Trawangan
Untuk mencapai Gili Trawangan, kita dapat menyeberanginya dari Pantai Senggigi dengan menyewa kapal nelayan. Sebenarnya untuk menuju ke Gili Trawangan tidak harus menyewa perahu carteran sendiri, tapi dapat menggunakan perahu umum yang digunakan penduduk dari Pelabuhan Bangsal –dekat Pamenang, yang jaraknya kira-kira 15 km dari Pantai Senggigi. Ada trio gili –tiga pulau yang wajib di kunjungi jika datang ke Pulau Lombok, yakni: Meno; Air; dan Trawangan. Ketiga pulau tersebut memiliki: pasir putih; laut biru; pemandangan bawah laut; dan akomodasi, yang akan memanjakan parapengunjung. Trio gili ini, laksana surga bagi pengunjung dengan budjet terbatas. Bila ingin menyepi sambil menikmati pemandangan laut yang menakjubkan, Gili Meno lah yang cocok. Di antara ketiga gili ini, Gili Meno memang yang paling sepi. Jika ingin puas menikmati indahnya pasir putih dan hamparan terumbu karang, pilihlah Gili Air. Meski tidak sesepi Gili Meno, tapi fasilitas umum di Gili Air masih kurang. Dan untuk Gili Trawangan, gili ini mendapat sebutan party island, karena terdapat banyak: café; bar; hotel; juga pub-pub yang bertebaran di pulau ini. Posisi Gili Trawangan ini, diapit oleh Gili Air dan Gili Meno. Dengan demikian, berlibur di Gili Trawangan, berarti kita bisa juga menikmati keindahan dua gili lainnya tersebut. Setelah perahu merapat di Dermaga Kayangan, para pengunjung dapat menikmati keindahan Gili Trawangan dengan menggunakan sepeda atau jasa cidomo –sejenis kereta kuda khas Lombok. Kendaraan bermotor, dilarang keras beroperasi di sana. Karena tidak ada kendaraan bermotor di gili ini, maka untuk keperluan transportasi masyarakat dan wisatawan, menggunakan sepeda serta cidomo. Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap ke Barat dan Timur, dan jarak antar pantai ini pun tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki atau naik cidomo, wisatawan sudah bisa menikmati sunset dan sunrise di satu pulau. Bila ingin mengunjungi dua gili lainnya, cukup dengan menaiki perahu sekitar 15 menit, kita sudah bisa berkunjung ke Gili Air dan menyeberang lagi ke Gili Meno. Biasanya, turis yang datang ke dua gili tersebut, menghabiskan waktu dengan menikmati alam bawah laut. Ketika malam mulai larut, kehidupan Gili Trawangan pun berubah. Sepanjang bibir pantai, banyak restauran yang menawarkan sajian makan malam yang sangat memikat dengan menu seafood. Namun tidak melulu hanya restauran besar yang memadati Gili Trawangan ini, ada pula beberapa cafe kecil yang hanya menyediakan makan dan minuman ringan, dengan suguhan live music yang menjadi pemikatnya.
Pantai Gili "Pulau" Trawangan, Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat.
Pantai Gili "Pulau" Trawangan, Lombok - NTB.
Pantai Pulau "Gili" Trawangan, Lombok - Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Mengunjungi saudara kembar Gili Trawangan, yakni: Gili Air dan Gili Meno.

Kuliner
Kuliner khas Lombok
Lombok, Nusa Tenggara Barat memang surga pagi pecinta makanan. Terlebih makanan yang bercitarasa pedas. Nasi Balap Pucung adalah makanan yang membuat ketagihan –walaupun tampilan menunya tidak terlalu istimewa, namun rasa pedasnya benar-benar membuat kita ingin lagi dan lagi. Nasi ini berisi suwiran daging ayam yang diolah bersama cabai, kacang kedelai, taburang udang kering, abon serta belut goreng. Sate Bulayak, terdiri dari bulayak dan sate. Bulayak adalah sejenis lontong yang dibungkus dengan daun aren atau daun enau dengan bentuk memanjang seperti spiral, sehingga untuk membukanya harus dengan gerakan memutar. Sedangkan satenya terbuat dari daging sapi yang dilumuri bumbu khas Sasak. Cara makannya, dengan mencocol bulayak ke bumbu sate yang sudah disediakan. Ayam Taliwang adalah salah satu makanan paling populer di Lombok, biasanya dimasak dengan beberapa pilihan yakni digoreng, dipanggang atau dibakar. Akan semakin enak jika menggunakan ayam kampung dengan umur ayam yang masih muda. Kelezatan ayam taliwang juga terletak di bumbunya yang super pedas. Sate Rembiga adalah sate yang berbahan utama sapi yang sangat lezat. Rasanya perpaduan antara gurih, manis dan pedas. Dinamakan Rembiga karena awal mula sate ini berasal dari desa Rembiga yang berada di dekat bekas bandara Selaparang. Sate Tanjung, berbeda dengan Sate Rembiga yang berbahan daging sapi, Sate Tanjung berasal dari ikan cakalang atau ikan langoan. Sate Tanjung sangat nikmat jika disantap saat masih panas bersama lontong atau nasi, tergantung selera. Rasa gurih dari daging dan santan serta pedas dari rempah-rempah. sangat terasa di lidah. Campuran rempah-rempah dan ikan yang dibakar inilah, yang membuat badan terasa hangat dan bugar. Kita bisa membeli Sate Tanjung di sekitar Pasar Tanjung atau Terminal Tanjung. Bebalung terbuat dari tulang iga sapi atau kerbau yang dicampur dengan racikan bumbu yang terdiri dari cabe rawit, bawang putih, bawang merah, lengkuas dan kunyit plus jahe. Bebalung bisanya disajikan ke dalam mangkok dengan taburan bawang merah goreng. Keistimewaan Bebalung ini adalah karena dagingnya amat lunak sehingga tanpa gigitan yang kuat dagingnya mudah lepas dari tulangnya. Sajian yang amat sayang untuk dilewatkan. Beberuk Terong adalah makanan sejenis lalapan yang menjadi teman santapan Ayam Taliwang. Makanan ini sangat mudah diolah, hanya berbekal terong ungu yang dipotong dadu dan tomat. Bumbu halusnya terdiri dari cabe merah keriting, cabe rawit, bawang putih, bawang merah, kencur, terasi bakar, gula pasir, garam dan minyak goreng. Siram bumbu di atas terong plus perasan jeruk limau diatasnya. Rasanya manis, pedas, asam dan segar. Poteng Jaje Tujak dan Iwel adalah makanan khas Lombok saat lebaran. Hidangan ini terdiri dari dua makanan, yakni: Poteng atau tapai dan Jaje Tujak atau tetel. Selain Poteng Jaje Tujak, ada Iwel yang merupakan jajanan khas masyarakat setempat. Iwel adalah kue berbahan baku ketan hitam yang biasanya disajikan saat upacara tradisi masyarakat setempat. Berbeda dengan makanan khas Lombok yang pedas, Iwel justru manis dan legit. Ares adalah sayuran khas Lombok yang bahan utamanya berasal dari pelepah pisang atau gedebok pisang yang masih muda. Rasa hidangan yang memakai santan ini cukup unik, yakni: manis dan gurih. Awalnya merupakan makanan tradisional suku Sasak dan disajikan pada acara pernikahan hingga kemudian populer menjadi makanan khas Lombok. Ares lebih nikmat jika dimakan saat masih hangat dengan sepiring nasi putih. Plecing Kangkung terdiri dari kangkung yang direbus plus sambal tomat yang terbuat dari racikan cabai rawit, garam, terasi dan tomat. Yang membuat enak adalah kangkung khas Lombok yang berbeda dengan yang biasa tumbuh di pulau Jawa. Di dalam Plecing Kangkung biasanya ditambahkan tauge dan kacang goreng untuk menetralisir rasa pedas.

Lombok Mirah Sasak Adi
Sebelum imigran dari Bali datang –permulaan abad ke-17 M, Pulau Lombok yang molek dan subur ini, dinamakan: Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak. Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kitab Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa Kawi, berarti: lurus atau jujur, sedangkan kata “Mirah” berarti: permata, kata “Sasak” berarti: kenyataan, dan kata “Adi” artinya: yang baik atau yang utama. Maka arti keseluruhannya, yaitu: kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan oleh anak cucunya. Dalam kitab-kitab lama, nama Lombok dijumpai dengan sebutan: Lombok Mirah dan Lombok Adi. Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan sebutan: Gumi Selaparang atau Gumi Selapawis.
Sementara suku Sasak yang merupakan penduduk terbanyak di Pulau Lombok, secara etimilogis berasal dari kata “Sah” yang berarti: pergi dan “Shaka” yang berarti: leluhur. Dengan demikian dapat berarti: "pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok)". Dari etimologis ini, di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni: aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong-tong yang ditemukan di Pujungan Bali, suku Sasak sudah menghuni Pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi. Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut Pulau Lombok dengan “Gumi Sasak” yang berarti: tanah; bumi; atau pulau, tempat bermukimnya orang Sasak.
Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq –dalam bahasa Sasak, Laeq berarti: waktu lampau. Diperkirakan, posisinya berada di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu: Kerajaan Pamatan, di Aikmel, Desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada disekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya Kerajaan Pamatan. Dalam Babad Suwung, setelah Pamatan berakhir, muncullah Kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah Kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, Kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 Masehi dibawah pimpinan Mpu Nala. Raden Maspahit, penguasa Kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama: Selaparang.
Ekspedisi Majapahit ini, meninggalkan jejak kerajaan Gel-gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: Kerajaan Bayan di Barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di Tengah, dan Kerajaan Pejanggik di Selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti: Parwa dan Sokong Samarkaton, serta beberapa desa kecil, seperti: Pujut; Tempit; Kedaro; Batu Dendeng; Kuripan; dan Kentawang. Berkaitan dengan Selaparang, setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan Kerajaan Karangasem Bali dan Raden Arya Banjar Getas pada tahun 1672 M –Arya Banjar Getas merupakan patih Kerajaan Selaparang yang ditenggarai berselisih pendapat dengan raja Selaparang. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karangasem menjadi penguasa tunggal di Lombok. Secara bergelombang, imigran dari Karangasem Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Pendudukan Bali ini akhirnya memunculkan pengaruh kultur Bali yang kuat di sisi Barat Lombok, seperti pada tarian serta peninggalan bangunan –misalnya, Istana Cakranegara di Ampenan.
Ketika Raja Lombok –Raja Selaparang, Prabu Mumbul, meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu Rangkesari. Di masa Prabu Rangkesari inilah, Lombok mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang, menguasai dengan baik bahasa Kawi –bahasa yang berkembang di Nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen. Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut, adalah: Kotamgama; Lapel Adam; Menak Berji; dan Rengganis. Selain itu, parapujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para-walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul: Jatiswara; Lontar Nursada; dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun, banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti: Lontar Yusuf; Hikayat Amir Hamzah; dan Hikayat Sidik Anak Yatim. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Giri yang bernama Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku –Sunan Giri dari Gresik, untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara. Pangeran Prapen melakukan Islamisasi di Lombok, kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama asal, yakni: paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum memeluk Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal. Setelah berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai kesuksesan. Seluruh Pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali dibeberapa tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan. Selain Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang. Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain –bentuk dari pertemuan: difusi; akulturasi; dan inkulturasi kebudayaan, membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan masyarakat Pulau Lombok.
Destinasi Wisata di Pulau Lombok



***